Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2022, 15:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perut terasa sakit atau nyeri dapat menjadi gejala dari gangguan pencernaan.

Salah satu gangguan pencernaan yang menyebabkan nyeri perut yang hilang timbul adalah obstruksi usus.

Obstruksi usus merupakan penyumbatan yang terjadi di usus, baik usus halus (usus kecil) maupun usus besar.

Baca juga: Penyakit Radang Usus

Obstruksi usus terjadi ketika makanan atau feses tidak dapat bergerak melalui usus.

Kondisi ini akan menimbulkan gejala, seperti sulit buang gas (kentut) atau buang air besar, nyeri perut, dan pembengkakan perut.

Sumbatan di dalam usus dapat menyebabkan makanan, cairan, asam lambung, atau gas menumpuk dan menambah tekanan di dalam usus.

Jika tekanan cukup besar maka usus dapat robek (perforasi) dan mengeluarkan isinya, termasuk bakteri, ke dalam rongga perut (peritoneum).

Obstruksi usus merupakan kondisi serius yang memerlukan penanganan medis segera karena bagian usus yang tersumbat bisa mati dan memicu komplikasi yang mengancam jiwa.

Gejala

Merangkum Cleveland Clinic dan Healthline, obstruksi usus dapat menimbulkan sejumlah gejala berikut:

  • Perut kembung
  • Nyeri perut yang hilang timbul
  • Diare, jika penyumbatan pada usus hanya terjadi sebagian (pasial)
  • Nafsu makan berkurang
  • Mual dan muntah
  • Sulit buang angin
  • Sembelit (konstipasi) atau sulit buang air besar (BAB)
  • Perut membesar atau membengkak.

Obstruksi usus juga dapat menyebabkan infeksi serius dan peradangan pada rongga perut (peritoneum) yang disebut peritonitis.

Baca juga: 4 Makanan yang Buruk untuk Kesehatan Usus

Kondisi ini terjadi ketika obstruksi usus menyebabkan robekan pada usus.

Peritonitis merupakan kondisi darurat yang ditandai dengan demam dan sakit perut yang semakin intens saat disentuh.

Selain orang dewasa, obstruksi usus juga dapat terjadi pada anak-anak.

Anak yang mengalami obstruksi usus umumnya akan menangis keras dan menarik kaki mereka ke arah perut akibat sakit atau nyeri pada perut.

Gejala lain obstruksi usus pada anak, di antaranya:

  • Demam
  • Feses berdarah
  • Muntah berwarna kuning kehijauan
  • Kelesuan
  • Perut buncit dan kencang.

Penyebab

Dilansir dari situs Healthline, terdapat dua jenis obstruksi usus yang dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu mekanik dan nonmekanik.

Obstruksi usus mekanik

Obstruksi usus mekanik terjadi ketika usus tersumbat yang dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:

Baca juga: Peritonitis

  1. Perlengketan usus yang dapat terjadi setelah operasi perut atau panggul
  2. Volvulus atau usus yang terpelintir
  3. Intususepsi, yaitu kondisi usus yang terlipat dan menyusup ke dalam bagian usus lainnya
  4. Kelainan struktur usus, sering kali terjadi pada bayi baru lahir
  5. Tumor usus
  6. Batu empedu
  7. Benda asing yang tertelan, terutama pada anak-anak
  8. Hernia, terjadi ketika sebagian usus mendorong ke luar melalui dinding otot atau jaringan di sekitarnya
  9. Penyakit radang usus, misalnya penyakit Crohn
  10. Penumpukan feses
  11. Kanker indung telur (ovarium)
  12. Kanker usus besar
  13. Meconium plug, yaitu penumpukan feses di dalam usus bayi yang baru lahir
  14. Divertikulitis, yaitu peradangan atau infeksi pada kantong-kantong di usus yang disebut divertikula
  15. Striktur, yaitu penyempitan usus akibat peradangan atau jaringan parut.

Obstruksi usus nonmekanik

Obstruksi usus nonmekanik terjadi akibat adanya gangguan pada kontraksi usus besar atau usus halus (usus kecil), yang dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:

  1. Operasi pada area perut atau panggul
  2. Infeksi pada saluran pencernaan, seperti gastroenteritis atau radang usus buntu
  3. Efek samping obat-obatan, misalnya opioid
  4. Gangguan elektrolit
  5. Gangguan saraf, seperti penyakit Parkinson atau multiple sclerosis
  6. Penyakit Hirschsprung, yaitu kelainan bawaan lahir yang menyebabkan gangguan pada usus besar
  7. Diabetes melitus
  8. Hipotiroidisme, yaitu kondisi yang terjadi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yang cukup.

Baca juga: 6 Faktor Risiko Penyakit Radang Usus yang Tidak Boleh Disepelekan

Faktor risiko

Merangkum Medical News Today dan Mayo Clinic, berikut beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami obstruksi usus:

  • Menderita kanker pada rongga perut
  • Mengidap penyakit Crohn, dapat menyebabkan dinding usus menebal dan mempersempit salurannya
  • Menderita kolitis ulseratif
  • Memiliki riwayat menjalani operasi pada area perut atau panggul
  • Menjalani radioterapi (terapi radiasi) pada area perut.

Diagnosis

Dirangkum dari Very Well Health dan Medical News Today, diagnosis obstruksi usus diawali dengan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada area perut untuk mendeteksi pembengkakan dan nyeri tekan pada perut.

Dokter juga akan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi perut.

Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut:

  1. Tes darah, untuk mengetahui kadar elektrolit, jumlah sel darah, dan menilai fungsi hati dan ginjal
  2. Rontgen atau CT scan di perut, dapat membantu dokter menentukan lokasi penyumbatan
  3. Tes barium enema, dokter akan memasukkan cairan enema ke dalam usus pasien melalui anus agar dapat melihat gambar usus secara lebih jelas
  4. Endoskopi, dilakukan untuk mengamati kondisi sistem pencernaan bagian atas, seperti kerongkongan, lambung, dan usus halus menggunakan endoskop
  5. Kolonoskopi, merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengamati kondisi usus besar dari dalam menggunakan selang berkamera.

Baca juga: 4 Gejala Tumor Usus Besar yang Perlu Diwaspadai

Perawatan

Merangkum WebMD dan Mayo Clinic, penanganan obstruksi usus akan disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya.

Namun, penderita obstruksi usus umumnya perlu menjalani rawat inap di rumah sakit dan mendapat beberapa tindakan berikut:

  • Pemberian cairan melalui infus (intravena), untuk mengembalikan kadar elektrolit di dalam tubuh pasien
  • Pemasangan selang melalui hidung ke perut (nasogastric tube), untuk mengalirkan isi lambung ke luar agar dapat mengurangi pembengkakan perut
  • Pemasangan kateter, untuk membantu pasien mengalirkan urine.

Obstruksi usus pada bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh intususepsi, dapat ditangani dengan enema barium yang diberikan saat menjalani prosedur diagnosis.

Perawatan ini akan meningkatkan tekanan di dalam usus sehingga dapat membuka sumbatan.

Apabila enema barium berhasil maka pasien tidak memerlukan penanganan lebih lanjut.

Selain beberapa tindakan di atas, obstruksi usus juga dapat ditangani melalui prosedur operasi.

Metode operasi akan disesuaikan dengan lokasi dan penyebab obstruksi. Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan, meliputi:

  • Pemasangan stent pada usus, prosedur ini bertujuan agar saluran usus tetap terbuka dan mencegah sumbatan terjadi lagi
  • Kolektomi, merupakan prosedur operasi untuk mengangkat seluruh atau sebagian usus yang tersumbat
  • Kolostomi, dokter akan membuat lubang pada dinding perut sebagai tempat pembuangan feses jika usus pasien mengalami kerusakan.

Baca juga: Sering Disepelekan, 8 Kebiasaan Ini Dapat Mengganggu Kesehatan Usus

Komplikasi

Dirangkum dari laman Mayo Clinic dan Healthline, jika tidak segera ditangani, obstruksi usus dapat menimbulkan sejumlah komplikasi serius, seperti:

  1. Peritonitis
  2. Kematian jaringan pada dindung usus akibat tidak mendapat cukup aliran darah
  3. Robekan (perforasi) pada dinding usus
  4. Gagal ginjal
  5. Sepsis
  6. Kerusakan organ
  7. Kematian.

Pencegahan

Merangkum Healthdirect dan Medical News Today, obstruksi usus tidak dapat selalu dicegah.

Namun, terdapat beberapa tindakan yang dapat mengurangi risiko terkena obstruksi usus dan kekambuhan penyakit, di antaranya:

  • Makan dalam porsi kecil, tetapi lebih sering
  • Konsumsi makanan yang sehat dengan gizi seimbang dan serat yang cukup
  • Mengunyah makanan hingga halus agar dapat dicerna dengan baik
  • Membatasi konsumsi kafein
  • Tidak merokok
  • Hindari mengonsumsi minuman beralkohol
  • Minum air putih yang cukup
  • Rutin berolahraga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com