Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2021, 15:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Merkuri adalah unsur alami berupa logam berat yang dapat ditemukan di udara, air dan tanah.

Logam berat ini mengandung racun yang bisa menyerang tubuh manusia.

Mengkonsumsi makanan yang mengandung merkuri menjadi penyebab paling umum dari keracunan merkuri.

Baca juga: Waspadai Keracunan Ikan Buntal, Kenali Ciri-ciri dan Cara Mengatasinya

Keracunan merkuri dapat menyebabkan gejala serius.

Meski termasuk unsur alami, jumlah merkuri di lingkungan meningkat karena industrialisasi.

Hal ini membuat merkuri dapat mengkontaminasi lingkungan seperti tanah dan air, yang pada akhirnya berdampak pula pada hewan seperti ikan.

Penyebab

Penyebab paling umum dari keracunan merkuri dikarenakan makan makanan laut yang mengandung merkuri tinggi atau terlalu banyak makan ikan.

Ikan mendapatkan merkuri dari air yang mereka tinggali.

Jenis ikan yang lebih besar dapat memiliki jumlah merkuri yang lebih tinggi karena mereka memangsa ikan lain yang juga terpapar.

Makanan laut yang umumnya mempunyai kandungan merkuri yang tinggi di antaranya:

  • Hiu
  • Ikan Todak
  • Tuna mata besar
  • Ikan Marlin
  • Ikan king mackerel 

Makanan laut bukannya tidak boleh dimakan karena mengandung merkuri.

Baca juga: Bisa Sebabkan Keracunan Merkuri, Begini Cara Aman Konsumsi Ikan

Setidaknya ada beberapa jenis makanan laut yang cukup aman menghindari keracunan merkuri, antara lain:

  • Tuna albacore
  • Teri
  • Ikan lele
  • Kerapu
  • Pollock
  • Ikan salmon
  • Udang
  • Ikan kakap

Meskipun opsi di atas mengandung lebih sedikit merkuri secara keseluruhan, terlalu sering mengonsumsinya juga akan meningkatkan risiko keracunan.

Keracunan merkuri juga dapat disebabkan oleh paparan langsung atau lingkungan.

Paparan merkuri dapat berasal dari satu atau lebih sumber berikut:

  • Tambang emas
  • Paparan beberapa jenis perhiasan
  • Paparan cat
  • Kontak dengan termometer demam yang rusak
  • Udara beracun di daerah dekat pabrik yang menghasilkan merkuri sebagai produk sampingan, seperti pabrik batu bara
  • Beberapa produk perawatan kulit mengandung merkuri

Baca juga: Mengenal Penyebab Keracunan Merkuri dan Cara Mengatasinya

Gejala

Merangkum Medical news today, merkuri dapat mempengaruhi sistem saraf yang menyebabkan gejala neurologis seperti:

  • Kegugupan atau kecemasan
  • Lekas marah atau perubahan suasana hati
  • Mati rasa
  • Masalah memori
  • Depresi
  • Getaran fisik

Selain itu, saat kadar merkuri dalam tubuh meningkat, akan lebih banyak gejala akan muncul. Gejala-gejala ini dapat bervariasi tergantung pada usia dan tingkat paparan seseorang.

Orang dewasa dengan keracunan merkuri dapat mengalami gejala seperti:

  • Kelemahan otot
  • Rasa logam di mulut
  • Mual dan muntah
  • Kurangnya keterampilan motorik
  • Ketidakmampuan indra perasa di tangan, wajah, atau area lain
  • Perubahan dalam penglihatan, pendengaran, atau ucapan
  • Sulit bernapas
  • Kesulitan berjalan atau berdiri tegak

Merkuri juga dapat memengaruhi perkembangan awal anak.

Baca juga: Mengenal Histamin, Biang Ratusan Warga Jember Keracunan Ikan Tongkol

Anak-anak dengan keracunan merkuri dapat menunjukkan gejala seperti:

  • Gangguan motorik
  • Masalah berpikir atau gangguan kognitif
  • Kesulitan belajar berbicara atau memahami bahasa
  • Masalah dengan koordinasi tangan dan mata

Keracunan merkuri cenderung berkembang perlahan seiring waktu jika seseorang sering kontak dengan merkuri.

Namun, dalam beberapa kasus, keracunan merkuri terjadi dengan cepat.

Komplikasi

Jumlah merkuri yang tinggi dapat menyebabkan perubahan neurologis jangka panjang dan permanen.

Bahayanya terutama terjadi pada anak kecil yang masih berkembang.

Paparan merkuri dapat menyebabkan masalah perkembangan di otak, yang juga dapat memengaruhi fungsi fisik seperti keterampilan motorik.

Beberapa anak yang terpapar merkuri pada usia muda dapat mengembangkan ketidakmampuan belajar.

Orang dewasa dengan keracunan merkuri mungkin mengalami kerusakan otak dan ginjal permanen.

Kegagalan sirkulasi adalah jenis komplikasi lain yang berpotensi terjadi.

Baca juga: Hati-hati, Efek Minum Minyak Kayu Putih Sembarangan Bisa Keracunan

Diagnosis

Keracunan merkuri didiagnosis dengan pemeriksaan fisik dan tes darah dan urin.

Tes merkuri darah atau urin digunakan untuk mengukur kadar merkuri dalam tubuh.

Perawatan

Hingga kini, tidak ada obat untuk keracunan merkuri.

Cara terbaik untuk mengobati keracunan merkuri adalah dengan menghentikan paparan logam tersebut.

Jika toksisitas terkait dengan lingkungan atau tempat kerja, segera ambil langkah-langkah untuk menjauhkan diri dari area tersebut untuk mencegah efek keracunan lebih lanjut.

Adapun jika kadar merkuri mencapai titik tertentu, dokter akan melakukan terapi khelasi.

Dalam jangka panjang, seseorang bisa memerlukan perawatan lanjutan untuk mengelola efek keracunan merkuri, seperti efek neurologis.

Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah keracunan merkuri makanan adalah dengan berhati-hati dengan konsumsi jumlah dan jenis makanan laut.

Baca juga: Pakai Masker untuk Cegah Corona Tak Bikin Keracunan Karbon Dioksida

Melansir Healthline, keracunan merkuri dapat dicegah dengan:

  • Batasi asupan ikan besar
  • Hindari ikan yang mengandung merkuri tingkat tinggi, terutama jika sedang hamil
  • Lakukan tes merkuri darah atau urin sebelum hamil
  • Segera cuci tangan jika merasa telah terpapar merkuri
  • Kelola tumpahan merkuri rumah tangg
  • Hindari aktivitas dengan risiko paparan merkuri
  • Ikuti pedoman penyajian ikan dan makanan laut untuk anak-anak

Menurut FDA, anak-anak di bawah 3 tahun dapat makan 1 ons ikan, sedangkan ukuran porsi untuk anak-anak usia 4 hingga 7 adalah 2 ons.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com