KOMPAS.com - Autisme merupakan kelainan perkembangan otak dan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.
Gangguan ini mencakup berbagai kondisi, seperti gangguan austik, gangguan perkembangan pervasif (PDD-NOS), childhood disintegrative disorder, dan sindrom Asperger.
Autisme merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Gejala autisme biasanya dimulai pada masa kanak-kanak.
Baca juga: Terapi Pelihara Kucing Ampuh Tingkatkan Kemampuan Sosial Anak Autisme
Gejala dan tingkat keparahan autisme cukup bervariasi dan dapat berbeda pada tiap penderita. Maka dari itu, autisme disebut sebagai gangguan spektrum autisme.
Autisme menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.
Akibatnya, mereka cenderung kesulitan untuk mengekspresikan diri, baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, ataupun sentuhan.
Anak dengan autisme akan lebih sensitif dan memiliki perilaku acuh tak acuh terhadap lingkungan di sekitarnya.
Mereka juga cenderung melakukan sesuatu yang diulang-ulang dan memiliki ketertarikan yang terbatas dan obsesif.
Autisme juga menyebabkan penderitanya mengalami gangguan atau kesulitan dalam belajar, berbahasa, serta memproses informasi.
Meskipun mengalami gangguan belajar, anak dengan autisme bisa saja memiliki keahlian di bidang lain, seperti seni,musik, dan matematika.
Hingga saat ini tidak ada obat yang dapat menyembuhkan autisme. Namun, perawatan intensif dan sejak dini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita.
Merangkum Mayo Clinic dan Psychology Today, gejala autisme biasanya muncul ketika anak berusia dua tahun.
Namun pada sebagian kasus, gejala autisme muncul ketika anak berusia kurang dari satu tahun atau baru muncul ketika dewasa.
Baca juga: Autisme: Ciri-ciri, Penyebab, dan Cara Menangani
Beberapa gejala yang mungkin muncul, meliputi tidak adanya kontak mata dan kurangnya respons terhadap lingkungan.
Setiap anak dengan autisme memiliki pola perilaku yang unik dan tingkat keparahan kondisi yang berbeda-beda pada tiap penderita.
Berikut beberapa gejala yang biasanya dialami oleh penderita autisme:
Sebagian penderita autisme mungkin mengalami perkembangan secara normal pada beberapa tahun pertama kehidupan. Beberapa di antaranya juga mahir dalam berbicara.
Akan tetapi, kemampuan tersebut dapat menghilang seiring bertambahnya usia. Kondisi ini biasanya muncul ketika anak memasuki usia dua tahun.
Selain itu, terdapat gejala lain yang berkaitan dengan gangguan komunikasi dan interaksi sosial, seperti:
Baca juga: Kenali Gejala Autisme Pada Anak
Penderita autisme biasanya memiliki pola perilaku, minat, atau aktivitas yang terbatas dan dilakukan secara berulang.
Berikut beberapa gejala yang berkaitan dengan gangguan pola perilaku pada penderita autisme:
Selain gejala di atas, penderita autisme juga kerap mengalami beberapa kondisi berikut:
Baca juga: Penyebab Autisme dan Faktor Risikonya
Dirangkum dari Autism Recovery Network Indonesia dan Psychology Today, penyebab autisme masih belum diketahui secara pasti.
Kondisi ini diduga disebabkan oleh faktor genetik, di mana seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat autisme cenderung lebih berisiko mengalami autisme.
Autisme tidak disebabkan oleh kesalahan pola asuh dari orang tua ataupun trauma masa kecil.
Perlu diketahui bahwa pemberian vaksin tidak menyebabkan autisme. Sebaliknya, pemberian vaksin akan membuat anak terhindar dari infeksi berbahaya.
Merangkum Encyclopedia Britannica dan Healthline, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami autisme, meliputi:
Baca juga: Punya Gejala Serupa, Apa Beda Sindrom Asperger dan Autisme?
Dirangkum dari situs Mayo Clinic dan WebMD, tidak ada tes atau pemeriksaan tunggal yang dapat memastikan diagnosis autisme.
Diagnosis autisme umumnya dapat ditegakkan ketika anak berusia 18 bulan hingga 5 tahun melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter anak.
Pada pemeriksaan tersebut dokter akan mengamati tumbuh kembang anak, serta melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan keluarga pasien.
Melalui pemeriksaan tersebut dokter juga dapat mengetahui apakah anak mengalami keterlambatan perkembangan.
Setelah itu, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut untuk memastikan diagnosis autisme:
Dalam mendiagnosis autisme, diagnostic and statistical manual of mental disorders edisi kelima (DSM-5) menyebutkan bahwa pasien harus memiliki dua ciri berikut:
Baca juga: Gejala Autisme pada Anak Usia 4 Tahun
Merangkum Mayo Clinic dan WebMD, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan autisme.
Namun, terdapat berbagai metode terapi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dan mengatasi gejala gangguan spektrum autisme.
Metode terapi yang diterapkan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisi pasien secara keseluruhan.
Berikut beberapa metode terapi yang dapat membantu mengatasi autisme:
Terapi ini bertujuan untuk mengatasi berbagai gangguan perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial akibat autisme.
Melalui terapi ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Terdapat beberapa jenis terapi perilaku dan komunikasi yang dapat diberikan, di antaranya:
Baca juga: 6 Tanda Awal Autisme pada Bayi yang Perlu Diketahui
Terapi keluarga dilakukan agar orang tua dan anggota keluarga lainnya dapat belajar bagaimana bermain dan berinteraksi dengan pasien.
Dengan begitu, mereka dapat membantu pasien beraktivitas, serta mengajarkan cara berkomunikasi dan berperilaku yang baik kepada pasien
Terapi yang diberikan akan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Jika pasien mengalami kesulitan atau masalah dalam berbicara dan berkomunikasi maka terapi wicara dapat membantunya.
Sementara jika orang tua ingin agar pasien diajarkan mengenai aktivitas-aktivitas sehari-hari sehingga dapat hidup lebih mandiri, pasien dapat mengikuti terapi okupasi.
Terapi fisik atau fisioterapi mungkin diperlukan jika pasien ingin meningkatkan rentang sendi dan membangun keseimbangan tubuh.
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan autisme, tetapi terdapat obat yang dapat membantu mengendalikan gejala, seperti:
Baca juga: 8 Gejala Sindrom Asperger yang Khas
Pasien juga harus mendapat asupan gizi dan nutrisi yang cukup karena terdapat dugaan bahwa menghindari konsumsi gluten dan produk susu dapat meringankan gejala.
Namun, tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa pantangan tersebut efektif mengatasi gejala autisme.
Di samping itu, membatasi konsumsi produk susu akan mengurangi asupan kalsium dan menghambat pertumbuhan tulang.
Padahal, anak-anak yang mengalami autisme cenderung memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak autis.
Maka dari itu, sebaiknya orang tua melakukan konsultasi mengenai asupan nutrisi yang tepat bagi penderita autisme.
Menurut Mayo Clinic, autisme dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut:
Dikutip dari WebMD, autisme merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah karena penyebabnya masih belum diketahui secara pasti.
Baca juga: Apa itu Sindrom Asperger?
Namun, beberapa tindakan berikut dapat mengurangi risiko seorang anak mengalami autisme:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.