KOMPAS.com - Tidak sedikit orang yang pernah mencabut atau mengelupas kulit mereka sendiri, misalnya mencabut kulit bekas jerawat atau luka yang mengering.
Kondisi ini memang wajar dilakukan, tetapi jika seseorang memiliki dorongan untuk terus melakukannya maka menjadi gejala dari masalah kesehatan yang disebut dermatillomania.
Dermatillomania atau excoriation disorder merupakan kondisi psikologis di mana seseorang memiliki kebiasaan untuk berulang kali mencabut kulit mereka sendiri.
Baca juga: 4 Bahaya Kebiasaan Mengigit Kuku
Penyakit yang juga disebut skin picking ini, merupakan penyakit yang dianggap berkaitan dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Meskipun demikian, tidak semua penderita OCD akan mengalami dermatillomania. Namun, sebagian besar penderita dermatillomania juga mengalami OCD.
Perilaku mencabut kulit yang dilakukan penderita dermatillomania dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam.
Jika tidak diobati, kondisi ini dapat datang dan pergi dalam beberapa minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun.
Selain itu, dermatillomania juga dapat menyebabkan perdarahan, iritasi pada kulit, terbentuknya jaringan parut (bekas luka), dan menimbulkan luka baru.
Merangkum Mental Health America dan Healthline, berikut beberapa gejala dermatillomania:
Selain itu, terdapat beberapa kriteria seseorang mengalami dermatillomania atau excoriation disorder, di antaranya:
Baca juga: Bahaya Kebiasaan Ngupil dan Cara untuk Berhenti
Mengutip Medical News Today, penyebab dermatillomania masih belum dapat diketahui secara pasti.
Namun, dermatillomania diduga terjadi akibat beberapa kondisi berikut:
Keropeng atau bekas luka yang mengering kerap menimbulkan rasa gatal yang menyebabkan seseorang menggaruk atau mencabutnya.
Garukan yang terlalu keras dapat menyebabkan kulit berdarah sehingga membentuk luka atau keropeng baru.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi kebiasaan hingga menjadi siklus skin picking atau excoriation disorder.
Bagi sebagian orang, mencabut kulit, menarik rambut, atau menggigit kuku kerap dilakukan sebagai upaya menghilangkan stres atau cemas.
Baca juga: 6 Dampak Negatif Kebiasaan Mengupil dan Cara Mengatasinya
Dilansir dari Healthline, dermatillomania merupakan kondisi yang tidak dapat didiagnosis sendiri.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna mengesampingkan kondisi mendasar lainnya.
Setelah itu, dokter akan melakukan anamnesis mengenai kebiasaan dan perasaan yang pasien rasakan saat melakukan kebiasaan (mencabut kulit) tersebut.
Dokter juga akan menentukan apakah luka atau koreng yang pasien cabut termasuk kelainan atau penyakit kulit lain, seperti eksim dan psoriasis.
Apabila dokter mencurigai pasien menderita dermatillomania maka pasien akan dirujuk ke profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater.
Dokter akan membuat rujukan ini apabila mereka menduga bahwa kondisi atau kebiasaan yang dilakukan pasien disebabkan oleh stres, kecemasan, atau OCD.
Dikutip dari Medical News Today, dermatillomania dapat ditangani dengan terapi dan pengobatan medis sesuai dengan kondisi yang mendasarinya.
Terdapat beberapa jenis obat-obatan yang akan diresepkan dokter untuk membantu mengatasi kebiasaan mencabuti kulit, seperti:
Baca juga: 4 Cara Setop Kebiasaan Sentuh Wajah agar Tak Gampang Tertular Penyakit
Penderita dermatillomania dapat melakukan terapi perilaku kognitif, yang berfokus pada mengatasi stres, kecemasan, kebiasaan buruk, dan gangguan kontrol impuls.
Selama melakukan terapi, terapis atau konselor akan membantu penderita mengidentifikasi dan mengatasi sesuatu yang memicu kebiasaan mencabut kulit.
Mereka mungkin akan menyarankan aktivitas alternatif yang lebih aman sebagai respons terhadap stres, kecemasan, atau rasa bosan.
Beberapa kegiatan alternatif yang dapat dilakukan, meliputi:
Kegiatan-kegiatan tersebut akan mengalihkan fokus pasien agar mereka tidak kembali mencabuti kulit.
Selain terapi dan pengobatan medis terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan secara mandiri untuk mengatasi kebiasaan skin picking, di antaranya:
Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Kebiasaan Ngemil Tak Sehat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.