KOMPAS.com – Ada beberapa cara mendiagnosis diabetes yang bisa dilakukan.
Seperti diketahui, memiliki diabetes yang tidak terdiagnosis berarti tubuh seseorang tidak memetabolisme gula dengan benar yang bisa menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah.
Melansir Medical News Today, peningkatan gula darah dapat menyebabkan kondisi akut, seperti ketoasidosis diabetikum (lebih sering terjadi pada orang dengan diabetes tipe 1) atau sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (lebih sering terjadi pada orang dengan diabetes tipe 2).
Baca juga: 12 Cara Mencegah Komplikasi Diabetes yang Berbahaya
Kedua kondisi tersebut merupakan situasi darurat dan harus segera dirawat di rumah sakit.
Sementara itu, ketika gula darah meningkat untuk jangka waktu yang lama tanpa diobati, komplikasi jangka panjang bisa terjadi.
Kelebihan gula dapat memengaruhi pembuluh kecil dan besar dalam tubuh yang dapat menyebabkan masalah pada organ di seluruh tubuh.
Siapa pun yang telah memasuki usia 45 tahun atau siapa saja yang mengalami gejala diabetes, seperti seperti poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (haus berlebihan), atau polifagia (peningkatan rasa lapar) sebaiknya dapat mengikuti tes untuk diabetes.
Orang-orang yang berusia 35 tahun atau lebih dan memiliki kelebihan berat badan atau obesitas, atau orang-orang pada usia lain yang memiliki faktor risiko diabetes juga disarankan dapat menjalani pemeriksaan.
Faktor risiko yang mengindikasikan skrining atau tes diabetes termasuk:
Baca juga: 5 Faktor Risiko Diabetes yang Perlu Diwaspadai
Meski tidak menunjukkan gejala diabetes, jika memiliki beberapa faktor risiko, seseorang juga dapat diskrining.
Berikut ini adalah beberapa cara mendiagnosis diabetes yang bisa jadi akan disarankan oleh dokter:
Setiap orang memiliki beberapa gula yang melekat pada hemoglobin mereka. Tetapi, orang-orang dengan kadar gula darah tinggi memiliki lebih banyak.
Melansir Verywell Health, tes hemoglobin A1C atau tes HbA1c diperuntukkan untuk mengukur persentase sel darah yang memiliki gula yang melekat padanya.
Tes ini dapat memeriksa gula darah rata-rata seseorang selama tiga bulan dan dapat diukur menggunakan pengambilan darah vena atau stik jari jika dokter memiliki mesin A1c di tempat perawatan.
Baca juga: 3 Penyebab Diabetes Tipe 1 yang Mungkin Terjadi
A1C harus diukur menggunakan standar yang disertifikasi oleh National Glycohemoglobin Standardization Program (NGSP) dan standar untuk uji Diabetes Control and Complications Trial (DCCT).
Ada beberapa contoh ketika tes A1C mungkin tidak valid.
Ini termasuk untuk:
Berikut rentang referensi untuk tes hemoglobin A1C:
Tes glukosa plasma puasa atau tes gula darah puasa didefinisikan sebagai tes glukosa darah yang dilakukan setelah seseorang tidak makan selama minimal delapan jam.
Baca juga: 11 Penyebab Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai
Ini adalah cara mudah dan murah untuk mengukur gula darah.