Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/12/2021, 11:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gangguan dismorfik tubuh atau body dysmorphic disorder (BDD) adalah gangguan kesehatan mental saat seseorang tidak dapat berhenti memikirkan satu atau lebih kekurangan yang dirasakan pada penampilan.

Kekurangan tersebut mungkin tidak terlihat oleh orang lain, tapi dapat membuat orang dengan gangguan ini merasa sangat malu dan cemas hingga menghindari banyak situasi sosial.

Baca juga: 5 Efek Stres pada Penampilan yang Harus Diwaspadai

Orang dengan gangguan ini dapat:

  • menganggap diri mereka "jelek"
  • memikirkan kekurangan yang dimiliki hingga berjam-jam setiap hari
  • menghindari pekerjaan atau sekolah karena tidak ingin orang lain melihatnya
  • menghindari waktu bersama keluarga dan teman
  • melakukan operasi plastik (beberapa kasus)
  • mengalami tekanan emosional ang parah dan perilaku berbahaya.

Gejala

Seseorang mungkin mengalami BDD jika:

  • sangat khawatir tentang area tertentu pada tubuh (khususnya wajah)
  • menghabiskan banyak waktu membandingkan penampilan diri dengan orang lain
  • sering bercermin atau menghindari cermin sama sekali
  • melakukan banyak upaya untuk menyembunyikan kekurangan, seperti menyisir rambut, merias wajah, atau memilih pakaian
  • mencabuti kulit untuk membuatnya "halus".

Gangguan dismorfik tubuh dapat secara serius memengaruhi kehidupan sehari-hari, termasuk pekerjaan, kehidupan sosial, dan hubungan interpersonal dengan orang lain.

Selain itu, gangguan ini juga dapat menyebabkan depresi, menyakiti diri sendiri, bahkan menyebabkan penderitanya memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Penyebab

Tidak diketahui pasti penyebab dari gangguan dismorfik tubuh.

Baca juga: Tak Hanya Berbahaya bagi Kesehatan, Merokok Juga Ganggu Penampilan

Teori menunjukkan bahwa gangguan tersebut melibatkan masalah dengan ukuran atau fungsi area otak tertentu yang memproses informasi tentang penampilan tubuh.

Selain itu, BDD juga sering terjadi pada orang dengan gangguan kesehatan mental lainnya, seperti depresi berat dan kecemasan.

Hal ini mendukung adanya peran biologis pada gangguan tersebut.

Faktor-faktor lain yang diduga memengaruhi perkembangan atau memicu BDD, yaitu:

  • pengalaman peristiwa traumatis atau konfilk emosional selama masa kanak-kanak
  • tingkat percaya diri yang rendah
  • orang tua dan orang lain yang mengkritik penampilan orang tersebut
  • tekanan dari teman sebaya yang menyamakan penamiplan fisik dan nilai.

Diagnosis

Penyedia layanan kesehatan akan bertanya tentang riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, serta melakukan pemeriksaan fisik.

Jika dicurigai adanya gangguan dismorfik tubuh, mereka mungkin akan merujuk pasien ke psikiater atau psikolog.

Ahli kesehatan mental biasanya dapat mendiagnosis gangguan dismorfik tubuh berdasarkan tingkah laku dan gejala yang timbul.

Perawatan

Penanganan untuk gangguan dismorfik tubuh kemungkinan akan mencakup kombinasi terapi berikut.

Baca juga: Kerap Ganggu Penampilan dan Mirip Jerawat, Apa Itu Milia?

  • Psikoterapi: jenis konseling individu yang berfokus pada perubahan pemikiran (terapi kognitif) dan perilaku (terapi perilaku) seseorang dengan BDD. Tujuannya adalah untuk memperbaiki keyakinan yang salah tentang cacat dan untuk meminimalkan perilaku kompulsif.
  • Obat: obat antidepresan tertentu seperti SSRI dapat digunakan untuk mengobati gangguan dismorfik tubuh, contohnya obat antipsikotik. Namun, belum ada obat yang secara resmi disetujui FDA untuk pengobatan BDD.
  • Terapi kelompok dan/atau keluarga: dukungan keluarga sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Keluarga perlu untuk memahami gangguan dismorfik tubuh danbelajar mengenali tanda dan gejalanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau