KOMPAS.com - Studi dari National Institutes of Health menyebutkan, wanita yang sering meluruskan rambut dengan proses kimiawi berisiko terkena kanker rahim 2,5 lipat lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan zat kimia ini.
Penelitian yang diterbitkan di Journal of National Cancer Institute, Senin (17/10/2022) ini meneliti 33.000 wanita berkulit hitam berumur 35-74 tahun di AS yang kerap menggunakan produk pelurus rambut kimia.
Setelah diamati selama 11 tahun, 378 wanita tersebut terkena kanker rahim, terutama di bagian endometrium atau jaringan pelapis rahim.
Baca juga: 5 Makanan Penyebab Kanker Payudara yang Perlu Dihindari
Kebanyakan penderita terkena kanker rahim diduga karena kadar hormon estrogen yang lebih tinggi di atas rata-rata normal.
Dari hasil penelitian lebih lanjut, penyebab hormon tidak seimbang ini terkait dengan penggunaan produk pelurus rambut kimia selama beberapa tahun terakhir.
Ahli juga sempat membandingkan ada tidaknya kaitan kanker rahim dengan zat kimia untuk perawata rambut lain seperti pewarna, bleach, highlight, atau perm. Namun, tidak ada kaitan antara zat kimia tersebut dengan kanker rahim.
Baca juga: 5 Kebiasaan Penyebab Kanker Serviks yang Sebaiknya Dihindari Wanita
Tim ahli yang dimotori epidemiolog kanker National Institutes of Health Alexandra White menyampaikan, zat kimia pelurus rambut bisa jadi salah satu faktor penyebab kanker rahim lantaran bisa memengaruhi hormon.
“Bahan kimia dalam produk pelurus rambut pada dasarnya bisa bertindak seperti estrogen di dalam tubuh. Proses ini mengganggu proses hormonal dan memengaruhi risiko kanker,” jelas White, dikutip dari AFP, Selasa (18/10/2022).
Menurut White, zat kimia yang digunakan dalam sejumlah produk pelurus rambut mengandung formaldehida.
Zat yang dapat memutus ikatan protein keratin ini mengubah struktur rambut dan membuat rambut lurus. Sayangnya, zat ini bersifat karsinogen atau bisa memicu kanker.
Meskipun ada risiko kanker rahim pada penggunaan pelurus rambut kimia, tapi White menyebutkan keterbatasan penelitiannya belum spesifik menyebut merek tertentu atau sedikit banyaknya produk yang digunakan.
Pasalnya, sebagian responden yang diteliti ada yang sudah lupa dengan detail riwayat pelurusan rambut mereka.
Walaupun ada celah penelitian tersebut, hasil studi White dkk bisa jadi pengingat agar wanita lebih berhati-hati dan tidak berlebihan meluruskan rambut secara kimiawi.
Wanita juga didorong untuk lebih aktif menepis stigma standar kecantikan bahwa rambut indah harus lurus.
Baca juga: 5 Kebiasaan Penyebab Kanker Payudara yang Sebaiknya Dihindari