Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2021, 09:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sel darah putih diedarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi.

Sel darah putih sendriri terdiri dari beberapa jenis, yaitu neutrofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.

Terdapat kelainan darah yang menyebabkan salah satu kelompok sel darah putih, yakni granulosit, lebih rendah dari kondisi normalnya.

Baca juga: Leukopenia: Penyebab, Gejala, hingga Cara Mengatasinya

Kondisi ini disebut dengan agranulositosis, yaitu kondisi langka di mana sumsum tulang tidak mampu memproduksi granulosit.

Agranulositosis menyebabkan kadar atau jumlah neutrofil pada sel darah putih lebih rendah dari yang seharusnya.

Hal ini mengakibatkan daya tahan tubuh melemah sehingga tubuh rentan terserang infeksi. Infeksi ringan mungkin dapat berkembang menjadi infeksi yang serius.

Kuman atau mikroba yang biasanya tidak membahayakan tubuh dapat secara tiba-tiba menghindari sistem pertahanan tubuh (sistem imun) untuk menyerang tubuh.

Maka dari itu, kondisi ini harus segera ditangani karena dapat menimbulkan komplikasi serius yang dapat mengancam nyawa, seperti sepsis.

Gejala

Merangkum DocDoc dan Healthline, agranulositosis dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala atau bersifat asimptomatik, serta tanpa adanya infeksi.

Akan tetapi, penyakit ini menyebabkan seseorang rentan terserang infeksi akibat jumlah sel darah putih yang lebih sedikit dari normalnya.

Berikut beberapa gejala yang dapat muncul ketika seseorang terkena agranulositosis:

  • Demam mendadak
  • Menggigil
  • Sakit tenggorokan atau radang tenggorokan
  • Tubuh merasa lemah dan lemas
  • Sakit pada mulut dan gusi
  • Gusi berdarah
  • Detak jantung cepat
  • Frekuensi pernapasan yang cepat
  • Tekanan darah rendah
  • Abses atau ruam pada kulit
  • Sakit kepala
  • Merasa tidak enak badan karena tulang terasa sakit
  • Sariawan
  • Berkeringat
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.

Baca juga: Leukemia (Kanker Darah): Gejala, Penyebab, Jenis, Pengobatan

Penyebab

Dirangkum dari DocDoc dan Very Well Health, agranulositosis dapat terjadi karena kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua melalui mutasi genetik.

Kondisi ini disebut agranulositosis kongenital di mana penderita dilahirkan tanpa memiliki neutrofil sehingga lebih rentan terserang infeksi.

Agranulositosis kongenital juga disebut dengan sindrom Kostmann. Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan kondisi ini.

Akan tetapi, terdapat obat yang dapat meningkatkan jumlah sel darah putih jenis lain atau obat yang dapat membantu tubuh melawan infeksi.

Selain karena kelainan genetik, agranulositosis juga dapat disebabkan karena kondisi lain yang menyebabkan kadar granulosit turun, antara lain:

  1. Penyakit autoimun, seperti lupus dan rheumatoid arthritis
  2. Penyakit pada sumsum tulang, seperti leukemia
  3. Infeksi tertentu, seperti virus hepatitis dan HIV
  4. Infeksi bakteri, seperti tuberkulosis (TBC)
  5. Paparan senyawa kimiawi, seperti merkuri atau timbal
  6. Efek samping obat-obatan tertentu, seperti obat untuk pengobatan hipertiroidisme, obat antipsikotik, dan kemoterapi untuk membunuh sel kanker.

Faktor risiko

Menurut Healthline, wanita lebih berisiko mengalami agranulositosis, meskipun kondisi ini dapat menimpa siapa saja dengan usia berapa pun.

Baca juga: Sama-sama Kanker Darah, Kenali Perbedaan Leukimia dan Limfoma

Akan tetapi, untuk jenis agranulositosis kongenital atau bawaan, umumnya lebih sering dialami oleh anak-anak.

Sementara untuk jenis agranulositosis yang lain, umumnya lebih sering dialami orang dewasa yang lebih tua.

Diagnosis

Dirangkum dari DocDoc dan Healthline, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesis mengenai gejala dan riwayat kesehatan, serta obat yang pernah dikonsumsi penderita.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  1. Hitung darah lengkap
    Dokter akan mengambil sampel darah untuk mengetahui jumlah sel darah secara menyeluruh, terutama sel darah putih.
  2. Tes urine
    Dokter akan memeriksa sampel urine penderita untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam tubuh penderita.
  3. Biopsi sumsum tulang
    Dokter akan mengambil sampel sumsum tulang untuk memeriksa kondisi jaringan yang memproduksi sel darah.
  4. Tes genetik
    Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit genetik atau gangguan autoimun yang menyebabkan agranulositosis.

Perawatan

Dikutip dari DocDoc, metode penanganan agranulositosis akan disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya.

Baca juga: Mengenal Antibodi Monoklonal untuk Pasien Covid-19

Berikut beberapa metode penanganan yang dapat mengatasi agranulositosis:

  • Pemberian imunosupresan

Agranulositosis yang disebabkan karena gangguan autoimun dapat diatasi dengan obat imunosupresan untuk menekan respons kekebalan tubuh yang berlebihan.

  • Penyesuaian obat yang dikonsumsi

Apabila agranulositosis disebabkan karena obat-obatan tertentu maka dokter akan menghentikan obat, menyesuaikan dosis obat, atau mengganti obat.

  • Pemberian antibiotik

Dokter akan memberikan antibiotik untuk melawan atau mengatasi infeksi yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat menderita agranulositosis.

Pemberian antibiotik akan disesuaikan dengan tingkat keparahan infeksi yang diderita.

  • Suntik granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF)

Penderita kanker umumnya tidak dapat menghentikan pengobatan kemoterapi sehingga dokter akan memberikan G-CSF untuk mengobati agranulositosis.

Obat ini akan diberikan melalui suntikan di bawah kulit penderita untuk merangsang sumsum tulang agar memproduksi lebih banyak granulosit.

  • Transfusi darah

Prosedur transfusi darah dilakukan untuk membantu meningkatkan kadar granulosit penderita agranulositosis.

Baca juga: 4 Kaitan Antara Tidur dan Sistem Imun yang Perlu Kita Pahami

Darah yang diambil dari donor akan melalui proses khusus untuk memisahkan granulosit dari komponen darah yang lain.

Selanjutnya, granulosit yang telah dipisahkan tersebut akan diberikan kepada penderita agranulositosis menggunakan kanula intravena.

  • Transplantasi sumsum tulang

Pada kasus yang parah, di mana agranulositosis tidak dapat ditangani dengan metode pengobatan yang lain, dokter akan merekomendasikan prosedur ini.

Transplantasi sumsum tulang dilakukan dengan mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sel induk (stem cell) sumsum tulang yang baru dan sehat.

Komplikasi

Melansir dari National Organization for Rare Disorders, jika tidak mendapat penanganan yang tepat, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi berupa sepsis.

Sepsis merupakan kondisi darurat medis yang dapat mengancam nyawa karena infeksi telah menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. 

Pencegahan

Dirangkum dari Cleveland Clinic dan Very Well Health, agranulositosis mungkin tidak dapat dicegah.

Namun, jika kondisi ini dipicu oleh obat-obatan yang dapat menurunkan kadar sel darah putih maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggantinya.

Baca juga: 5 Tanda Melemahnya Sistem Imun yang Kerap Tak Disadari

Selain itu, penting untuk mencegah infeksi jika menderita agranulositosis. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terserang infeksi:

  1. Menggunakan masker ketika berada di tempat umum
  2. Cuci tangan tangan secara berkala menggunakan sabun dan air mengalir
  3. Hindari tempat ramai
  4. Lakukan vaksinasi untuk mencegah infeksi, seperti hepatitis A, hepatitis B, tuberkulosis (TBC), influenza, dan pneumonia
  5. Pastikan kebersihan bahan makanan yang dikonsumsi dan masak hingga matang sempurna
  6. Hindari mengonsumsi buah atau sayuran yang tidak dicuci atau dikupas hingga bersih
  7. Selalu cuci bahan makanan mentah sebelum diolah
  8. Batasi kontak langsung dengan hewan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau