Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/10/2021, 12:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Binge Eating Disorder (BED) adalah gangguan makan parah yang dapat mengancam nyawa. BED ditandai dengan makan dalam porsi besar secara berulang.

Penderita BED akan makan dengan durasi cepat, bahkan sampai titik ketidaknyamanan. Selain itu, mereka juga kehilangan kontrol akan apa yang mereka makan.

Kemudian, penderita akan merasa malu dan bersalah setelah makan terus menerus (binge eating). Namun, berbeda dengan bulimia atau anoreksia, penderita BED tidak akan memuntahkan makanan yang telah dimakan.

Baca juga: Gangguan Makan: Penyebab dan Jenisnya

Gejala

Kebanyakan orang dengan gangguan makan berlebihan ini memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas.

Namun, tidak menutup kemungkinan orang berberat badan ideal juga memiliki kondisi ini.

Tanda dan gejala perilaku dari penderita BED meliputi hal berikut.

  • Makan dalam porsi besar yang tidak biasa dalam periode waktu tertentu, misalnya selama dua jam
  • Makan dengan cepat saat periode tersebut
  • Merasa perilaku makan tidak terkendali
  • Tetap makan di saat kenyang atau tidak lapar
  • Makan sampai merasa tidak nyaman
  • Sering makan sendiri atau diam-diam
  • Merasa tertekan, jijik, malu, bersalah, atau kesal soal makan
  • Sering melakukan diet tanpa penurunan berat badan
  • Mencoba diet dan membatasi makan, tapi kembali menyebabkan makan berlebih

Tingkat keparahan BED ditentukan oleh seberapa banyak penderita makan terus-terusan selama seminggu.

Penyebab

Melansir healthline, terdapat beberapa faktor risiko terjadinya BED pada seseorang, seperti hal di bawah ini.

Baca juga: Gangguan Makan: Penyebab, Jenis dan Cara Mengatasinya

  1. Genetik
    Penderita BED memiliki kepekaan tinggi terhadap dopamine, zat kimia dalam otak yang mengontrol perasaan penghargaan (reward) dan kesenangan.
    Kondisi ini merupakan sesuatu yang dapat diturunkan.

  2. Jenis kelamin
    BED lebih sering terjadi pada wanita ketimbang pria. Di Amerika serikat, 3,6 persen mengalami BED di beberapa titik hidup mereka ketimbang 2,0 persen pria.
    Hal ini dapat disebabkan oleh faktor biologis yang mendasarinya.

  3. Perubahan di otak
    Terdapat indikasi bahwa penderita BED mungkin mengalami perubahan struktur otak. Perubahan ini menghasilkan respons meningkat terhadap makanan dan kontrol diri yang kurang.

  4. Ukuran Badan
    Hampir 50 persen penderita BED mengalami obesitas dan 25 hingga 50 persen penderitanya mencari operasi penurunan berat badan.
    Masalah berat badan dapat menjadi penyebab dan akibat dari kondisi ini.

  5. Citra Tubuh
    Penderita BED sering memiliki citra tubuh yang sangat negatif. Ketidakpuasan tubuh, diet, dan makan berlebihan berkontribusi pada perkembangan gangguan.

  6. Makan Terus-menerus
    Penderita BED seringkali melaporkan riwayat makan terus-menerus sebagai gejala pertama kondisi ini.
    Hal ini termasuk dengan ‘makan besar’ pada masa kanak-kanak atau remaja.

  7. Trauma Emosional
    Peristiwa yang menyebabkan trauma seperti pelecehan, kematian, perpisahan dengan anggota keluarga, atau kecelakaan merupakan bagian dari faktor risiko.
    Penindasan pada masa kanak-kanak akibat berat badan juga dapat berpengaruh.

  8. Kondisi Psikologis Lainnya
    Gangguan psikologis lainnya, seperti fobia, depresi, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), gangguan bipolar, kecemasan, atau penyalahgunaan zat dapat menjadi penyebab dari BED.

Baca juga: Gejala Bulimia, Gangguan Makan Karena Takut Gemuk

Komplikasi

Gangguan psikologis dan fisik dapat muncul jika memiliki BED. Komplikasi yang dapat disebabkan BED, meliputi:

  • kualitas hidup yang buruk
  • tidak berfungsi maksimal di tempat kerja, kehidupan pribadi, atau situasi sosial
  • isolasi sosial
  • obesitas
  • kondisi medis yang berhubungan dengan obesitas, seperti masalah persendian, penyakit jantung, diabetes tipe 2, refluks gastroesofageal (GERD), dan beberapa gangguan pernapasan terkait tidur

Sementara itu, gangguan kejiwaan yang sering dikaitkan dengan gangguan makan terus-menerus, meliputi:

  • depresi
  • gangguan bipolar
  • kecemasan

Diagnosis

Dalam mendiagnosis BED, dokter akan merekomendasikan evaluasi psikologis, termasuk diskusi soal kebiasaan makan sehari-hari.

Dokter juga akan menyarankan pemeriksaan tes lain yang dapat menjadi komplikasi dari gangguan makan berlebihan, seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, masalah jantung, diabetes, GERD, dan beberapa gangguan pernapasan terkait tidur.

Tes ini termasuk:

Baca juga: 10 Gejala Anoreksia Nervosa, Gangguan Makan Serius yang Perlu Diwaspadai

  • pemeriksaan fisik
  • tes darah dan urin
  • pusat konsultasi gangguan tidur

Perawatan

BED dapat ditangani dengan tujuan untuk mengurangi kebiasaan episode makan berlebih. Penanganan ini akan membantu penderita lebih mengendalikan makan berlebih tersebut.

Beberapa penanganan yang dapat dilakukan adalah:

  • Psikoterapi. Beberapa psikoterapi yang mungkin direkomendasi dapat meliputi Terapi Perilaku Kognitif (CBT), psikoterapi interpersonal, dan terapi perilaku dialektikal.
  • Pengobatan. Obat-obatan seperti antidepresan dan antikonvulsan dapat diresepkan oleh dokter.

Jika mengalami kondisi ini, tidak perlu merasa malu dan segera cari bantuan. Cari orang yang dapat menjadi teman cerita dalam menjalani terapi dan pengobatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau