KOMPAS.com - Schistosomiasis atau bilharzia adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit.
Dari segi dampak, menurut CDC penyakit ini menempati urutan kedua setelah malaria sebagai penyakit parasit yang paling mematikan.
Parasit penyebab schistosomiasis hidup pada beberapa jenis siput air tawar.
Baca juga: Infeksi Cacing Tambang
Bentuk parasit yang menular atau serkaria, muncul dari siput ke dalam air.
Seseorang dapat terinfeksi ketika kulit bersentuhan dengan air tawar yang terkontaminasi.
Sebagian besar infeksi pada manusia disebabkan oleh Schistosoma mansoni, S. haematobium, atau S. japonicum.
Seseorang dapat terinfeksi schistosoma melalui kontak dengan air yang terkontaminasi.
Parasit ini berenang bebas di air tawar yang terbuka.
Ketika parasit bersentuhan dengan manusia, parasit itu masuk ke dalam kulit dan menjadi dewasa ke tahap lain.
Kemudian, parasit menjalar ke paru-paru dan hati, di mana ia tumbuh menjadi cacing dewasa.
Cacing dewasa kemudian bergerak ke bagian tubuh yang disukainya, tergantung pada spesiesnya. Area-area tersebut meliputi:
Gejala bervariasi dengan spesies cacing dan fase infeksi, seperti:
Baca juga: Infeksi Cacing Kremi
Penyedia layanan kesehatan akan mendiagnosis schistosomiasis dengan tes berikut:
Infeksi schistosomiasis biasanya diobati dengan obat praziquantel atau oxamniquine.
Obat ini biasanya diberikan bersama dengan kortikosteroid.
Jika infeksinya parah atau melibatkan otak, kortikosteroid dapat diberikan terlebih dahulu.
Hubungi dokter segera jika mengalami gejala schistosomiasis, terutama apabila sehabis melakukan aktivitas di dekat lingkungan air tawar terbuka.
Baca juga: Infeksi Cacing Kremi Bisa Sebabkan Komplikasi, Apa Saja?
Kemungkinan komplikasi schistosomiasis meliputi:
Ikuti langkah-langkah berikut untuk menghindari infeksi schistosomiasis:
Siput dapat menjadi inang parasit ini.
Menyingkirkan siput di badan air yang digunakan oleh manusia dapat membantu mencegah infeksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.