Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/03/2022, 17:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker dapat terbentuk pada bagian tubuh mana saja, termasuk pada mesothelium.

Mesothelium merupakan selaput pelindung yang melapisi beberapa besar organ dalam tubuh, seperti paru-paru (pleura), jantung (perikardium), dan perut (peritoneum).

Kanker yang tumbuh pada mesothelium disebut mesothelioma.

Baca juga: Kanker Paru-paru

Dokter mengklasifikasikan mesothelioma berdasarkan bagian mesothelium yang terkena.

Jenis mesothelioma yang paling umum adalah mesothelioma pleura, yaitu kanker mesothelium yang tumbuh di lapisan paru-paru (pleura).

Sedangkan jenis mesothelioma yang lebih jarang terjadi adalah mesothelioma peritoneum (perut), perikardium (jantung), serta di area testis.

Mesothelioma termasuk jenis kanker yang langka, tetapi cukup agresif karena sel-sel kanker dapat merusak jaringan di sekitarnya.

Selain itu, sel-sel kanker juga dapat menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh lainnya.

Paparan debu asbes kerap diduga menyebabkan mesothelioma. Penyakit ini mungkin tidak menimbulkan gejala hingga puluhan tahun setelah terpapar serat atau debu asbes.

Pada sebagian besar kasus, seseorang yang terdiagnosis mesothelioma berusia di atas 65 tahun.

Jenis

Merangkum Cancer Council Australia dan National Organization for Rare Disorders, terdapat beberapa jenis mesothelioma, di antaranya:

  1. Mesothelioma pleura (pleural mesothelioma)
    Merupakan mesothelioma yang menyerang selaput paru-paru (pleura) dan menjadi jenis yang paling umum terjadi
  2. Mesothelioma peritoneum (peritoneal mesothelioma)
    Merupakan mesothelioma yang terjadi di selaput rongga perut (peritoneum)
  3. Mesothelioma perikardium (pericardial mesothelioma)
    Merupakan kanker yang menyerang lapisan pembungkus jantung (perikardium)
  4. Mesothelioma testis (testicular mesothelioma)
    Merupakan mesothelioma yang menyerang lapisan pelindung testis.

Baca juga: Kata Ahli tentang Makanan Pantangan untuk Penderita Kanker

Gejala

Dirangkum dari Better Health Channel dan NORD, penyakit ini sulit disadari karena biasanya berkembang secara bertahap selama 20 sampai 60 tahun hingga muncul gejala.

Maka dari itu, penderita mungkin tidak akan merasakan gejala saat mesothelioma masih di stadium awal.

Gejala mesothelioma juga cukup bervariasi tergantung pada lokasi, jenis, dan stadium kanker.

Berikut beberapa gejala mesothelioma sesuai dengan organ yang terkena:

Mesothelioma pleura, meliputi:

  1. Demam
  2. Berkeringat, terutama di malam hari
  3. Tubuh terasa sangat lelah
  4. Batuk terus menerus
  5. Sulit menelan
  6. Sesak napas akibat penumpukan cairan di paru-paru
  7. Nyeri dada
  8. Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
  9. Bahu terasa nyeri
  10. Muncul benjolan pada jaringan di bawah permukaan kulit dada.

Baca juga: Bagaimana Memberi Dukungan kepada Penderita Kanker?

Mesothelioma peritoneum (perut), meliputi:

  1. Demam
  2. Berkeringat di malam hari
  3. Perut terasa sakit atau nyeri
  4. Mual dan muntah
  5. Diare
  6. Tidak nafsu makan
  7. Anemia
  8. Benjolan atau pembengkakan pada area perut
  9. Gangguan buang air besar dan buang air kecil
  10. Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.

Mesothelioma perikardium (jantung), meliputi:

  1. Gangguan irama jantung atau aritmia
  2. Nyeri dada
  3. Gangguan pernapasan, misalnya kesulitan bernapas
  4. Demam atau berkeringat, khususnya di malam hari
  5. Penurunan tekanan darah.

Mesothelioma testis, meliputi:

  1. Pembengkakan atau benjolan pada area testis.

Penyebab

Menurut Mayo Clinic, mesothelioma terjadi akibat perubahan genetik atau mutasi DNA di dalam sel.

Baca juga: Malanutrisi Bisa Pengaruhi Keberhasilan Pengobatan Kanker

Kondisi ini menyebabkan sel terus tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali. Sel-sel inilah yang nantinya akan berubah menjadi sel kanker.

Meskipun demikian, penyebab mesothelioma masih belum diketahui secara pasti.

Faktor risiko

Dirangkum dari WebMD dan Mayo Clinic, faktor risiko utama mesothelioma adalah paparan asbes atau asbestos.

Asbes merupakan mineral yang kerap digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan, seperti atap karena sifatnya yang tahan panas dan tahan api.

Asbes yang hancur akan menghasilkan serat atau debu halus, baik pada proses penambangan atau renovasi bangunan.

Jika terhirup, serat tersebut akan mengendap di dalam organ tubuh, termasuk di paru-paru dan rongga perut (peritoneum) yang menyebabkan mesothelioma.

Hal inilah yang menyebabkan paparan asbes menjadi faktor risiko utama dari penyakit ini.

Selain itu, terdapat beberapa kondisi lain yang meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini, di antaranya:

  1. Bekerja di bidang yang rentan terkena paparan asbes, seperti tambang mineral, konstruksi bangunan, dan industri otomotif
  2. Bertempat tinggal di lingkungan yang tanahnya mengandung asbes atau di area pertambangan asbes
  3. Memiliki anggota keluarga yang bekerja di bidang yang rentan terpapar asbes sehingga debu asbes menempel di pakaian dan terbawa ke rumah
  4. Memiliki anggota keluarga dengan riwayat mesothelioma atau kelainan genetik yang meningkatkan risiko munculnya kanker
  5. Terpapar mineral erionite atau radiasi dari torium dioksida
  6. Terinfeksi virus simian virus 40 (SV40).

Baca juga: Hari Kanker Sedunia, Kenali 11 Cara Mencegah Kanker

Diagnosis

Dikutip dari situs WebMD, diagnosis mesothelioma diawali dengan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan, serta kemungkinan adanya paparan asbes,

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi gejala mesothelioma.

Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:

  • Tes darah

Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar fibulin-3, osteopontin, dan peptide dalam darah. Penderita mesothelioma umumnya memiliki kadar yang lebih tinggi.

  • Pemeriksaan sampel cairan

Apabila pasien mengalami penumpukan cairan dalam tubuh akibat mesothelioma maka dokter akan mengambil sampel cairan tersebut dengan jarum.

Sampel cairan tersebut akan diteliti di lebih lanjut menggunakan mikroskop untuk mendeteksi keberadaan sel kanker.

Terdapat beberapa jenis pemeriksaan sampel cairan, di antaranya:

  1. Thoracentesis, yaitu pengambilan sampel cairan di rongga dada
  2. Paracentesis, yaitu pengambilan sampel cairan di rongga perut
  3. Pericardiocentesis, yaitu pengambilan sampel cairan di membran sekitar jantung
  • Biopsi

Pada pemeriksaan biopsi, dokter akan mengambil sampel jaringan dari bagian tubuh tertentu untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.

Baca juga: Bisa Jadi Kanker, Kenali 8 Penyebab Sakit Punggung saat Bernapas

Beberapa jenis pemeriksaan biopsi yang dapat dilakukan, meliputi:

  • Biopsi jarum
    Biopsi jarum dilakukan dengan menusukkan jarum panjang ke dalam rongga dada atau perut untuk mengambil sampel kecil tumor
  • Torakoskopi, laparoskopi, dan mediastinoskopi
    Pada prosedur ini, dokter akan memasukkan selang elastis yang dilengkapi dengan kamera dan lampu melalui satu atau lebih sayatan kecil.

    Terdapat beberapa jenis biopsi yang dilakukan sesuai dengan area tubuh yang diperiksa, yakni:

  1. Torakoskopi, untuk memeriksa bagian dalam dada
  2. Laparoskopi, untuk memeriksa bagian dalam organ perut
  3. Mediastinoskopi, untuk memeriksa area sekitar jantung
  • Biopsi melalui operasi
    Dalam beberapa kasus, prosedur yang lebih invasif mungkin diperlukan untuk mendapatkan sampel jaringan yang lebih besar guna memastikan diagnosis.

    Pada pemeriksaan ini, dokter juga dapat sekaligus mengangkat seluruh tumor melalui dua prosedur berikut:

  1. Torakotomi, yaitu operasi membuka rongga dada
  2. Laparotomi, yaitu prosedur bedah dengan membuat sayatan pada dinding perut
  • Biopsi bronkoskopi

Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan tabung tipis melalui tenggorokan untuk mendeteksi tumor pada saluran pernapasan.

Baca juga: Tanda dan Gejala Tahi Lalat Berubah Menjadi Kanker

Jika ditemukan maka dokter akan mengambil sampel jaringan dari tumor untuk diteliti lebih lanjut.

  • Tes pencitraan

Tes pencitraan yang umumnya digunakan untuk mendiagnosis mesothelioma, meliputi:

  1. Rontgen, untuk mendeteksi penebalan pada lapisan paru-paru, cairan di rongga pleura, atau perubahan bentuk paru-paru sebagai tanda dari mesothelioma
  2. CT scan, digunakan untuk mendeteksi keberadaan atau lokasi kanker dan memeriksa apakah kanker telah menyebar ke organ tubuh lainnya
  3. PET scan, dapat menghasilkan gambaran detail dari jaringan yang diduga terkena kanker
  4. MRI, untuk mendapatkan gambaran organ secara detail dan membantu menemukan lokasi tumor

Perawatan

Melansir Mayo Clinic, metode penanganan mesothelioma akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan, lokasi kanker, dan tingkat penyebaran kanker.

Sayangnya, mesothelioma tergolong jenis kanker yang agresif sehingga sulit, bahkan tidak dapat disembuhkan.

Penanganan yang diberikan bertujuan untuk meredakan gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.

Beberapa metode penanganan yang dapat diberikan, meliputi:

Baca juga: 6 Jenis Kanker yang Bisa Memiliki Gejala Sakit Pinggang

  • Operasi

Jika pasien didiagnosis mengidap mesothelioma tahap awal, dokter mungkin akan melakukan tindakan operasi untuk mengangkat sel kanker dan meredakan gejala.

Metode operasi yang dapat dilakukan, di antaranya:

  1. Operasi untuk menyedot cairan yang menumpuk di dada dan mengganggu pernapasan.

    Dokter mungkin juga akan menyuntikkan obat ke dada untuk mencegah cairan menumpuk kembali (pleurodesis).

  2. Operasi untuk mengangkat jaringan di sekitar paru-paru atau tulang rusuk yang terkena sel kanker

  3. Operasi untuk mengangkat bagian paru-paru yang terkena dan jaringan di sekitarnya. Prosedur ini biasanya diikuti dengan radioterapi

  4. Operasi untuk mengangkat sebanyak mungkin sel kanker dari tubuh pasien. Prosedur ini dapat disertai dengan kemoterapi, baik sebelum atau setelah operasi
  • Kemoterapi

Kemoterapi merupakan prosedur pengobatan dengan menggunakan bahan kimia yang sangat kuat untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel kanker.

Kemoterapi dapat diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan sel kanker sehingga lebih mudah diangkat.

Kemoterapi juga dapat diberikan setelah operasi untuk mengurangi risiko kanker muncul kembali.

Baca juga: Mengapa Kolesterol Tinggi Dapat Menyebarkan Sel Kanker?

  • Terapi radiasi (radioterapi)

Terapi radiasi dilakukan dengan menembakkan sinar X atau sinar proton pada area tubuh yang terkena kanker.

Radioterapi dapat dilakukan setelah operasi untuk membunuh atau menghilangkan sel kanker yang tersisa.

Radioterapi juga dapat membantu meredakan gejala kanker tahap lanjut pada penderita yang tidak dapat menjalani operasi.

Selama proses pengobatan, dokter mungkin juga akan menyarankan pasien melakukan beberapa tindakan berikut:

  1. Latihan pernapasan, dilakukan agar pasien dapat mengendalikan pernapasan saat mengalami gejala sulit bernapas atau sesak napas
  2. Latihan relaksasi tubuh, dapat meredakan otot tegang agar pasien dapat lebih mudah bernapas

Komplikasi

Dirangkum dari Mayo Clinic dan NORD, mesothelioma dapat menimbulkan beragam komplikasi tergantung pada organ yang terkena.

Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat mesothelioma pleura, meliputi:

  • Kesulitan bernapas
  • Nyeri dada
  • Kesulitan menelan
  • Nyeri yang disebabkan oleh tekanan pada saraf dan sumsum tulang belakang
  • Efusi pleura, yaitu penumpukan cairan pada rongga pleura.

Baca juga: 5 Mitos Mengerikan Tentang Kanker yang Tak Perlu Anda Percaya Lagi

Sedangkan mesothelioma peritoneum dapat menimbulkan komplikasi berupa obstruksi usus.

Pencegahan

Mengutip Mayo Clinic, beberapa tindakan yang dapat dilakukan mengurangi risiko terkena mesothelioma, meliputi:

  1. Hidup di area yang jauh dari paparan asbes
  2. Mengikuti standar operasional prosedur di tempat kerja, misalnya menggunakan alat pelindung diri selama bekerja di area yang rentan terpapar asbes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com