Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/03/2022, 13:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cedera otot akibat kecelakaan atau latihan fisik secara berlebihan dapat menimbulkan kondisi serius yang disebut rhabdomyolysis.

Rhabdomyolysis merupakan suatu sindrom (kumpulan gejala) yang disebabkan oleh kerusakan dan kematian jaringan otot rangka.

Jaringan otot yang rusak akan mengeluarkan isi dari serat otot, yang terdiri dari kalium, fosfat, kreatinin, kinasi, dan mioglobin ke dalam aliran darah.

Baca juga: Cara Mengatasi Cedera Olahraga yang Benar, Jangan Langsung Dipijat

Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal hingga menimbulkan komplikasi serius, seperti gagal ginjal.

Selain karena cedera, rhabdomyolysis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus dan penggunaan obat-obatan tertentu.

Pada kasus yang parah, rhabdomyolysis dapat menyebabkan kematian.

Gejala

Dirangkum dari Healthdirect dan Healthline, gejala awal rhabdomyolysis bisa jadi sulit dikenali karena tidak spesifik dan mungkin menyerupai kondisi lain.

Beberapa gejala rhabdomyolysis, meliputi:

  • Nyeri otot di pundak, paha, atau punggung bagian bawah
  • Kelemahan otot atau kesulitan menggerakkan lengan dan tungkai kaki
  • Urine berwarna merah pekat atau kecokelatan
  • Nyeri pada sendi
  • Penurunan intensitas dan volume buang air kecil
  • Gejala dehidrasi
  • Demam
  • Kelelahan
  • Muncul memar
  • Mual dan muntah
  • Kebingungan
  • Agitasi, yaitu perasaan gelisah, jengkel, dan marah
  • Penurunan kesadaran.

Baca juga: 11 Fungsi Otot pada Manusia

Penyebab

Melansir WebMD, rhabdomyolysis dapat disebabkan oleh cedera (traumatis) maupun bukan cedera (nontraumatis).

Berikut beberapa penyebab rhabdomyolysis yang bersifat traumatis:

  1. Cedera berat, seperti karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, atau tertimpa bangunan
  2. Tekanan atau kompresi pada otot dalam jangka waktu yang lama, seperti tidak aktif bergerak (imobilisasi) dalam waktu yang lama setelah jatuh
  3. Cedera akibat sengatan listrik, sambaran petir, atau luka bakar yang serius
  4. Racun dari gigitan binatang, seperti ular atau serangga.

Sementara itu, kondisi nontraumatis yang menyebabkan rhabdomyolysis, meliputi:

  1. Konsumsi alkohol secara berlebihan atau penyalahgunaan NAPZA, seperti heroin, kokain dan amfetamin
  2. Ketegangan otot berat, seperti akibat olahraga secara berlebihan
  3. Efek samping dari konsumsi obat-obatan, seperti antipsikotik dan obat statin, terutama pada dosis tinggi
  4. Hipertermia atau heatstroke
  5. Kejang atau delirium tremens
  6. Gangguan metabolisme, seperti ketoasidosis diabetik
  7. Penyakit otot (miopati), seperti defisiensi enzim otot bawaan atau distrofi otot Duchenne
  8. Infeksi virus, seperti flu, HIV, dan herpes simpleks
  9. Sepsis akibat infeksi bakteri
  10. Riwayat penyakit rhabdomyolysis sebelumnya.

Baca juga: Kenali Apa itu Myalgia, Nyeri Otot yang Bisa Menyerang Setiap Orang

Diagnosis

Dikutip dari Healthline, diagnosis rhabdomyolysis diawali dengan pemeriksaan fisik pada otot rangka pasien, terutama area yang terasa nyeri.

Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan tes urine dan tes darah. Tes ini dilakukan untuk melihat kadar enzim dan protein, seperti:

  • Kreatin kinase, yaitu enzim yang ditemukan di dalam otot rangka, otak, dan jantung
  • Mioglobin, yaitu protein yang diproduksi ketika otot mengalami kerusakan
  • Kalium, merupakan mineral yang keluar dari tulang dan otot ketika terkena cedera
  • Kreatinin pada darah dan urine, merupakan zat yang diproduksi otot ketika mengalami cedera dan dikeluarkan dari dalam tubuh oleh ginjal.

Perawatan

Merangkum Healthline dan Drugs.com, penanganan rhabdomyolysis akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit.

Berikut beberapa tindakan penanganan bagi penderita rhabdomyolysis:

  1. Pemberian cairan infus
    Untuk membantu mengeluarkan protein mioglobin dari ginjal dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada ginjal
  2. Pemberian obat
    Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan, seperti bikarbonat dan diuretik untuk membantu fungsi ginjal dan menjaga keseimbangan elektrolit
  3. Dialisis atau cuci darah
    Jika ginjal telah mengalami kerusakan dan gagal ginjal akut mulai terjadi maka pasien perlu menjalani dialisis untuk menggantikan fungsi ginjal
  4. Operasi
    Prosedur fasiotomi dilakukan untuk mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan saraf akibat pembengkakan otot.

Baca juga: Cedera Tendon Achilles

Komplikasi

Dirangkum dari American Academy of Family Physicians dan Healthdirect, rhabdomyolysis dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Hiperkalemia atau kadar kalium dalam darah terlalu tinggi
  • Hipokalemia atau kadar kalsium dalam darah terlalu rendah
  • Gagal ginjal
  • Peradangan hati
  • Aritmia atau gangguan irama jantung
  • Kejang
  • Gagal jantung
  • Disseminated intravascular coagulation (DIC), yaitu kondisi yang menyebabkan darah membeku secara berlebihan
  • Sindrom kompartemen, terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam kompartemen otot
  • Kematian.

Pencegahan

Melansir dari Healthline, rhabdomyolysis dapat dicegah dengan minum air putih sebelum dan setelah berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang berat.

Hal ini dapat membantu ginjal membuang mioglobin yang dilepaskan otot selama beraktivitas.

Selain itu, pastikan untuk selalu membawa air minum saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya agar tubuh tidak dehidrasi.

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter saat merasa nyeri otot untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau