Kemoterapi dapat menyebabkan jumlah darah rendah (anemia), yang menyebabkan rasa lelah.
Baca juga: Komisi X Dukung Mendikdasmen Soal Study Tour: Kalau Dilarang Merugikan Siswa
Rambut biasanya mulai rontok dalam tiga minggu pertama setelah memulai kemoterapi.
Iritasi kulit juga bisa terjadi sebagai efek samping kemoterapi.
Kulit penderita kanker juga bisa lebih sensitif terhadap sinar matahari, sehingga meningkatkan risiko kebakar matahari.
Baca juga: Warga Gugat Telkomsel, Kartu Cantik Rp 10 Juta yang Dibeli Sudah Digunakan Orang Lain
Mual dan muntah akibat kemoterapi memengaruhi hingga 80 persen orang yang menjalani kemoterapi.
Kemoterapi dapat menyebabkan sembelit dan diare.
Beberapa orang menjadi tidak toleran terhadap laktosa untuk sementara waktu selama kemoterapi.
Baca juga: Studi: Vitamin D Redakan Neuropati Perifer Akibat Kemoterapi
Efek samping kemoterapi bisa mengubah indra perasa, sehingga membuat penderita kanker tidak ingin makan. Semua makanan mungkin terasa pahit seperti logam.
Penderita kanker bisa semakin kehilangan nafsu makan karena sariawan dan sakit tenggorokan sebagai efek samping kemoterapi.
Beberapa obat kemoterapi dapat membuat penderita kanker sulit buang air kecil atau mengosongkan kandung kemih.
Baca juga: Peringkat FIFA Indonesia, Melejit Usai Kemenangan Lawan Bahrain
Penderita kanker mungkin juga merasakan nyeri atau sensasi terbakar saat kencing, ingin kencing terus-menerus, atau kencing menetes tanpa terkontrol (inkontinensia urine).
Obat kemoterapi menurunkan jumlah sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Hal itu meningkatkan risiko penderita kanker untuk jatuh sakit.
Orang yang menjalani kemoterapi sangat berisiko mengalami neutropenia, kondisi yang melibatkan rendahnya jumlah sel yang membantu melawan infeksi.
Baca juga: Apa yang Dirasakan Orang yang Menjalani Kemoterapi?
Kemoterapi dapat menurunkan jumlah trombosit dalam tubuh.