Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2021, 19:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Syok anafilaktik merupakan kondisi yang disebabkan oleh reaksi alergi parah terhadap racun, makanan, atau obat-obatan.

Kondisi ini menyebabkan gangguan aliran darah dan penyerapan oksigen sehingga dapat menghasilkan sejumlah gejala, bahkan berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Baca juga: 4 Tahapan dan Gejala Syok Hipovolemik, Saat Volume Darah Turun

Gejala

Pada umumnya, gejala syok anafilaktik akan terjadi dalam beberapa menit atau jam setelah terpapar alergen.

Berdasarkan Mayo Clinic, berikut tanda-tanda atau gejala syok anafilaktik yang perlu Anda waspadai, yaitu:

  • Reaksi kulit, termasuk gatal-gatal, ruam, kulit memerah atau pucat
  • Tekanan darah turun drastis
  • Kesulitan bernapas, berbicara, dan menelan
  • Sensasi kesemutan di kulit kepala, mulut, tangan, atau kaki
  • Denyut nadi lebih cepat namun terasa lemah
  • Detak jantung yang cepat atau tidak normal
  • Mual, muntah, atau diare
  • Kram atau nyeri perut
  • Pusing atau pingsan
  • Kebingungan atau cemas
  • Pembengkakan pada wajah, kelopak mata, lidah, atau tenggorokan
  • Kulit membiru

Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala-gejala di atas untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

Baca juga: 4 Jenis Syok yang Bisa Sebabkan Kematian

Komplikasi

Menurut Mayo Clinic, Jika tidak segera ditangani, syok anafilaktik dapat menyebabkan komplikasi serius seperti:

  • Berhenti bernapas
  • Penyumbatan atau peradangan saluran napas
  • Gagal ginjal
  • Aritmia
  • Kerusakan otak
  • Serangan jantung
  • Kematian

Penyebab

Reaksi alergi yang parah menyebabkan sistem imun bereaksi tidak normal atau berlebihan terhadap zat tertentu atau alergen.

Melansir Healthline, berikut beberapa faktor yang dapat memicu syok anafilaktik, meliputi:

  • Alergi makanan seperti kacang, ikan, kerang, atau susu
  • Sengatan serangga
  • Obat-obatan tertentu
  • Getah
  • Serbuk sari tanaman
  • Debu atau lateks yang terhirup

Baca juga: 8 Gejala Syok Septik yang Perlu Diwaspadai

Faktor risiko

Pada dasarnya, setiap orang bisa mengalami syok anafilaktik. Namun,melansir Mayo Clinic, berikut beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko kondisi ini, yaitu:

  • Menderita asma atau alergi
  • Memiliki riwayat syok anafilaktik sebelumnya
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat alergi atau syok anafilaktik

Diagnosis

Berdasarkan Mayo Clinic, berikut jenis pemeriksaan terhadap syok anafilaktik yang kemungkinan akan Anda lakukan, yaitu:

  • Pemeriksaan riwayat alergi dan penggunaan obat atau makanan sebelumnya
  • Pemeriksaan tanda-tanda vital
  • Tes darah
  • Tes alergi

Rangkaian pemeriksaan di atas digunakan untuk mendeteksi penyebab utama dari reaksi alergi.

Perawatan

Melansir Healthline, saat ditangani oleh tenaga medis, kemungkinan Anda akan diberikan oksigen, infus, pemberian obat-obatan, dan resusitasi kardiopulmonari (RJP) jika detak jantung Anda berhenti atau tidak bernapas.

Pengobatan syok anafilaktik bertujuan untuk menstabilkan kondisi penderita, meredakan gejala, mencegah berulangnya syok anafilaktik, dan mencegah komplikasi.

Baca juga: Pendarahan Setelah Operasi: Ciri, Penyebab, Penanganan, Cara Mencegah

Sedangkan, berdasarkan Mayo Clinic, berikut langkah-langkah pertolongan pertama yang dapat Anda lakukan jika bersama penderita syok anafilaktik, yaitu:

  • Gunakan auto injector epinephrine dengan menekannya ke paha penderita
  • Pastikan penderita berbaring
  • Periksa denyut nadi dan pernapasan orang tersebut
  • Berikan CPR jika diperlukan

Pencegahan

Berikut beberapa cara untuk mencegah terjadinya syok anafilaktik menurut Healthline, yaitu:

  • Selalu baca dengan cermat label produk makanan
  • Menggunakan penangkal serangga terutama saat berada di luar ruangan
  • Menggunakan alas kaki saat ke luar rumah
  • Selalu membawa auto injector epinephrine
  • Melakukan tes alergi dan rutin melakukan kontrol di rumah sakit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com