Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Diabetes Awal Regenerasi Sel Masif

Kompas.com - 04/09/2022, 09:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penemuan insulin diikuti euforia penanggulangan diabetes melitus di seluruh Amerika Utara. Sementara penemuan glukagon tidak terdengar gaungnya, hingga ditemukan kembali pada tahun 1941 oleh de Duve. De Duve menemukan kembali glukagon disertai pemahaman akan fungsinya.

Temuan Kimball dan Murlin idealnya dihubungkan dengan temuan Banting dan Best. Kedua temuan ini harus mendapat tempat yang sama dalam memahami diabetes. Sayangnya ketidakadilan perhatian membuat perkembangan pemahaman diabetes jadi keliru.

Lebih dari seratus tahun sejak penemuan insulin, konsep penyakit diabetes tidak pernah berubah. Hal ini membuat pemahaman sebagai penyakit katastropik melekat.

Padahal jika penelitian terhadap glukagon dan insulin berimbang, konsep diabetes sudah lama berubah. Diabetes tidak lagi dianggap sebagai penyakit. Diabetes adalah tahap awal dimulainya proses regenerasi sel secara alami.

Ketidak nyamanan akibat proses poliuri tidak dipahami sebagai mekanisme keseimbangan. Akibatnya tindakan yang diambil justru menggangu proses tersebut. Proses yang seharusnya memiliki akhir, malah jadi proses tiada akhir karena prosesnya kita ganggu.

Setelah temuan insulin tahun 1921, masih ada lagi temuan inkretin tahun 1934 oleh La Barre dari Belgia. Temuan inipun harusnya mulai mengubah konsep diabetes. Apalagi dengan temuan lisosom dan peroksisom tahun 1963-1964 oleh de Duve juga dari Belgia.

Diabetes, seharusnya tidak diartikan sebagai kondisi hipoinsulinemi. Diabetes harus diartikan sebagai kondisi hiperglukoneogenesis. Hal ini dapat dibuktikan, dengan melihat hubungan peningkatan kadar glukosa darah dibandingkan dengan jumlah asupan.

Hal ini yang secara logis menunjukkan peran glukoneogenesis dalam penyakit diabetes. Peran glukoneogenesis yang lebih besar dalam meningkatkan kadar glukosa darah. Dan glukoneogenesis hanya dilakukan oleh peroksisom.

Peroksisom selalu bekerja bersamaan dengan lisosom. Peroksisom menyediakan kebutuhan energi. Lisosom melakukan perombakan untuk efisiensi. Kedua organel tersebut bekerja sinergis dalam sebuah proses yang disebut autofagi.

Tidak mungkin kita mengejar manfaat autofagi tapi mengabaikan fungsi glukoneogenesis. Artinya, setiap yang berharap manfaat autofagi akan mengalami kondisi diabetes. Hal itu normal, bukan penyakit.

Hal ini juga bisa kita balik, tidak mungkin kondisi diabetes ini terjadi, jika regenerasi sel bukan tujuannya. Diabetes bertujuan untuk regenerasi sel. Yang perlu diatasi adalah efek samping proses tersebut.

Hal ini yang jadi masalah kedua. Sekian lama kita memahami diabetes sebagai akibat kondisi hiperglikemi. Akibatnya, setiap upaya pengobatan diabetes adalah untuk menurunkan kadar gula darah. Padahal masalahnya bukan itu.

Masalah yang timbul akibat hiperglikemi adalah keseimbangan cairan. Menyeimbangkan cairan tubuh adalah masalah diabetes. Dengan keseimbangan cairan, efek samping dari proses autofagi bisa dicegah.

Tidak pernah ada bukti ditemukan adanya tumpukan kristal glukosa pada organ yang mengalami komplikasi. Yang ditemukan adalah pelepasan anti diuretik hormon.

Hal ini menunjukkan upaya tubuh menjaga keseimbangan cairan. Hal ini yang seharusnya jadi pemahaman dan fokus penanggulangan diabetes.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau