KOMPAS.com - Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang jamak kita temukan di sekitar kita.
Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah penyandang diabetes adalah masyarakat memiliki kemudahan dalam mengakses makanan dan minuman manis.
Baca juga: 4 Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Diabetes yang Bisa Diterapkan
Diabetes dapat memicu komplikasi, termasuk serangan jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat (menyebabkan gangren, dapat mengakibatkan amputasi), gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi seksual.
Untuk mencegah diabetes, kita mungkin perlu mengetahui serba-serbi tentang penyakit kronis ini, termasuk mitos dan faktanya.
Disarikan dari Healthshots dan P2PTM Kemkes, berikut 5 mitos tentang diabetes tipe 2 atau diabetes melitus beserta faktanya:
Penderita diabetes mungkin pernah dengar bahwa untuk menjaga gula darah tetap seimbang, mereka harus makan dalam porsi kecil namun sering.
Anggapan tersebut ternyata keliru. Faktanya, penderita diabates harus makan 2-3 kali sehari sesuai jadwal pada jendela waktu tertentu yang sudah ditetapkan.
Makan secara terjadwal terbukti menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan menangkal biokimia yang menyebabkan diabetes semakin parah.
Sebagai contoh, penderita diabetes bisa makan secara terjadwal dari jam 10 pagi-7 malam. Sementara, di luar jendela waktu tersebut, pasien diabetes harus berhenti mengonsumsi makanan apa pun.
Namun, pola makan ini hanya berlaku untuk penderita diabetes yang menggunakan obat oral, bukan insulin suntik.
Baca juga: 4 Minuman Terbaik untuk Penderita Diabetes
Sebagian orang berpikir bahwa diabetes tipe 2 atau diabetes melitus sama sekali tidak dapat disembuhkan dan menyebabkan mereka tak bisa hidup secara normal.
Faktanya, diabetes tipe 2 dapat disembuhkan dengan menjaga kadar gula darah, melalui:
Mitos yang berkembang di masyarakat yaitu diabetes adalah penyakit progresif atau dapat berkembang menjadi kondisi parah, seperti gagal ginjal, glaukoma, dan katarak.
Memang benar, komplikasi ini bisa menyerang pada beberapa penderita diabetes melitus.
Namun, penting dicatat bahwa komplikasi tersebut umumnya terjadi akibat pasien tidak mengontrol gula darahnya atau efek samping obat tertentu.
Baca juga: Berapa Batas Konsumsi Telur bagi Penderita Diabetes?
Penderia diabetes memang perlu membatasi asupan gula atau makanan manis. Namun, makanan dengan label 'bebas gula' belum tentu aman dikonsumsi pasien diabetes.
Faktanya, makanan bebas gula kerap mengandung sejumlah kalori dan karbohidrat yang juga membahayakan pasien diabetes karena dapat memicu lonjakan gula darah.
Diabetes dapat menyerang wanita yang sedang hamil. Kondisi ini dinamakan dengan diabetes gestational.
Diabetes gestational dapat dipicu karena konsumsi makanan dan minuman manis selama masa kehamilan.
Ibu hamil mungkin berpikir bahwa diabetes gestational akan sembuh setelah mereka melahirkan. Faktanya, menurut Kemkes 50-70 persen bumil yang mengalami diabetes gestational berisiko mengidap diabetes melitus 5-10 tahun setelah melahirkan.
Jika diabetes dibiarkan tanpa pengobatan, anak-anak yang lahir dari ibu yang menderita diabetes selama hamil berisiko menderita diabetes tipe 2 di usia dewasa.
Mengetahui mitos dan fakta mengenai diabetes melitus dapat membantu kita lebih mewaspadai penyakit kronis ini.
Baca juga: Manfaat dan Jenis Olahraga yang Cocok untuk Penderita Diabetes
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.