Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2022, 20:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat si kecil kesulitan menyampaikan perasaan atau keinginannya? Kondisi ini disebut tantrum yang kerap membuat para orangtua panik.

Tantrum merupakan ledakan emosi yang biasanya dikaitkan dengan situasi saat anak-anak kesulitan secara emosional.

Saat tantrum, anak bisa berteriak, menangis, meronta-ronta, berguling-guling di lantai, menumpahkan makanan atau minuman, hingga melempar barang.

Baca juga: 5 Cara Hadapi Anak Tantrum, Orangtua Wajib Tahu

Tantrum adalah tahapan normal bagi anak

Psikolog Marsha Tengker, menyatakan bahwa tantrum adalah hal yang normal dan umum pada anak usia di bawah lima tahun.

Biasanya, anak yang berusia lebih muda (di bawah 3 tahun), mungkin lebih sulit untuk memahami apa yang terjadi dengan emosinya.

Tak heran, anak usia 2-3 tahun akan mereka akan menunjukkan emosi yang meledak-ledak saat tantrum. Intensitas tantrum pada anak usia lebih muda pun bisa lebih sering terjadi.

Psikolog Marsha Tengker, menyatakan bahwa tantrum adalah hal yang normal dan umum pada anak usia di bawah lima tahun. Psikolog Marsha Tengker, menyatakan bahwa tantrum adalah hal yang normal dan umum pada anak usia di bawah lima tahun.

"Ada anak dengan intensitas emosi yang meluap-luap, lebih besar daripada anak lainnya jadi bukan berarti harus dibandingkan," ucap Marsha Tengker dalam acara peluncuran buku 'Kenali Emosi' yang diselenggarakan Tentang Anak di puncak Hari Anak Nasional, Kamis (21/7/2022) sore WIB.

"Perkembangan anak semakin kompleks, dari bayi emosi itu memang sudah ada. Semakin matang usia, seharusnya (emosi) semakin matang dikelola," imbuhnya.

Baca juga: Anak-anak Boleh Makan Telur Setiap Hari, Asal...

Alasan anak tantrum

Secara umum, ada 3 alasan mengapa seorang anak mengalami tantrum yaitu:

Kewalahan secara emosional

Anak berusia 2 atau 3 tahun memiliki emosi besar, sama seperti orang dewasa. Namun, mereka belum memiliki kemampuan untuk memahami dan mengelolanya.

Tantrum terjadi ketika erasaan seperti frustrasi, ketakutan, atau penolakan terlalu berat untuk diatasi sendiri oleh si kecil. Tantrum juga bisa disebabkan oleh sesuatu yang mengganggu anak Anda dari waktu ke waktu.

"Mungkin dia (anak-anak) sulit untuk memahami apa yang terjadi dengan emosinya. Bayangkan, kita misalnya, belum tahu perasaan ini disebut apa, itulah yang terjadi pada anak. Mereka enggak tahu apakah itu marah, sedih, atau takut," papar Marsha Tengker.

Untuk lebih jelasnya, kita bisa membayangkan ketika anak-anak balita melihat karakter 'Hulk'. Seperti diketahui, Hulk adalah pahlawan super fiksi di serial komik Marvel.

Hulk mempunyai badan sebesar raksasa dengan wajah seram. Setelah melihat 'Hulk', si kecil bisa saja terus menerus memikirkan karakter tersebut sehingga membuatnya sulit memejamkan mata, gelisah, dan mengamuk karena dihantui rasa takut.

Baca juga: MPASI Anak di Bawah 1 Tahun Boleh Diberi Garam, Asal...

Kondisi fisik

Mengutip Baby Center, tantrum juga dapat dipicu karena kondisi fisik seperti:

  • kelelahan
  • kelaparan
  • udara yang terlalu panas atau dingin
  • kurang tidur.

Pemenuhan keinginan

Seorang anak bisa saja mengancam orangtua dengan tangisan, teriakan, atau wajah murung, ketika ingin mendapatkan sesuatu.

Ini bisa menjadi tantangan orangtua, apakah akan langsung menuruti keinginan si kecil atau memvalidasi perasaan anak lalu membuatnya melatih kesabaran.

Cara atasi anak tantrum

Tantrum merupakan hal yang normal pada anak balita. Oleh sebab itu, hal utama yang harus dilakukan para orangtua yaitu bersabar.

Setelah itu, Marsha Tengker menyarankan untuk melakukan cek HALT pada anak yang sedang tantrum.

  • H: hungry, apakah anak sedang kelaparan?
  • A: angry, mungkinkah anak Anda marah?
  • L: lonely, apakah si kecil merasa kesepian?
  • T: tired, apakah anak merasa lelah sehingga meronta-ronta?

Setelah melakukan cek HALT, Marsha Tengker yang juga merupakan Principal of adult and Family Psycologist Tentang Anak, mengajak para orangtua untuk memvalidasi perasaan anak lalu berusaha menenangkan dan menemaninya.

"Sepanjang anak tantrum, kita sebaiknya menemani anak. Hal yang menakutkan sebenarnya bukan perasaannya, tetapi anak merasa sendirian menghadapi emosinya. Itulah mengapa kita harus menemani anak ketika lagi tantrum agar dia tidak merasa sendirian saat merasakan perasaan begitu besar yang dia sendiri nggak tahu itu namanya apa," tutup Marsha.

Baca juga: Kenali Tanda Cerebral Palsy pada Bayi dan Anak


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau