Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/01/2014, 10:31 WIB

Jus berkarbohidrat ini juga banyak dijual di kedai-kedai yang dinikmati sembari berjalan kaki oleh mereka yang terburu-buru dan tidak bisa meluangkan waktu untuk sarapan di rumah. Khusus untuk jus yang tidak terbuat dari buah-buahan itu, selalu disajikan dalam kondisi hangat, bahkan panas.

Tidak ada alasan khusus kenapa mereka menyukai jus-jus semacam itu, kecuali karena menyehatkan.

”Dalam satu hari, kita harus bekerja dan banyak beraktivitas. Tentu saja kita hanya menginginkan hal-hal yang baik bagi tubuh, makanan yang mengenyangkan, sekaligus menyehatkan,” ujar
Shan Hong.

Di satu sisi, kenapa mereka mengolah beragam bahan menjadi minuman, mungkin juga karena masyarakat China tidak terlalu menyukai air putih. Minuman wajib di saat makan hanyalah teh, yang terkadang juga diseduh dalam botol agar bisa diminum sewaktu-waktu. Terkadang, yang disebut minuman untuk sekadar melapangkan jalan makanan di tenggorokan hanyalah semangkuk sup atau congee, semacam bubur (terkadang tanpa rasa), dengan komposisi air lebih banyak dari bubur ayam yang biasa kita nikmati di Indonesia.

Shan Hong misalnya, dia terbiasa menikmati semacam kebab, gulungan kulit lumpia yang diisi telur, bawang, dan sayuran—disebut pancake—dan segelas plain congee, congee tanpa rasa sebagai minuman. Jadi, bayangkan, betapa kenyangnya!

Makan bersama

Menikmati, mendalami cita rasa, menjadi hal yang penting karena bagi mereka, makan adalah aktivitas penting, bagian dari cara menikmati hidup. Sebegitu pentingnya karena dalam acara yang mengenyangkan tubuh itu, setiap orang juga mendapatkan ”asupan” bagi jiwa, melalui komunikasi dengan teman atau keluarga yang menemani mereka makan.

”Makan di restoran atau di rumah selalu menjadi ajang bagi kami untuk berkumpul, berkomunikasi santai dengan keluarga atau teman-teman,” ujar Feng.

Tak heran, banyak restoran, terutama di malam hari, selalu penuh. Restoran chinese food selalu memakai meja bundar dengan lazy susan, istilah untuk baki bulat yang dapat diputar-putar di atasnya. Di atas susan yang pemalas inilah setiap hidangan akan diletakkan, dan setiap orang bisa berebut mengambil makanan sembari bercengkerama dan mengobrol.

Saat berkumpul bersama, sembari memutar si Susan, setiap orang akan saling mengincar, berupaya mendapatkan setiap keping makanan terenak sebelum dihabiskan oleh teman atau saudara yang duduk berseberangan. Dan, hap! Siapa cepat dia dapat!

Makan bersama juga memberikan nilai positif lain. Marisa Moore, perwakilan dari American Dietetic Association, seperti dikutip dari Forbes, mengatakan, sekitar 58 orang Amerika cenderung makan sendiri, dan hasilnya adalah mereka menjadi kurang menikmati makanan yang disantap. Tidak hanya itu, makan bersama dengan beragam aktivitas sosial yang ada di dalamnya ternyata juga berdampak bagus untuk pencernaan.

”Mengobrol dengan rekan, keluarga, atau kekasih saat makan bersama akan memberikan waktu jeda di dalam perut sehingga makanan tercerna dan terserap dengan baik oleh tubuh,” ujarnya.

Banyak kebaikan dan kebahagiaan datang dari aktivitas sederhana: makan. Jadi, apakah Anda sudah cukup bahagia setelah beberapa kali makan hari ini? (REGINA RUKMORINI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau