KOMPAS.com - Pilek merupakan kondisi ketika hidung mengeluarkan lendir atau ingus yang dapat terlihat bening, hijau, atau kekuningan dengan tekstur yang encer atau kental tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Penyebab
Anda dapat mengalami pilek akibat merokok, reaksi alergi terhadap sesuatu, faktor lingkungan seperti suhu, dan infeksi virus atau bakteri.
Merangkum Medical News Today, berikut penyebab pilek disertai dengan penjelasan dan beberapa gejala lainnya, meliputi:
Baca juga: Kenapa Tiba-tiba Bersin dan Pilek Setelah Makan?
- Alergi
Reaksi ini terhadap alergen atau zat tertentu seperti debu, bulu binatang, atau serbuk sari yang dapat menyebabkan beberapa gejala termasuk pilek, bersin, mata gatal, tenggorokan gatal, atau batuk.
- Flu
Flu dapat terjadi akibat infeksi virus yang menyebabkan pilek, bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, atau sakit kepala.
- Sinus
Terjadi akibat infeksi virus atau bakteri yang menyebabkan adanya cairan menumpuk dan memungkinkan kuman berkembang.
- Rhinitis non-alergi
Pemicu rhinitis non-alergi termasuk perubahan cuaca, paparan bau kaustik atau asap rokok, dan perubahan tekanan atmosfer. Selain pilek, kondisi ini juga ditandai dengan hidung yang tersumbat dan berair dan bersin.
- Ketidakseimbangan hormon
Pilek dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormon seperti dalam masa kehamilan.
- Paparan udara dingin atau kering
Udara dingin dan kering dapat mengubah keseimbangan cairan di dalam saluran hidung, sehingga memicu sistem saraf di hidung untuk mengeluarkan cairan.
- Efek samping obat
Sejumlah obat memiliki efek samping pilek seperti obat tekanan darah tinggi, pil KB, atau obat penyakit jantung.
Baca juga: Benarkah Vitamin C Bisa Mencegah atau Mengobati Batuk Pilek?
Gejala
Umumnya, pilek ditandai dengan batuk, bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, atau hidung tersumbat.
Namun, mengutip Mayo Clinic, berikut adalah gejala pilek yang harus Anda waspadai yaitu:
- Keluar lendir berwarna kuning atau kehijauan hanya dari salah satu lubang hidung
- Pendarahan di hidung
- Lendir memiliki bau yang tidak sedap
- Pilek berlangsung lebih dari 10 hari
- Demam tinggi
Diagnosis
Berdasarkan Cleveland clinic, berikut beberapa cara melakukan diagnosis untuk memastikan penyebab pilek, yaitu:
- Diskusi mengenai gejala yang menyertai pilek dan riwayat medis seperti alergi atau penyakit sistem imun
- Tes alergi dengan memaparkan alergen tertentu ke hidung
- Pemeriksaan keseluruhan area hidung dengan alat khusus
Segera temui dokter jika Anda mengalami pilek disertai dengan gejala lain yang terjadi secara terus-menerus dan tidak kunjung membaik meskipun sudah melakukan perawatan mandiri di rumah.
Perawatan
Untuk mengatasi kondisi ini akan bergantung pada penyebab dan jenis yang mendasari terjadinya pilek.
Pada umumnya, dokter akan memberikan obat anti alergi dan obat untuk melegakan hidung yang tersumbat dengan diminum atau disemprot langsung ke hidung.
Baca juga: Cara Mencegah dan Mengatasi Pilek
Sedangkan, menurut Healthline, berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan di rumah untuk mengatasi pilek, yaitu:
- Minum banyak cairan, khususnya air atau teh hangat
- Minum obat yang dijual bebas seperti Antihistamin untuk meredakan gejala
- Hindari pemicu alergi yang diketahui
- Menghirup uap panas
- Mandi air hangat
Pencegahan
Pada dasarnya, menjaga kebersihan tubuh menjadi kunci utama untuk terhindar dari pilek.
Mengutip Healthline, berikut cara lain yang dapat Anda lakukan untuk mencegah pilek.
- Olahraga teratur, memperkuat sistem kekebalan tubuh
- Gunakan masker, menghindari zat yang dapat memicu alergi seperti debu atau serbuk sari
- Berhenti merokok, mencegah iritasi dan radang pada rongga hidung
- Rutin mencuci tangan
- Hindari berdekatan dengan orang yang sedang pilek
- Terapkan pola makan yang sehat dan bergizi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.