Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/04/2022, 13:34 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nekrolisis epidermal toksik adalah kondisi kulit yang menyakitkan dan mengancam jiwa. 

Penyakit ini menyebabkan kulit melepuh dan mengelupas pada setidaknya 30 persen bagian dari tubuh, termasuk selaput lendir seperti mulut, mata dan alat kelamin. 

Nekrolisis epidermal toksik adalah hasil dari reaksi terhadap obat-obatan tertentu.

Baca juga: Kulit Melepuh

Kerusakan luas pada kulit dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berbahaya dan infeksi.

Penyebab

Dalam kebanyakan kasus, dokter percaya bahwa obat-obatan tertentu memicu sindrom nekrolisis epidermal toksik.

Obat-obatan tersebut antara lain:

  • Allopurinol (obat yang digunakan untuk mengobati batu ginjal dan asam urat)
  • Antikonvulsan (kelompok obat yang digunakan untuk mengobati kejang)
  • Obat anti-retroviral yang digunakan untuk mengobati HIV (terutama NNRTI seperti nevirapine, efavirenz, atau etravirine)
  • Oxicams (sekelompok obat antiinflamasi nonsteroid atau NSAID)
  • Sulfonamida (sejenis antibiotik).

Pemicu lainnya yang jarang ditemukan ialah:

  • Infeksi
  • Vaksinasi.

Meski begitu, beberapa kasus nekrolisis epidermal toksik tidak diketahui.

Gejala

Nekrolisis epidermal toksik menyebabkan kulit mengelupas. Hal ini membuat area dalam kulit yang besar terbuka.

Mengelupasnya kulit memungkinkan cairan dan garam mengalir dari area yang mentah dan rusak.

Baca juga: Demi Kesehatan Kulit, Seberapa Sering Kita Harus Mencuci Bra?

Daerah ini dapat dengan mudah terinfeksi. Berikut adalah gejala paling umum dari nekrolisis epidermal toksik:

  • Area merah yang menyakitkan dan menyebar dengan cepat
  • Kulit bisa mengelupas tanpa melepuh
  • Area kulit mentah
  • Tidak nyaman
  • Demam
  • Kondisi menyebar ke mata, mulut/tenggorokan, dan alat kelamin/uretra/anus.

Gejala nekrolisis epidermal toksik mungkin menyerupai kondisi kulit lainnya. 

Penyakit ini adalah masalah yang mengancam jiwa.

Diagnosis

Penyedia layanan kesehatan biasanya dapat mendiagnosis nekrolisis epidermal toksik setelah mengevaluasi kulit dan gejala.

Dalam beberapa kasus, pasien memerlukan biopsi kulit untuk memastikan diagnosis.

Biopsi bertujuan untuk menunjukkan:

  • Sel kulit nekrotik (mati)
  • Pelepasan lapisan kulit pertama (epidermis) dari lapisan kedua

Perawatan

Perawatan khusus untuk nekrolisis epidermal toksik akan didiskusikan bersama dokter  berdasarkan:

Baca juga: Ulkus Dekubitus

  • Usia, kesehatan secara keseluruhan, dan riwayat medis
  • Luasnya kondisi
  • Toleransi terhadap obat-obatan, prosedur, atau terapi tertentu
  • Harapan untuk jalannya kondisi
  • Pendapat atau preferensi pasien.

Penyakit ini berkembang cepat biasanya dalam tiga hari.

Perawatan biasanya termasuk rawat inap, seringkali di unit luka bakar.

Jika obat menyebabkan reaksi kulit, maka konsumsi obat bisa dihentikan. Pilihan perawatannya bisa meliputi:

  • Rawat Inap
  • Isolasi untuk mencegah infeksi
  • Salep dan perban pelindung
  • Cairan dan elektrolit intravena (IV)
  • Antibiotik
  • Imunoglobulin G intravena.

Segera hubungi dokter jika gejala nekrolisis epidermal toksik muncul. Kondisi ini bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Komplikasi

Komplikasi yang mengancam jiwa dari nekrolisis epidermal toksik dapat mencakup:

  • Infeksi
  • Kegagalan multi organ
  • Radang paru-paru
  • Sepsis.

Baca juga: Luka Bakar

Pencegahan

Pencegahan nekrolisis epidermal toksik bisa dilakukan dengan mencari perawatan medis segera pada tanda-tanda pertama penyakit ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau