Inilah bagian yang sulit. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pola makan yang mengandung banyak makanan tersebut terkait dengan dampak kesehatan yang negatif.
Namun, penelitian semacam ini tidak dapat mengatakan apakah makanan itu sendiri merupakan penyebab dampak negatif tersebut, atau apakah ada hal lain pada orang yang mengonsumsi makanan tersebut yang mungkin menjadi penyebabnya.
Makanan yang diproses secara berlebihan, secara keseluruhan, cenderung memiliki kadar natrium, lemak jenuh, dan gula yang lebih tinggi, serta cenderung rendah serat dan protein. Tidak jelas apakah hanya nutrisi ini yang mendorong dampaknya.
Prasad berpendapat bahwa banyaknya penelitian yang menghubungkan makanan olahan dengan kesehatan yang buruk seharusnya lebih dari cukup untuk mendorong pemerintah dan industri mengubah kebijakan.
Baca juga: Minuman Manis Kena Cukai Mulai 2025, Apa Alasannya?
Ia menyerukan tindakan seperti menaikkan pajak minuman manis, pembatasan natrium yang lebih ketat bagi produsen, dan menindak pemasaran makanan tersebut kepada anak-anak.
Di lain pihak, di era modern ini sangat sulit menghindari makanan ultra proses sehingga sulit menentukan targetnya. Kesibukan juga membuat orang makin sulit membuat makanan dari bahan-bahan segar.
Sementara itu, para ahli gizi merekomendasikan agar sebagai konsumen kita lebih sadar dengan pilihan yang dibuat. Saat membeli makanan olahan, periksa label untuk mengetahui kadar gula, garam, dan lemaknya.
Sudah banyak penelitian yang mengungkap bahaya konsumsi makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak. Oleh karena itu mulailah membatasinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.