KOMPAS.com - Sarkoidosis adalah kondisi langka yang menyebabkan bercak kecil merah dan bengkak pada kulit. Dalam dunia medis bercak ini disebut juga granuloma.
Penyakit ini paling banyak mempengaruhi paru-paru dan kelenjar getah bening.
Peradangan yang disebabkan sarkoidosis dapat mengubah struktur normal dan fungsi organ terjangkit.
Baca juga: 5 Penyebab Melasma, Bercak Cokelat di Wajah yang Bisa Mengganggu
Sarkoidosis dapat menyerang orang-orang dari segala usia. Tetapi kebanyakan dimulai pada orang dewasa berusia antara 20 hingga 40 tahun dan jarang terjadi pada usia anak.
Hingga saat ini tidak diketahui pasti penyebab sarkoidosis.
Menurut NHS, sarkoidosis dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh melawan infeksi dengan melepaskan sel darah putih ke dalam darah untuk mengisolasi dan menghancurkan kuman.
Hal tersebut menyebabkan peradangan (pembengkakan dan kemerahan) pada jaringan tubuh di daerah tersebut.
Sistem kekebalan merespons sesuatu dalam darah yang tidak dikenalinya, dan mati ketika infeksi telah dibersihkan.
Sarkoidosis terkadang dapat terjadi pada lebih dari satu anggota keluarga. Meski begitu, tidak ada bukti bahwa kondisi tersebut diturunkan.
Penyakit ini juga bukan tergolong penyakit menular.
Gejala sarkoidosis dapat sangat bervariasi, tergantung pada organ mana yang terinfeksi.
Kebanyakan pasien awalnya mengeluh batuk kering terus-menerus, kelelahan, dan sesak napas.
Baca juga: Vitiligo, Penyakit Kulit Tak Menular yang Bikin Bercak Putih Muncul
Gejala lain yang bisa dirasakan di antaranya:
Pada beberapa orang, gejala mungkin mulai tiba-tiba parah dan mereda dalam waktu singkat.
Di samping itu, terkadang penyakit ini tidak memiliki gejala luar sama sekali meskipun organ terpengaruh.
Melansir Healthline, berikut kondisi yang mengharuskan pengidap untuk berkonsultasi dengan dokter atau layanan kesehatan:
Baca juga: Cara Mencegah Melasma, Bercak Kecoklatan di Wajah
Kondisi di atas dapat menjadi tanda komplikasi berbahaya jika tidak ditangani segera.
Berdasarkan data dari WebMD, mayoritas kasus sarkoidosis muncul sebentar dan kemudian menghilang tanpa disadari penyintas.
Akan tetapi hal tersebut tidak dapat jadi alasan penyakit ini dianggap remeh, sebab 20 hingga 30 persen orang mengalami kerusakan paru-paru permanen akibat penyakit ini.
Melansir Mayo Clinic, tidak ada cara tunggal untuk mendiagnosis sarkoidosis. Itu karena semua gejala dan hasil laboratorium dapat terjadi pada penyakit lain.
Tenaga medis akan dengan hati-hati meninjau riwayat kesehatan untuk mendiagnosis menderita sarkoidosis.
Adapun alat utama yang biasa digunakan tenaga medis untuk mendiagnosis sarkoidosis meliputi:
Baca juga: Manfaat dan Efek Samping Serum Vitamin C bagi Kesehatan Kulit
Hingga kini belum ada obat untuk sarkoidosis.
Meski begitu, gejalanya sering membaik tanpa melakukan pengobatan.
Melansir Healthline, dokter biasanya akan meresepkan obat kortikosteroid atau obat imunosupresi jika terjadi peradangan serius.
Perawatan lebih lanjut juga diperlukan jika penyakit ini memengaruhi:
Secara umum pengidap sarkoidosis tidak mengalami komplikasi.
Namun, sarkoidosis bisa menjadi kondisi kronis atau jangka panjang. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
Baca juga: Waspadai, 5 Ciri-ciri Tahi Lalat Gejala Kanker Kulit Melanoma
Dalam kondisi khusus, sarkoidosis menyebabkan kerusakan jantung dan paru-paru yang parah. Jika ini terjadi, maka pengidap memerlukan obat imunosupresif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.