KOMPAS.com - Sferositosis herediter adalah kelainan darah yang diturunkan lewat keluarga.
Penyakit ini terjadi karena masalah sel darah merah (RBC). Alih-alih berbentuk seperti piringan, sel-sel darah merah justru berbentuk bulat seperti bola.
Sel darah merah ini (sferosit) lebih rapuh daripada sel darah merah berbentuk cakram.
Baca juga: 5 Fungsi Sel Darah Putih sesuai Jenisnya
Kerusakan ini menyebabkan anemia (tidak cukup sel darah merah dalam tubuh) dan masalah medis lainnya.
Gangguan ini disebabkan oleh gen yang rusak.
Cacat gen ini menghasilkan membran sel darah merah yang abnormal.
Sel-sel yang terkena memiliki luas permukaan yang lebih kecil volumenya daripada sel darah merah normal dan dapat pecah dengan mudah.
Anemia dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Dalam kasus yang parah gangguan dapat ditemukan pada anak usia dini.
Sedangkan dalam kasus ringan tidak terlalu terasa sampai dewasa.
Bayi yang terkena dapat memiliki kulit dan mata yang menguning (penyakit kuning) dan pucat.
Gejala lainnya meliputi:
Tes laboratorium dapat membantu mendiagnosis kondisi ini.
Baca juga: Apa Saja Penyebab Anemia?
Tes yang bisa dilakukan antara lain:
Pengobatan untuk sferositosis herediter tergantung pada gejalanya. Beberapa anak pengidap tidak perlu membutuhkan perawatan.
Ketika perawatan dilakukan, pilihannya meliputi:
Bayi dengan gejala parah akan memerlukan:
Perawatan ini tidak menyembuhkan kondisi, tetapi mereka menekan gejala.
Baca juga: Anemia Defisiensi B12 dan Folat
Beberapa infeksi bisa sangat serius pada anak kecil yang limpanya telah diangkat. Vaksin tertentu dan perawatan khusus dibutuhkan jika mereka demam.
Hubungi penyedia layanan kesehatan segera jika:
Komplikasi sferositosis herediter yang mungkin terjadi ialah:
Sferositosis herediter adalah kelainan bawaan dan tidak dapat dicegah.
Menyadari risiko, seperti riwayat keluarga dapat membantu diagnosis dini dan diobati lebih awal.
Konsultasikan dengan dokter jika memiliki riwayat penyakit ini dan hendak berencana hamil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.