KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, mengonsumsi minuman beralkohol menjadi salah satu gaya hidup atau kebiasaan.
Namun, konsumsi minuman beralkohol ini memiliki dampak negatif bagi kesehatan karena dapat merusak organ dan menimbulkan berbagai penyakit.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan adalah hepatitis alkoholik.
Baca juga: 4 Tanda Awal Penyakit Hati yang Disebabkan oleh Alkohol
Hepatitis alkoholik merupakan peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
Alkohol merupakan zat yang tidak memiliki nutrisi dan menjadi zat beracun setelah melewati organ hati.
Pada kondisi yang sehat, hati dapat mengeluarkan zat beracun dari dalam tubuh. Namun, ketika hati mengalami kerusakan maka zat beracun tetap berada di dalam hati.
Apabila penderita hepatitis alkohol tetap mengonsumsi minuman beralkohol maka kondisi ini dapat berkembang menjadi sirosis.
Sirosis merupakan suatu kondisi yang membahayakan nyawa, di mana jaringan parut menggantikan jaringan hati yang sehat.
Pada kasus yang parah, sirosis akan menyebabkan gagal hati atau hati berhenti berfungsi dan berujung pada kematian.
Meskipun disebabkan karena minuman beralkohol, tetapi tidak semua pecandu minuman beralkohol mengalami hepatitis alkoholik.
Seseorang yang hanya mengonsumsi alkohol dalam jumlah sedang pun juga dapat mengalami hepatitis alkoholik.
Hal ini mengakibatkan hubungan antara konsumsi alkohol dengan hepatitis alkoholik sangat kompleks.
Gejala
Merangkum Healthline dan Medical News Today, gejala yang paling sering dialami penderita hepatitis alkoholik adalah penyakit kuning atau jaundice.
Baca juga: 13 Dampak Buruk Minum Alkohol yang Penting Diperhatikan
Penyakit kuning atau jaundice merupakan suatu kondisi medis ketika terjadinya perubahan warna menjadi kekuningan pada kulit atau bagian putih dari mata (sklera).
Selain penyakit kuning, terdapat beberapa gejala lain yang dapat muncul tergantung pada tingkat kerusakan organ hati, seperti:
- Kehilangan nafsu makan
- Mual
- Muntah
- Nyeri atau bengkak pada perut
- Demam
- Tubuh terasa lemah dan mudah lelah
- Mengalami penurunan berat badan
- Perubahan kondisi mental, seperti linglung
- Mulut terasa kering
- Tubuh mudah mengalami memar atau perdarahan.
Pada kondisi yang parah, penyakit ini dapat menimbulkan gejala seperti:
- Penumpukan cairan di dalam rongga perut yang menyebabkan perut tampak membesar (asites)
- Kebingungan dan perubahan perilaku akibat penumpukan zat beracun di dalam tubuh
- Gagal hati dan gagal ginjal.
Penyebab
Mengutip Mayo Clinic, hepatitis alkoholik terjadi ketika hati mengalami kerusakan akibat konsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama.
Namun, bagaimana dan mengapa hal tersebut dapat terjadi pada beberapa pecandu alkohol masih belum diketahui dengan jelas.
Baca juga: Gejala Awal Kerusakan Hati karena Alkohol
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam penyakit ini, meliputi:
- Proses tubuh saat memecah alkohol justru menghasilkan bahan kimia yang sangat beracun bagi tubuh
- Bahan kimia ini akan memicu peradangan yang dapat menghancurkan sel-sel pada organ hati
- Seiring waktu, bekas luka atau jaringan parut akan menggantikan jaringan hati yang sehat sehingga fungsi hati terganggu (sirosis)
- Jika terus berlanjut, sirosis tidak dapat disembuhkan dan menjadi tahap akhir dari hepatitis alkoholik.
Faktor risiko
Dilansir dari Healthline, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami hepatitis alkoholik adalah:
- Memiliki faktor genetik yang memengaruhi cara tubuh memproses alkohol
- Menderita infeksi lain atau penyakit hati lainnya, seperti hepatitis B, hepatitis C , dan hemokromatosis
- Mengalami kekurangan nutrisi atau malnutrisi
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
- Mengonsumsi minuman beralkohol bersamaan dengan waktu makan.
