KOMPAS.com - Jumlah sperma yang rendah berarti cairan (air mani) yang diejakulasikan oleh pria selama orgasme mengandung lebih sedikit sperma dari biasanya.
Dalam dunia kesehatan, jumlah sperma yang rendah dapat disebut oligospermia.
Sedangkan tidak adanya sperma disebut azoospermia.
Baca juga: 3 Teknik Menunda Ejakulasi untuk Cegah Ejakulasi Dini
Jumlah sperma pria bisa dianggap lebih rendah dari biasanya jika memiliki kurang dari 15 juta sperma per mililiter (ml) air mani.
Kondisi ini pun layak diantisipasi atau diwaspadai.
Pasalnya, jumlah sperma yang sedikit dapat memengaruhi peluang kehamilan.
Melansir Health Line, beberapa pria dengan oligospermia memang masih bisa membuat pasanganya hamil meski jumlah spermanya lebih sedikit.
Tapi, proses pembuahan dan kehamilan mungkin akan menjadi lebih sulit.
Pasangan dengan masalah oligospermia mungkin perlu lebih banyak upaya daripada pasangan tanpa masalah kesuburan ini.
Beberapa penyebab oligospermia yang paling umum juga dapat meningkatkan risiko pria untuk masalah kesuburan lainnya. Ini termasuk masalah motilitas sperma.
Motilitas sperma mengacu pada seberapa "aktif" sperma di dalam air mani pria.
Aktivitas normal memungkinkan sperma berenang menuju sel telur untuk pembuahan dengan mudah.
Baca juga: Untuk Pria, Kenali 5 Penyebab Ejakulasi Dini dan Cara Mengatasinya
Motilitas yang tidak normal dapat berarti sperma tidak cukup bergerak untuk mencapai sel telur.
Sperma juga dapat bergerak dalam pola yang tidak dapat diprediksi yang akan mencegah mereka mencapai sel telur.
Produksi sperma adalah proses yang kompleks dan membutuhkan fungsi normal testis serta hipotalamus dan kelenjar pituitari (organ di otak yang menghasilkan hormon yang memicu produksi sperma).
Setelah diproduksi di testis, sperma kemudian diangkut sampai bercampur dengan air mani dan dikeluarkan dari penis.
Melansir Mayo Clinic, masalah dengan salah satu sistem ini dapat memengaruhi produksi sperma.
Selain itu, masalah dengan salah satu sistem reproduksi pria ini juga dapat menyebabkan adanya masalah bentuk (morfologi) sperma yang abnormal, dan gerakan (motilitas) atau fungsi sperma.
Baca juga: Apakah Sperma Sering Tumpah Bisa Jadi Penyebab Sulit Hamil?
Namun, penyebab rendahnya jumlah sperma sering kali tidak teridentifikasi.
Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab jumlah sperma sedikit yang baik diketahui:
1. Penyebab medis
Jumlah sperma yang rendah dapat disebabkan oleh sejumlah masalah kesehatan dan perawatan medis.
Beberapa di antaranya termasuk:
Varikokel adalah pembengkakan pembuluh darah vena yang mengalirkan testis. Ini adalah penyebab infertilitas pria yang paling umum.
Meskipun alasan pasti mengapa varikokel menyebabkan infertilitas tidak diketahui, hal itu mungkin terkait dengan regulasi suhu testis yang tidak normal.
Varikokel bisa menyebabkan penurunan kualitas sperma.
Baca juga: 11 Tanda Awal Kehamilan yang Sering Tak Disadari, Termasuk Jerawat?
Beberapa infeksi dapat mengganggu produksi sperma, kesehatan sperma, atau dapat menyebabkan jaringan parut yang menghalangi jalannya sperma.
Ini termasuk peradangan epididimis (epididimitis) atau peradangan testis (orkitis) dan beberapa infeksi menular seksual, termasuk gonore atau HIV.
Meskipun beberapa infeksi dapat menyebabkan kerusakan testis permanen, sering kali sperma masih dapat diambil.
Ejakulasi retrograde terjadi ketika air mani masuk kandung kemih saat orgasme alih-alih keluar dari ujung penis.
Berbagai kondisi kesehatan dapat menyebabkan ejakulasi retrograde atau kurangnya ejakulasi, termasuk diabetes, cedera tulang belakang, dan operasi kandung kemih, prostat, atau uretra.
Obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan masalah ejakulasi, seperti obat tekanan darah yang dikenal sebagai penghambat alfa.
Beberapa masalah ejakulasi bisa diatasi, sementara yang lain bersifat permanen.
Baca juga: 13 Makanan untuk Meningkatkan Gairah Seks
Pada kebanyakan kasus masalah ejakulasi permanen, sperma masih bisa diambil langsung dari testis.
Antibodi anti-sperma adalah sel sistem kekebalan yang secara keliru mengidentifikasi sperma sebagai penyerang berbahaya dan berusaha menghancurkannya.
Kanker dan tumor non-ganas dapat memengaruhi organ reproduksi pria secara langsung, melalui kelenjar yang melepaskan hormon yang berhubungan dengan reproduksi, seperti kelenjar pituitari, atau melalui penyebab yang tidak diketahui.
Pembedahan, radiasi, atau kemoterapi untuk mengobati tumor juga dapat memengaruhi kesuburan pria.
Selama perkembangan janin, salah satu atau kedua buah zakar kadang gagal turun dari perut ke dalam kantung yang biasanya berisi buah pelir (skrotum).
Kesuburan yang menurun lebih mungkin terjadi pada pria dengan kondisi ini.
Baca juga: 3 Gejala Kanker Testis yang Perlu Diwaspadai
Hipotalamus, hipofisis, dan testis menghasilkan hormon yang diperlukan untuk membuat sperma.
Perubahan hormon ini, serta dari sistem lain seperti tiroid dan kelenjar adrenal, dapat mengganggu produksi sperma.
Banyak saluran berbeda membawa sperma. Saluran-saluran ini dapat tersumbat karena berbagai penyebab, termasuk cedera yang tidak disengaja akibat operasi, infeksi sebelumnya, trauma atau perkembangan abnormal, seperti fibrosis kistik atau kondisi turunan serupa.
Penyumbatan dapat terjadi di semua tingkat, termasuk di dalam testis, di saluran yang mengalirkan testis, di epididimis, di vas deferens, di dekat saluran ejakulasi atau di uretra.
Baca juga: 9 Gejala Kanker pada Pria yang Perlu Diwaspadai
Gangguan bawaan seperti sindrom Klinefelter, di mana seorang laki-laki dilahirkan dengan dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukan satu X dan satu Y, dapat menyebabkan perkembangan abnormal pada organ reproduksi laki-laki.
Sindrom genetik lain yang terkait dengan infertilitas termasuk fibrosis kistik, sindrom Kallmann, dan sindrom Kartagener.
Gangguan pencernaan yang disebabkan oleh kepekaan terhadap gluten, penyakit celiac dapat menyebabkan kemandulan pada pria.
Kesuburan dapat membaik setelah menjalankan diet bebas gluten.
Terapi penggantian testosteron, penggunaan steroid anabolik jangka panjang, obat kanker (kemoterapi), obat antijamur, antibiotik tertentu, dan beberapa obat maag dapat mengganggu produksi sperma dan menurunkan kesuburan pria.
Baca juga: Jenis-jenis Obat Diabetes Tipe 1 dan Obat Diabetes Tipe 2
Beberapa pperasi tertentu mungkin saja dapat mencegah sperma keluar dalam ejakulasi, termasuk vasektomi, perbaikan hernia inguinalis, operasi skrotum atau testis, operasi prostat, dan operasi perut besar yang dilakukan untuk kanker testis dan rektal.
Dalam kebanyakan kasus, pembedahan dapat dilakukan untuk membalikkan penyumbatan ini atau mengambil sperma langsung dari epididimis dan testis.
2. Penyebab lingkungan
Produksi atau fungsi sperma dapat dipengaruhi oleh paparan berlebih pada elemen lingkungan tertentu.
Ini termasuk:
Paparan benzenes, toluene, xylene, herbicides, pestisida, pelarut organik, bahan pengecatan dan timbal dapat berkontribusi pada jumlah sperma yang rendah.
Paparan timbal atau logam berat lainnya juga dapat menyebabkan infertilitas.
Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?
Paparan radiasi dapat menurunkan produksi sperma.
Jika pria mengalaminya, diperlukan beberapa tahun agar produksi sperma bisa kembali normal.
Dengan radiasi dosis tinggi, produksi sperma bisa berkurang secara permanen.
Suhu yang tinggi dapat mengganggu produksi dan fungsi sperma.
Meskipun penelitian terbatas dan tidak dapat disimpulkan, seringnya penggunaan sauna atau bak mandi air panas dapat mengganggu jumlah sperma untuk sementara.
Duduk dalam waktu lama, mengenakan pakaian ketat atau bekerja di depan komputer laptop untuk waktu yang lama juga dapat meningkatkan suhu skrotum dan sedikit mengurangi produksi sperma.
Baca juga: Awas, Simpan HP di Saku Celana Bisa Rusak Kualitas Sperma
3. Kesehatan, gaya hidup, dan penyebab lainnya
Penyebab jumlah sperma rendah lainnya bisa meliputi:
Steroid anabolik yang digunakan untuk merangsang kekuatan dan pertumbuhan otot dapat menyebabkan testis menyusut dan produksi sperma menurun.
Penggunaan kokain atau mariyuana juga dapat menurunkan jumlah dan kualitas sperma pria.
Minum alkohol dapat menurunkan kadar testosteron dan menyebabkan produksi sperma menurun.
Pekerjaan tertentu mungkin terkait dengan risiko kemandulan, termasuk mengelas atau yang terkait dengan duduk dalam waktu lama, seperti mengemudi truk. Namun, data untuk mendukung pandangan ini tidak konsisten.
Baca juga: 5 Bahaya Nikotin dalam Rokok Elektrik
Pria yang merokok mungkin memiliki jumlah sperma yang lebih rendah daripada mereka yang tidak merokok.
Stres emosional yang parah atau berkepanjangan, termasuk stres tentang kesuburan, dapat mengganggu hormon yang dibutuhkan untuk memproduksi sperma.
Depresi dapat berdampak negatif pada konsentrasi sperma.
Obesitas dapat merusak kesuburan dengan beberapa cara, termasuk berdampak langsung pada sperma dan dengan menyebabkan perubahan hormon yang menurunkan kesuburan pria.
Jumlah sperma yang lebih rendah dari biasanya dapat terjadi akibat pengujian sampel sperma yang diambil terlalu cepat setelah ejakulasi terakhi, diambil terlalu cepat setelah sakit atau peristiwa yang membuat stres, atau tidak mengandung semua air mani (semen) yang diejakulasi karena ada yang tumpah selama pengambilan.
Untuk alasan ini, hasil umumnya didasarkan pada beberapa sampel yang diambil selama periode waktu tertentu.
Baca juga: 5 Penyebab Hipospadia, Kelainan Penis Bawaan Lahir yang Bisa Terjadi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.