KOMPAS.com – Banyak orangtua menganggap anak-anak adalah malaikat kecil yang tak akan bisa melakukan perbuatan tercela seperti berbohong.
Padahal, berdasarkan kajian psikologi, berbohong bisa saja dilakukan oleh anak-anak sejak usia 3-4 tahun, bersamaan dengan munculnya hati nurani.
Namun, berbohon yang dilakukan anak-anak pada usia ini memiliki alasan khusus dan mereka belum memahami mengapa berbohong termasuk perilaku yang buruk atau tidak benar.
Baca juga: Ini 11 Efek Buruk dari Suka Marah Selain Bikin Darah Tinggi
Ada beberapa bentuk berbohong oleh anak yang dapat dikenali.
Berikut ini yang terjadi:
1. Memutarbalikkan keadaan
Contoh kasus:
Seorang anak yang membaca buku hingga larut malam dan akhirnya terlambat bangun pagi.
Karena takut dimarahi, sang anak kemudian berbohong kepada orangtuanya, bilang jika sudah mandi sebelum berangkat ke sekolah.
Sang anak khawatir jika harus mandi lebih dulu akan terlambat tiba di sekolah.
2. Melebih-lebihkan
Bentuk berbohong ini dipraktikan anak dengan menceritakan sesuatu dengan mengombinasikan antara kebenaran dan khayalan.
Contoh kasus:
Seorang anak yang baru saja diajak pergi ke pantai oleh orangtuanya menceritakan pengalamannya tersebut dengan berebihan kepada teman-temannya.
Sang anak bercerita jika di pantai ada tempat yang terduh dinaungi pohon kelapa, kerang-kerang yang indah, ikan-ikan beraneka warna.
Baca juga: Hati-hati Orangtua, Marah pada Anak Sebabkan 11 Dampak Fatal
Pada kenyataannya, memang ada pohon kelapa di pantai, tapi tidak sampai membuat pantai teduh, kerang banyak tapi tidak indah karena kebanyakan sudah pecah, ikan juga banyak tapi tidak beraneka warna.
3. Membual
Anak menceritakan sesuatu yang tidak dilakukan atau tidak dialami, dengan seolah-olah dia sendiri yang mengalami dan merasakan.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Sering Marah Bikin Darah Tinggi?
4. Melepas tanggung jawab
Bentuk berbohong ini dilakukan anak dengan melemparkan kesalahan diri pada orang lain, termasuk di dalamnya fitnah.
Contoh kasus:
Seorang anak baru melempar bola saat bermain hingga membuat kaca rumah pecag. Karena takut dimarahi orangtua, anak ini mengatakan bahwa dia tidak melempar bola tersebut, tapi temannya yang melakukan.
Melansir Buku Mengembangkan Nilai Moral pada Anak (2009) oleh Dian Ibung, Psi, ada banyak alasan yang bisa melatarbelakangi anak berbohong.
Berikut beberapa di antaranya:
1. Ingin menguji kemampuan diri
Pada usia 3-4 tahun, ketika berbohong, mungkin sekali anak sedang menguji kemampuannya dalam berbohong dan apakah dia cukup mampu membohongi orangtuanya.
Sayangnya, kebohongan di usia anak ini pada umumnya disertai dengan imajinasi yang tinggi.