Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 09/09/2022, 15:03 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. Sheila Agustini, Sp.S
Divalidasi oleh:
dr. Sheila Agustini, Sp.S

Dokter Spesialis Saraf Mayapada Hospital Jakarta Selatan www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Afasia adalah kelainan di bidang neurologi yang menyebabkan gangguan untuk berkomunikasi, seperti berbicara, menulis, dan memahami bahasa baik secara verbal ataupun non-verbal.

Afasia biasanya terjadi tiba-tiba seperti setelah stroke atau mengalami cedera kepala.

Namun, kondisi ini juga bisa datang secara bertahap seperti pada tumor otak yang tumbuh lambat atau penyakit yang menyebabkan kerusakan permanen maupun yang bersifat progresif (degeneratif).

Baca juga: Mengenal 3 Jenis Afasia yang Banyak Dialami Penderita Stroke

Derajat keparahan afasia dapat bergantung pada sejumlah kondisi, termasuk penyebab dan tingkat kerusakan otak.

Gejala

Afasia dapat memberikan gejala yang beragam seperti gangguan:

Pembicaraan

  • Kesulitan memikirkan kata-kata yang ingin diucapkan
  • Kesalahan dalam mengucapkan sesuatu, tapi bisa jadi masih saling berhubungan (contoh: mengucapkan ‘pena’ ketimbang spidol’). Namun, bisa jadi juga mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak masuk akal, seperti ingin mengatakan ‘bola’ tapi malah mengucapkan ‘radio’
  • Terbalik dalam mengucapkan sesuatu, misalnya ‘kasih terima’ ketimbang ‘terima kasih’.
  • Menggunakan kata yang dibuat sendiri
  • Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kalimat
  • Menggabungkan kata yang dibuat sendiri dengan kata lain dan membentuk sebuah kalimat yang bisa jadi terdegnar tidak masuk akal.

Pemahaman

  • Kesulitan mengerti apa yang dikatakan orang lain, khususnya saat berbicara cepat atau seperti berkumur (tidak jelas). Juga, kesulitan memahami kalimat yang panjang dan kompleks
  • Kesulitan memahami apa yang dikatakan orang lain di lingkungan yang berisik atau di sekeliling orang banyak
  • Kesulitan memahami lelucon.

Baca juga: Jenis-jenis Penyakit Degeneratif yang Perlu Diwaspadai

Membaca dan menulis

  • Kesulitan membaca formulir, buku, atau layar komputer
  • Mengeja dan merangkai kata menjadi satu kalimat
  • Menggunakan angka atau mengerjakan matematika, seperti menentukan waktu, menghitung uang, atau sesederhana melakukan pertambahan dan pengurangan.

Penyebab

Afasia disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang spesifik berperan dalam memahami dan memproduksi bahasa.

Penyebab umum afasia:

  • stroke, penyebab paling sering
  • cedera kepala berat
  • tumor otak
  • gangguan neurologis progresif: menyebabkan otak dan sistem saraf terganggu, seperti demensia.

Afasia dapat mengenai semua kelompok umur, tapi umumnya terjadi di atas 65 tahun.

Hal ini disebabkan karena stroke dan gangguan neurologis progresif cenderung memengaruhi orang berusia lanjut.

Diagnosis

Dokter dapat mendiagnosis seseorang dengan afasia setelah melakukan beberapa rangkaian pemeriksaan fungsi kognitif, seperti latihan sederhana untuk menyebutkan berbagai benda di dalam ruangan, mengulang kata dan kalimat, serta membaca dan menulis hingga pemeriksaan yang lebih kompleks.

Baca juga: Mengenal Gejala dan Dampak Negatif Stroke Pada Anak

Pemeriksaan fungsi kognitif ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan seseorang untuk:

  • memahami pidato dasar dan tata bahasa
  • mengungkapkan kata, frasa, dan kalimat untuk berkomunikasi secara sosial, misalnya mengadakan percakapan atau memahami lelucon
  • membaca dan menulis huruf, kata, dan kalimat

Selain itu, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium maupun pencitraan seperti CT Scan atau MRI dapat dikerjakan sesuai indikasi.

Perawatan

Jika kerusakan yang terjadi pada otak masih tergolong ringan, seseorang diharapkan dapat memulihkan keterampilan berbahasa tanpa pengobatan spesifik.

Namun, dalam kebanyakan kasus penderita harus menjalani terapi wicara dan bahasa untuk mengembalikan keterampilan bahasa dan melengkapi pengalaman komunikasi mereka.

Rehabilitasi bicara dan bahasa

Pemulihan keterampilan bahasa adalah suatu proses panjang yang memerlukan waktu untuk dapat pulih kembali.

Terapi wicara dan bahasa bagi penderita afasia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi.

Contohnya, seperti memulihkan sebanyak mungkin bahasa, mengajarkan cara mengembalikan keterampilan bahasa yang hilang, dan menemukan metode komunikasi lain.

Baca juga: Gejala Awal Stroke pada Pria yang Harus Diwaspadai

Terapi:

  • dimulai sejak awal: melansir Mayo Clinic, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terapi paling efektif jika dimulai sesegera mungkin
  • bekerja dalam kelompok: dalam lingkungan kelompok, orang dengan afasia dapat mencoba keterampilan komunikasi mereka dengan lebih aman. Peserta dapat melatih percakapan, berbicara secara bergantian, serta mengklarifikasi kesalahpahaman dan memperbaiki percakapan
  • melatih penggunaan komputer: terapi berbantuan komputer dapat membantu untuk mempelajari kembali kata kerja dan bunyi kata (fonem).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Hasil Uji Klinis Obat GERD di Indonesia Menjanjikan
Hasil Uji Klinis Obat GERD di Indonesia Menjanjikan
Health
Fobia Bukan Sekadar Rasa Takut, Ini Cara Mengatasinya
Fobia Bukan Sekadar Rasa Takut, Ini Cara Mengatasinya
Health
99 Jemaah Haji Indonesia Kena Pneumonia, Kemenkes Imbau Jaga Kesehatan
99 Jemaah Haji Indonesia Kena Pneumonia, Kemenkes Imbau Jaga Kesehatan
Health
Tips Jaga Gula Darah Saat Idul Adha, Dokter Sarankan Jamu Pahitan
Tips Jaga Gula Darah Saat Idul Adha, Dokter Sarankan Jamu Pahitan
Health
Musim Pancaroba Bikin Mudah Sakit? Ini Tips dari Dokter agar Tetap Fit
Musim Pancaroba Bikin Mudah Sakit? Ini Tips dari Dokter agar Tetap Fit
Health
Kasus Covid-19 Kembali Naik di Asia, Ini yang Perlu Diketahui soal Varian JN.1 dan Turunannya
Kasus Covid-19 Kembali Naik di Asia, Ini yang Perlu Diketahui soal Varian JN.1 dan Turunannya
Health
Kemenkes: Pengenalan Gejala Penyakit Langka dengan Cek Kesehatan Gratis
Kemenkes: Pengenalan Gejala Penyakit Langka dengan Cek Kesehatan Gratis
Health
Pasangan Thalasemia Minor Sebabkan Thalasemia Mayor pada Anak
Pasangan Thalasemia Minor Sebabkan Thalasemia Mayor pada Anak
Health
Lonjakan Kasus Covid-19 di India: Waspadai Varian Baru yang Lebih Menular
Lonjakan Kasus Covid-19 di India: Waspadai Varian Baru yang Lebih Menular
Health
Keunggulan Ring Jantung Bioadaptor dengan Material Lentur
Keunggulan Ring Jantung Bioadaptor dengan Material Lentur
Health
Kanker Serviks Stadium 4: Pengertian dan Pilihan Pengobatannya
Kanker Serviks Stadium 4: Pengertian dan Pilihan Pengobatannya
Health
Cloud Coffee, Minuman Tren yang Diklaim Menyehatkan: Benarkah?
Cloud Coffee, Minuman Tren yang Diklaim Menyehatkan: Benarkah?
Health
Apakah Pola Makan Berperan Besar Terhadap Terjadinya Stroke? Ini Kata Dokter…
Apakah Pola Makan Berperan Besar Terhadap Terjadinya Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian
Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian
Health
Riset FMIPA UI  Buktikan Segel Le Minerale Unggul 100 Persen Cegah Kontaminasi Debu, Bakteri, dan Jamur
Riset FMIPA UI Buktikan Segel Le Minerale Unggul 100 Persen Cegah Kontaminasi Debu, Bakteri, dan Jamur
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau