KOMPAS.com - Bakteri Escherichia coli (E. coli), yaitu bakteri yang umumnya hidup secara alami di dalam usus manusia maupun hewan.
Bakteri E. coli di dalam usus besar manusia membentuk interaksi yang bersifat simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan.
Manusia diuntungkan karena E. coli membantu manusia pada proses pembusukan sisa makanan yang telah dicerna tubuh sehingga terbentuklah feses.
Baca juga: Infeksi E. coli: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Cara Mencegah
Selain itu, bakteri E. coli juga menghasilkan vitamin K yang berperan penting dalam proses pembekuan darah.
Beberapa bakteri E. coli akan ikut keluar dari tubuh manusia bersama dengan keluarnya feses.
Namun, terdapat jenis E. coli tertentu menghasilkan racun yang dapat menyebabkan infeksi usus serius dan mengakibatkan diare, sakit perut, dan demam.
Infeksi bakteri E. coli yang berbahaya kerap disebabkan karena mengonsumsi makanan ataupun minuman yang terkontaminasi.
Selain menyerang saluran cerna, infeksi bakteri E. coli juga dapat menyerang saluran kemih, saluran napas, dan sistem saraf.
Pada kasus yang lebih parah, infeksi E. coli dapat menyebabkan diare berdarah, dehidrasi, bahkan gagal ginjal.
Akan tetapi, anak-anak dan lansia berisiko lebih tinggi mengalami gagal ginjal serius yang disebut hemolytic uremic syndrome.
Mengutip Healthline, gejala infeksi E. coli umumnya dirasakan sejak 10 hari pertama setelah terpapar bakteri.
Beberapa gejala infeksi E. coli, antara lain:
Baca juga: Memahami Cara Kerja Antibiotik dalam Membasmi Infeksi Bakteri
Pada kasus yang lebih parah, infeksi E. coli dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:
Merangkum Medical News Today dan Cleveland Clinic, beberapa jenis bakteri E. coli yang menghasilkan racun dan berbahaya bagi kesehatan manusia, antara lain:
Sebagian kasus infeksi E. coli disebabkan oleh bakteri jenis STEC. Racun dari bakteri ini dapat merusak lapisan usus kecil dan menyebabkan diare.
Bakteri E. coli yang berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara oral ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, seperti:
Baca juga: Infeksi Bakteri
Selain itu, bakteri E. coli juga dapat ditularkan melalui kontak dengan orang lain.
Menggunakan tangan yang kotor atau terkontaminasi untuk makan atau menyiapkan bahan makanan dapat menularkan bakteri.
Beberapa kondisi yang mungkin dapat menyebabkan tangan kotor atau terkontaminasi, seperti:
Menurut Mayo Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terinfeksi bakteri E. coli.
Dilansir dari Medical News Today, dokter akan mendiagnosis infeksi bakteri E. coli dengan beberapa cara berikut:
Baca juga: Terlihat Sama, Ini Beda Infeksi Virus dan Bakteri
Mengutip WebMD, E. coli umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Dokter mungkin akan memberikan antibiotik jika penderita mengalami diare hebat.
Namun, antibiotik tidak boleh diberikan bagi penderita yang mengalami diare berdarah dan diduga terinfeksi bakteri E. coli jenis STEC.
Pemberian antibiotik akan meningkatkan produksi racun Shiga dan memperburuk gejala yang dialami.
Selama masa pemulihan, penting untuk beristirahat dan mendapatkan asupan cairan yang cukup untuk menggantikan cairan yang hilang akibat muntah atau diare.
Hindari konsumsi obat diare karena dapat memperlambat sistem pencernaan sehingga akan menghambat pengeluaran racun dari saluran cerna.
Jika merasa lebih baik, coba untuk tetap mengonsumsi makanan rendah serat, seperti biskuit, roti, atau telur.
Selain itu, hindari produk susu dan makanan tinggi lemak karena dapat menyebabkan gejala semakin parah.
Dirangkum dari Healthline dan Cleveland Clinic, infeksi bakteri E. coli umumnya merupakan kasus ringan dan tidak menimbulkan komplikasi serius.
Baca juga: Penting untuk Kesehatan, Bagaimana Cara Menjaga Bakteri Baik di Tubuh?
Namun, lansia, orang dengan sistem imun yang lemah, wanita hamil, dan anak-anak, berisiko lebih tinggi mengalami infeksi yang parah.
Infeksi yang parah dapat menimbulkan gejala serius dan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti sindrom uremik hemolitik atau hemolytic uremic syndrome.
Sindrom uremik hemolitik dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian.
Melansir Medical News Today, berikut beberapa cara yang dapat mencegah infeksi bakteri E. coli:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.