Diagnosis
Mengutip Johns Hopkins Medicine, diagnosis hepatitis alkoholik diawali dengan membaca riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosis, seperti:
Baca juga: Yang Terjadi Pada Tubuh saat Kita Mengonsumsi Alkohol
- Tes darah lengkap, untuk menilai kondisi kesehatan organ hati, mengetahui jumlah sel darah, dan mengukur kadar elektrolit dalam tubuh
- USG perut, untuk memeriksa kondisi organ hati
- CT scan, dapat menghasilkan gambar organ hati secara detail, serta untuk mendeteksi masalah di hati
- MRI, dapat memberikan gambaran detail anatomi hati dengan lebih jelas
- Biopsi hati, dokter akan mengambil sampel kecil dari organ hati untuk mengetahui jenis penyakit hati.
Perawatan
Dikutip dari Mayo Clinic, penanganan yang diberikan kepada penderita hepatitis alkoholik, meliputi:
- Menghentikan konsumsi alkohol
Penderita hepatitis alkoholik harus menghentikan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol dan tidak boleh kembali mengonsumsinya.
Hal ini dilakukan untuk memulihkan kerusakan hati dan mencegah kerusakan organ hati lebih lanjut.
Dokter akan memberikan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien karena menghentikan kebiasaan minum secara tiba-tiba dapat berbahaya akibat pasien mengalami kecanduan.
- Mengatasi malnutrisi
Dokter akan merekomendasikan diet yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang hilang akibat penyakit ini.
Pasien harus mengonsumsi makanan bernutrisi dengan gizi yang lengkap dan seimbang. Pada kasus yang parah, dokter mungkin akan memberikan nutrisi melalui selang infus.
- Obat-obatan
Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan, seperti kortikosteroid dan pentoxifylline, untuk mengatasi peradangan pada organ hati.
- Transplantasi hati
Pada kasus yang sangat parah dan risiko kematian cukup tinggi, dokter mungkin akan melakukan transplantasi hati.
Selain itu, terdapat beberapa pertimbangan mengapa pasien memerlukan prosedur transplantasi hati, yakni:
- Organ hati pasien telah gagal menjalankan fungsinya
Berkomitmen seumur hidup untuk berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
Baca juga: Lemahkan Fungsi Hati hingga Jantung, 12 Bahaya Nyata Konsumsi Alkohol
Komplikasi
Melansir Healthline, hepatitis alkoholik dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah dan bersifat kronis.
Kondisi ini dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti:
- Sirosis, terjadi ketika jaringan parut secara permanen menggantikan jaringan hati yang sehat
- Pecah varises esofagus, dapat menyebabkan perdarahan hebat akibat tekanan darah di dalam hati yang terlalu tinggi
- Asites, yaitu penumpukan cairan di dalam perut sehingga perut tampak besar dan menimbulkan ketidaknyamanan, seperti nyeri dan sesak napas
- Spontaneous bacterial peritonitis, penumpukan cairan di dalam perut dapat memicu terjadinya infeksi
- Ensefalopati hepatik, terjadi ketika racun yang seharusnya disaring oleh hati berada tetap di dalam aliran darah
- Kegagalan organ, seperti gagal ginjal dan gagal hati
- Gangguan pembekuan darah
- Trombositopenia atau rendahnya kadar trombosit dalam darah
- Kadar bilirubin dalam darah yang terlalu tinggi.
Pencegahan
Merangkum Mayo Clinic dan Drugs.com, berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena hepatitis alkoholik:
Baca juga: Bagaimana Proses Metabolisme Alkohol di Dalam Tubuh?
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol jenis apa pun, atau batasi konsumsi alkohol
- Mencegah diri terpapar penyakit infeksi, seperti pneumonia, flu, hepatitis A, dan hepatitis B dengan melakukan vaksinasi
- Tidak menggunakan jarum suntik yang bergantian dengan orang lain dan gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual guna mencegah hepatitis C
- Tidak merokok, atau hentikan kebiasaan merokok karena dapat merusak pembuluh darah dan menghambat fungsi hati untuk memecah alkohol
- Konsumsi makanan sehat dan bernutrisi dengan gizi seimbang
- Konsumsi vitamin atau obat-obatan sesuai anjuran dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.