KOMPAS.com - Teror tidur atau teror malam adalah episode saat seseorang berteriak ketakutan yang intens dan memukul dalam keadaan tertidur.
Seperti berjalan dalam tidur, teror tidur dianggap sebagai parasomnia—gangguan tidur yang melibatkan peristiwa atau pengalaman fisik saat seseorang tertidur.
Episode teror tidur dapat berlangsung dari beberapa detik hingga menit, tapi bisa juga lebih lama.
Baca juga: Mengenal Teror Malam: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya
Kondisi ini umumnya terjadi pada anak-anak berusia 3 sampai 12 tahun.
Berbeda dengan mimpi buruk pada umumnya, akan lebih sulit untuk membangunkan seseorang yang sedang mengalami episode teror tidur.
Orang yang mengalami teror tidur juga kemungkinan akan melupakan episode yang dialami semalam.
Gejala yang umumnya dialami saat teror meliputi:
Selain itu, aksi yang mungkin dilakukan:
Teror malam dapat disebabkan oleh rangsangan berlebihan dari sistem saraf pusat (SSP) selama tidur.
Baca juga: Parasomnia
Tidur terjadi dalam beberapa tahap. Mimpi dapat terjadi saat tahap Rapid Eye Movement (REM). Teror malam terjadi selama tidur nyenyak non-REM.
Secara teknis, teror malam bukanlah mimpi, tetapi lebih seperti reaksi ketakutan tiba-tiba yang dapat terjadi selama transisi satu tahap tidur ke tahap lainnya.
Teror malam biasanya terjadi sekitar 2 atau 3 jam setelah tertidur. Transisi pada tahap tidur terdalam non-REM menuju tidur REM yang lebih ringan biasanya berjalan mulus.
Namun, saat seseorang sedang merasa kesal atau ketakutan, inilah yang menjadi teror malam.
Beberapa teror tidur juga dapat dipicu oleh kondisi yang mendasari, seperti:
Dokter akan mendiagnosis teror malam berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
Beberapa tes yang mungkin dilakukan dapat termasuk:
Tidak diperlukan penanganan khusus untuk teror tidur.
Baca juga: Sulit Tidur Nyenyak, Waspadai 5 Jenis Gangguan Tidur Ini
Namun, bisa jadi diperlukan penanganan jika teror tidur berpotensi menyebabkan cedera, mengganggu anggota keluarga, atau mengakibatkan rasa malu dan gangguan tidur bagi orang penderitanya.
Selain itu, perawatan juga umumnya berfokus pada peningkatan keamanan dan menghilangkan penyebab atau pemicu.
Pilihan pengobatan dapat termasuk:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.