Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/03/2022, 15:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker kelenjar ludah adalah istilah untuk tumor ganas yang memengaruhi kelenjar ludah di dalam atau di dekat mulut.

Tumor kelenjar ludah dapat berupa jinak (non-kanker) atau ganas (kanker), masing-masing terjadi dengan frekuensi yang sama.

Kanker kelenjar ludah dapat memengaruhi setiap dari kelenjar ludah yang ada.

Baca juga: Batu Kelenjar Air Liur

Terdapat tiga macam kelenjar ludah utama di setiap sisi wajah.

Sebagian besar kanker kelenjar ludah dimulai dari sini. Kumpulan kelenjar utama, yaitu:

  • kelenjar parotis: kelenjar ludah terbesar, sekitar 70 persen tumor kelenjar ludah berawal di sini. Pada kebanyakan kasus, tumor bersifat jinak
  • kelenjar submandibular: terletak di bawah rahang, sekitar 15 persen tumor kelenjar ludah berawal di sini. Sekitar setengah kasus yang ada berubah menjadi ganas (kanker)
  • kelenjar sublingual: terletak di bawah lidah, berfrekuensi lebih jarang.

Gejala

Beberapa tanda dan gejala pada tumor kelenjar ludah yaitu:

  • benjolan atau pembengkakan di atau dekat rahang, leher, atau mulut
  • mati rasa sebagian di wajah
  • kelemahan otot di satu sisi wajah
  • nyeri terus-menerus di area kelenjar ludah
  • kesulitan menelan
  • kesulitan membuka mulut lebar-lebar
  • pendarahan di mulut.

Penyebab

Berbeda dengan kanker kepala dan leher lainnya yang disebabkan oleh karsinogen yang diketahui seperti merokok dan alkohol atau HPV, penyebab sebagian besar kanker kelenjar ludah seringkali tidak jelas.

Baca juga: Makanan Berkalori Tinggi untuk Penderita Kanker

Beberapa faktor paling umum, yaitu:

  • penambahan usia: kanker kelenjar ludah sering terjadi pada orang usia lanjut
  • paparan radiasi: perawatan radiasi untuk kanker, seperti untuk kepala dan leher dapat meningkatkan risiko tumor kelenjar ludah
  • paparan zat tertentu: orang yang bekerja di beberapa tempat tertentu seperti terlibat di pembuatan karet, penambangan asbes, dan pipa ledeng, cenderung berisiko lebih tinggi terkena kanker kelenjar ludah.

Diagnosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tinjauan riwayat medis pribadi serta keluarga. Selain itu, juga melakukan beberapa tes berikut:

  • CT Scan: penggunaan sinar-X untuk memberikan visualisasi gambar massa pada kelenjar ludah
  • MRI: penggunaan gelombang radio dan magnet untuk menunjukkan gambar struktur tubuh internal
  • PET Scan: penggunaan sejumlah kecil bahan radioaktif untuk mengidentifikasi massa kanker
  • biopsi jarum halus: pengumpulan jaringan kecil dan sampel cairan dari tumorkelenjar ludah agar diperiksa di laboratorium.

Perawatan

Penanganan yang dilakukan akan dibuat berdasarkan ukuran, stadium, tingkat, jenis, dan lokasi kanker.

Dokter juga akan memertimbangkan usia dan ksehatan penderita secara umum.

Baca juga: Kata Ahli tentang Makanan Pantangan untuk Penderita Kanker

Biasanya, pembedahan menjadi prosedur yang digunakan untuk kanker kelenjar ludah, khususnya pada kasus stadium awal dan pertumbuhan yang lebih lambat.

Dalam operasi tersebut, dokter akan mengangkat sebagian atau keseluruhan kelenjar ludah, menghilangkan kelenjar getah bening, dan mungkin melakukan rekonstruksi pada wajah dan leher penderitanya.

Kemoterapi dan radiasi biasanya tidak direkomendasikan untuk kanker kelenjar ludah, kecuali kanker sudah berkembang lebih jauh.

Dokter mungkin akan meminta penderitanya untuk melakukan radiasi setelah operasi untuk menghancurkan kemungkinan sel yang tersisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com