Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/11/2021, 17:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Plasenta previa terjadi ketika plasenta menutupi pembukaan serviks selama bulan-bulan terakhir kehamilan.

Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat sebelum atau selama persalinan.

Plasenta berkembang di rahim orang hamil selama kehamilan. Organ seperti kantung ini menyediakan makanan dan oksigen bagi bayi yang sedang berkembang.

Baca juga: Fakta Seputar Plasenta Previa, Biang Pendarahan pada Ibu Hamil

Organ ini juga yang menghilangkan produk limbah dari darah bayi.

Plasenta juga disebut sebagai afterbirth karena keluar dari tubuh setelah bayi lahir.

Penyebab

Penyebab pasti dari plasenta previa tidak diketahui.

Namun, plasenta previa lebih sering terjadi pada wanita dengan kondisi berikut:

  • Sudah pernah melahirkan
  • Memiliki bekas luka di rahim, seperti dari operasi sebelumnya, termasuk operasi caesar, pengangkatan fibroid rahim, pelebaran, dan kuretase
  • Memiliki plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
  • Sedang mengandung lebih dari satu janin
  • Berusia 35 tahun atau lebih tua
  • Merokok
  • Menggunakan kokain.

Gejala

Gejala utama plasenta previa adalah keluarnya darah secara tiba-tiba dari vagina.

Beberapa wanita juga mengalami kram. Pendarahan sering dimulai menjelang akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga.

Pendarahan bisa parah dan mengancam jiwa ibu serta bayi dalam kandungan.

Pendarahan dapat berhenti sendiri tetapi mungkin dapat terjadi lagi beberapa hari atau minggu kemudian.

Baca juga: 11 Penyebab Pendarahan saat Melahirkan

Persalinan terkadang dimulai dalam beberapa hari setelah pendarahan hebat. Terkadang, pendarahan mungkin tidak terjadi sampai setelah persalinan dimulai.

Diagnosis

Jika mengalami pendarahan vagina selama trimester kedua atau ketiga, hubungi dokter segera.

Apabila pendarahannya parah, cari perawatan medis darurat.

Jika seorang wanita mengalami pendarahan di paruh kedua kehamilan, dokter akan memantau posisi plasenta menggunakan salah satu metode pilihan ini:

  • USG transvaginal
  • USG transabdominal
  • MRI (pencitraan resonansi magnetik).

Perawatan

Hampir semua wanita yang mengalami plasenta previa membutuhkan operasi caesar.

Jika plasenta menutupi seluruh atau sebagian serviks, persalinan pervaginam dapat menyebabkan perdarahan hebat.

Hal tersebut bisa mengancam nyawa bagi ibu dan bayinya.

Jika plasenta dekat atau menutupi sebagian serviks, dokter dapat merekomendasikan:

  • Kurangi aktivitas
  • Istirahat penuh di tempat tidur
  • Istirahat panggul, yang berarti tidak boleh melakukan hubungan seks, menggunakan tampon, dan melakukan douching.

Baca juga: 7 Penyebab Pendarahan Saat Hamil Trimester Kedua dan Ketiga

Perawatan lain yang biasa dilakukan adalah:

  • Transfusi darah
  • Obat-obatan untuk mencegah persalinan dini
  • Obat-obatan untuk membantu kehamilan berlanjut hingga setidaknya 36 minggu
  • Suntikan obat khusus yang disebut Rhogam jika golongan darah Rh-negatif
  • Suntikan steroid untuk membantu paru-paru bayi matang.

Operasi caesar darurat dapat dilakukan jika pendarahannya berat dan tidak dapat dikendalikan.

Komplikasi

Tenaga kesehatan akan memantau ibu dan bayi untuk mengurangi risiko komplikasi serius dari plasenta previa:

  • Pendarahan vagina yang parah hingga mengancam jiwa
  • Kelahiran prematur

Pencegahan

Tidak diketahui bagaimana mencegah plasenta previa secara pasti.

Tetapi, seorang ibu dapat mengurangi risikonya dengan tidak merokok dan tidak menggunakan kokain.

Lakukan juga persalinan secara normal pada kehamilan pertama jika tidak ada kondisi khusus yang mengharuskan untuk operasi caesar.

Semakin banyak operasi caesar yang dilakukan, semakin besar risiko ibu terkena plasenta previa.

Baca juga: 7 Penyebab Pendarahan Saat Hamil Trimester Pertama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com