Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/11/2021, 19:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menurut Diagnostic and Statistical Manual (DSM-5), bigoreksia diartikan sebagai gangguan dismorfik tubuh yang memicu adiksi terhadap gagasan bahwa tubuh terlalu kecil atau tidak cukup berotot.

Seorang penderita bigoreksia akan terpaku pada pemikiran bahwa terdapat sesuatu yang salah pada penampilannya. Pikiran tersebut dapat memengaruhi tingkah laku.

Penderita juga mungkin akan merasa sangat malu dan cemas terhadap penampilan hingga menghindari banyak situasi sosial.

Baca juga: 11 Fungsi Otot pada Manusia

Beberapa gejala yang dialami sama dengan gangguan lain seperti anoreksia nervosa.

Karakteristik utama bigoreksia adalah pikiran bahwa seberapa keras penderitanya mencoba, dirinya tidak akan pernah cukup berotot.

Kondisi ini lebih umum ditemukan pada pria, meskipun beberapa binaragawan wanita juga dilaporkan memiliki gejala serupa.

Melansir Very Well Mind, normalnya seorang atlet angkat besi menghabiskan waktu selama 40 menit sehari untuk memikirkan perkembangan tubuh.

Sementara itu, penderita bigoreksia dapat menyibukkan diri hingga lima jam atau lebih sehari karena berpikir tubuh mereka kurang terbentuk.

Gejala

Tanda dan gejala bigoreksia dapat meliputi:

  • terus-menerus merasa diri kurang, bahkan terhadap hal kecil yang bagi orang lain kecil atau tidak terlihat sekalipun
  • keyakinan kuat bahwa terdapat cacat dalam penampilan
  • keyakinan bahwa orang lain menatap diri secara negatif atau mengejek
  • sering memeriksa cermin, mengecek penampilan
  • mencoba menyembunyikan kekurangan yang dirasakan dengan riasan atau pakaian tertentu
  • terus-menerus membandingkan penampilan diri dengan orang lain
  • kecenderungan menjadi perfeksionis
  • menghindari situasi sosial
  • seringkali mencari validasi terhadap penampilan
  • merasa khawatir tentang presentase lemak tubuh ketimbang kelebihan berat badan.

Baca juga: 3 Penyebab Nyeri Otot dan Cara Mengatasinya

Selain itu, penderita bigoreksia juga dapat melakukan hal ini:

  • mengontrol diet dengan ketat
  • mengkonsumsi obat-obatan dan penggunaan steroid yang berhubungan dengan kebugaran fisik
  • ketidakpuasan dengan penampilan yang mengarah pada suasana hati tertekan atau marah
  • merasa depresi jika gagal berolahraga atau pergi ke gym.

Penyebab

Belum diketahui secara pasti apa dan siapa saja yang dapat menderita bigoreksia.

Namun, melansir Mayo Clinic, kejadian tertentu dan beberapa faktor psikologis yang mendasari dapat memicu seseorang mengalami dismorfia tubuh.

Baik pria maupun wanita dapat mengalami dismorfia otot.

Pengalaman buruk selama kanak-kanak, seperti dirundung atau diejek soal ukuran tubuh, dapat menjadi pemicu akan terjadinya kondisi ini.

Perawatan

Belum ada pengobatan khusus untuk penderita bigoreksia.

Serupa dengan anoreksia, kondisi ini biasa hanya dianggap sebagai permasalahan biasa sehingga jarang mencari penanganan khusus.

Kondisi ini juga menjadi salah satu respons terhadap perasaan depresi dan kurang percaya diri sehingga melakukan pengobatan dianggap sebagai ‘mengakui kekalahan’.

Baca juga: 7 Penyebab Nyeri Otot yang Bisa Terjadi

Namun, psikoterapi dapat menjadi pilihan dalam penanganan bigoreksia.

Teknik kognitif-perilaku menekankan perubahan pola pikir penderita ke arah yang lebih realistis.

Jika gejala yang dialami sedang atau cukup parah, psikolog atau psikiater mungkin akan memberikan sejenis obat antidepresan bernama Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI).

Namun, jika gejala sangat parah atau perawatan lain tidak berhasil, opsi lain yang dapat dilakukan adalah melakukan terapi sekaligus dengan konsumsi obat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau