Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/08/2021, 07:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Menuju Indonesia Bebas Malaria
Divalidasi oleh:
Menuju Indonesia Bebas Malaria

Indonesia menargetkan seluruh daerah bisa bebas penyakit malaria pada 2030. Simak capaian eliminasi, tantangan, sampai keberhasilan beberapa daerah menanggulangi penyakit malaria.

KOMPAS.com - Malaria merupakan penyakit yang diakibatkan oleh parasit dalam nyamuk Anopheles.

Jika tidak ditangani dengan baik, parasit Plasmodium dalam nyamuk tersebut dapat bersifat mematikan.

Malaria umum ditemukan di negara tropis dan subtropis. Mengutip mayoclinic, terdapat 290 juta orang yang terkena malaria setiap tahunnya dengan jumlah kematian lebih dari 400.000 orang.

Baca juga: 3 Ciri-ciri Nyamuk Malaria

Gejala

Penting untuk mengetahui gejala malaria jika bepergian ke area yang rawan akan penyakit ini. Gejala malaria biasanya berkembang dalam kurun waktu 10-30 hari setelah infeksi terjadi.

Dalam beberapa kasus, gejala malaria baru akan timbul setelah beberapa bulan.

Gejala malaria meliputi:

  • menggigil ringan hingga berat
  • demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celcius)
  • banyak berkeringat
  • sakit kepala
  • muntah
  • nyeri otot
  • diare
  • sakit perut
  • anemia
  • kejang-kejang
  • koma
  • feses berdarah

Penyebab

Seseorang dapat terkena malaria akibat gigitan nyamuk Anopheles betina.

Kemudian, nyamuk tersebut akan menyalurkan parasit ke dalam pembuluh darah orang tersebut dan berkembang biak.

Baca juga: 7 Gejala Penyakit Malaria Ringan sampai Parah

Terdapat lima jenis parasit Plasmodium yang dapat menyebabkan malaria pada manusia.

Selain itu, malaria juga dapat menyebar melalui paparan darah yang telah terinfeksi, seperti:

  • ibu terhadap janinnya;
  • transfusi darah;
  • berbagi jarum suntik.

Faktor Risiko

Malaria banyak ditemukan di negara tropis dan subtropis, termasuk:

  • Afrika dan Asia
  • Amerika Tengah dan Selatan
  • Haiti dan Republik Dominika
  • Timur Tengah
  • Kepulauan Pasifik

Tingkat risiko tergantung pada masing-masing negara, perubahan musim malaria, juga tindak pencegahan yang disiapkan untuk menghindari gigitan nyamuk.

Mereka yang cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena malaria, termasuk:

  • bayi dan anak-anak;
  • dewasa lanjut;
  • wisatawan dari daerah tanpa malaria;
  • Ibu hamil dan janinnya.

Banyak negara dengan tingkat risiko malaria tinggi diperburuk dengan kondisi kesulitan memperoleh akses untuk tindak pencegahan, penanganan medis, dan informasi.

Baca juga: 7 Gejala Malaria yang Perlu Diwaspadai

Diagnosis

Diagnosis malaria dilakukan berdasarkan gejala yang timbul serta pemeriksaan laboratorium.

Dokter akan melakukan tes darah untuk mengetahui keberadaan parasit.

Selain itu, Dokter juga akan memeriksa jika ada antibodi anti parasit Plasmodium yang terbentuk.

Komplikasi

Jika tidak segera diobati, gejala malaria yang timbul dapat menjadi lebih buruk dan bahkan menyebabkan kematian.

Menurut WHO, estimasi sebanyak 94 persen kematian akibat malaria terjadi di Afrika pada anak di bawah umur lima tahun.

Berikut beberapa komplikasi yang biasanya dikaitkan dengan kematian malaria.

  • Anemia berat. Sel darah merah tidak bisa membawa oksigen yang cukup ke seluruh tubuh, menyebabkan lesu dan letih.
  • Malaria selebral. Pembengkakan atau kerusakan otak akibat sel darah yang penuh parasit memblokir pembuluh darah kecil ke otak, Komplikasi dapat menyebabkan kejang dan koma.
  • Masalah pernapasan. Adanya cairan di paru-paru (edema paru) yang membuat penderita sulit bernapas.
  • Gagal organ. Malaria dapat merusak ginjal atau hati, serta menyebabkan limpa pecah. Kondisi ini dapat membahayakan jiwa.
  • Gula darah rendah. Malaria yang parah dapat menyebabkan gula darah rendah (hipoglikemia) akibat kina (obat yang umum digunakan untuk merawat malaria). Gula darah rendah dapat menyebabkan koma atau kematian.

Baca juga: Penyebab Malaria yang Perlu Diwaspadai

Perawatan

Malaria dapat ditangani dengan pengobatan antimalaria untuk membunuh parasit. Obat antimalaria yang paling umum adalah sebagai berikut.

  • Klorokuin Fosfat. Klorokuin merupakan obat pilihan untuk setiap parasit yang sensitif terhadap obat. Pun demikian, ada banyak parasit di berbagai bagian dunia yang resisten terhadap klorokuin. Itulah sebabnya obat tersebut tidak lagi efektif.
  • Artemisinin-based combination Therapies (ACT). Kombinasi dua obat atau lebih yang bekerja melawan parasit malaria dengan cara yang berbeda. Pengobatan ini merupakan alternatif untuk malaria yang resisten terhadap klorokuin.

Kombinasi obat tersebut adalah:

  • artemether dan lumefantrine
  • artesunate dan amodiaquine
  • dihydroartemisinin dan piperaquine
  • artesunate, sulfadoxine, dan pyrimethamine

Kombinasi obat tersebut diberikan selama setidaknya tiga hari pada penderita anak-anak ataupun dewasa. Sementara itu, diberikan pil kina dan clindamycin selama seminggu untuk wanita hamil trisemester pertama.

Jika penderita mengalami malaria yang parah, penderita akan diobservasi di rumah sakit. Obat diberikan melalui suntikan selama 24 jam pertama. Setelah itu, obat diganti menjadi bentuk tablet.

Baca juga: 5 Penyebab Penyakit Malaria dan Penularannya

Pencegahan

Jika akan bebergian ke negara atau daerah rawan malaria, hubungi dokter untuk mendapatkan obat pencegah malaria.

Melansir clevelandclinic, seseorang harus minum obat sebelum, selama, dan setelah perjalanan tersebut.

Selain itu, diperlukan tindak pencegahan untuk menghindari gigitan nyamuk. Turunkan risiko terkena malaria dengan cara berikut.

  • Gunakan obat nyamuk dengan DEET (diethyltoluamide) pada kulit
  • Gunakan kelambu di tepat tidur
  • Pasang tirai di jendela dan pintu
  • Rawat pakaian, kelambu, tenda, dan kain lainnya dengan obat nyamuk permetrin
  • Gunakan celana dan baju lengan panjang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com