KOMPAS.com - Hipoksia adalah kondisi saat terdapat kandungan dan tekanan oksigen yang lebih rendah dari normal di dalam sel.
Hipoksemia (oksigen rendah dalam darah) dapat menyebabkan hipoksia jika darah tidak membawa cukup oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Terkadang, istilah hipoksia digunakan untuk menggambarkan kedua masalah tersebut meski keduanya adalah kondisi yang berbeda.
Baca juga: Apa itu Hipoksia?
Beberapa gejala dari hipoksia jaringan, yaitu:
Berbagai kondisi dan keadaan dapat mengganggu kemampuan tubuh dalam memberikan kadar oksigen ideal ke darah.
Beberapa penyebab paling umum, yaitu:
Baca juga: 8 Cara Mengatasi Sesak Napas Secara Alami
Secara umum, pasien yang kekurangan oksigen dapat didiagnosis menggunakan monitor oksigen yang dapat disematkan pada jari atau telinga (oksimeter).
Selain itu, bisa juga dengan menggunakan tingkat oksigen dalam sampel gas darah (sampel darah yang diambil dari arteri).
Tingkat oksigen dianggap normal jika bacaan berada pada 95 persen hingga 100 persen. Umumnya, oksigen akan disuplai jika berada di bawah angka 92 persen.
Tes lain mungkin juga akan dilakukan untuk melihat jika terdapat kemungkinan masalah lainnya, seperti keracunan karbon monoksida sebagai penyebab dari hipoksia yang terjadi.
Dokter juga mungkin akan melakukan tes fungsi paru dengan beberapa penelitian lain untuk melihat apa yang menyebabkan saturasi oksigen rendah.
Orang dengan hipoksia harus ke rumah sakit untuk mendapat perawatan dan memeriksa tingkat oksigen secara teratur.
Hal yang paling penting adalah untuk mendapatkan lebih banyak oksigen ke dalam tubuh.
Oksigen diterima melalui sumbat kecil di hidung atau melalui masker yang menutupi hidung dan mulut.
Bagi banyak orang, cara tersebut cukup untuk membuat tingkat oksigen kembali normal.
Inhaler atau obat asma melalui mulut juga dapat mempermudah pernapasan. Apabila tidak berhasil, dokter dapat mencoba memberi obat melalui pembuluh darah di lengan (infus).
Baca juga: 12 Penyebab Sesak Napas, Bukan Hanya Gejala Covid-19
Obat steroid dapat digunakan untuk mengecilkan peradangan di paru-paru dalam waktu singkat atau antibiotik untuk mengobati infeksi yang mendasarinya.
Dalam kasus bahaya, pasien mungkin memerlukan ventilator, sebuah mesin untuk membantu seseorang bernapas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.