Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/02/2022, 09:15 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, selaput yang melapisi dinding perut bagian dalam dan menutupi organ-organ di dalam perut.

Peradangan ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. 

Terdapat dua jenis peritonitis, yakni:

Baca juga: 10 Makanan dan Minuman untuk Redakan Sakit Perut

  • Peritonitis bakterial spontan, peritonitis berkembang karena komplikasi penyakit hati, seperti sirosis, atau penyakit ginjal
  • Peritonitis sekunder, peritonitis terjadi akibat pecah (perforasi) di perut atau karena komplikasi dari kondisi medis lainnya.

Peritonitis memerlukan perhatian medis segera untuk melawan infeksi.

Penyebab

Lapisan perut (peritoneum) menutupi organ dalam seperti ginjal, hati dan usus. Jika lapisan tersebut terinfeksi, organ dalam yang ditutupinya juga bisa rusak.

Hal ini paling sering terjadi karena hal-hal seperti:

  • Tukak lambung yang pecah
  • Apendiks yang meledak
  • Masalah pencernaan, seperti penyakit Crohn atau divertikulitis
  • Pankreatitis
  • Pembedahan
  • Cedera perut
  • Penyakit radang panggul
  • Sirosis.

Dalam kasus yang jarang terjadi, jika bakteri masuk ke dialisis peritoneal yang digunakan untuk mengobati gagal ginjal juga dapat menyebabkan infeksi.

Gejala

Perut akan sangat sakit atau lunak.

Baca juga: 10 Penyebab Sakit Perut Bagian Atas

Rasa sakit bisa menjadi lebih buruk saat perut disentuh atau saat bergerak. Perut mungkin terlihat atau terasa kembung, kondisi ini disebut distensi perut.

Gejala lainnya meliputi:

  • Demam dan kedinginan
  • Tinja yang keluar hanya sedikit
  • Kelelahan yang berlebihan
  • Intensitas urin berkurang
  • Mual dan muntah
  • Detak jantung cepat
  • Sesak napas.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis peritonitis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa perut terasa kencang atau lunak.

Tes darah dan tes lain yang memberikan gambaran bagian dalam perut juga dapat digunakan untuk menentukan penyebab penyakit.

Tes lain yang dimaksud adalah CT scan atau ultrasound.

Perawatan

Penyebabnya harus segera diidentifikasi dan diobati. Perawatan biasanya meliputi:

  • Pembedahan 
  • Pemberian antibiotik.

Baca juga: 23 Penyebab Sakit Perut Setelah Makan yang Bisa Terjadi

Peritonitis dapat mengancam jiwa jika tidak segera diobati.

Hubungi dokter segera jika mengalami nyeri tekan perut atau perut kembung yang berhubungan dengan:

  • Demam
  • Mual dan muntah
  • Keluaran urine rendah
  • Haus
  • Ketidakmampuan untuk buang air besar atau gas.

Komplikasi

Jika tidak diobati, peritonitis dapat melampaui peritoneum, hal itu dapat menyebabkan Infeksi di seluruh tubuh (sepsis).

Pencegahan

Seringkali, peritonitis yang terkait dengan dialisis peritoneal disebabkan oleh kuman di sekitar kateter.

Jika menerima dialisis peritoneal, lakukan langkah-langkah berikut untuk mencegah peritonitis:

  • Cuci tangan dengan bersih
  • Bersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari
  • Simpan persediaan di area sanitasi
  • Kenakan masker bedah selama pertukaran cairan dialisis
  • Bicarakan dengan tim perawatan dialisis tentang perawatan yang tepat untuk kateter dialisis peritoneal.

Baca juga: 13 Cara Mengatasi Sakit Perut saat Haid Pakai Obat dan Secara Alami

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau