Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/01/2022, 19:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Persalinan normal tanpa hambatan merupakan proses yang diinginkan oleh setiap ibu hamil.

Namun, terdapat kondisi medis yang menyebabkan persalinan terhambat atau macet yang disebut dystocia.

Dystocia atau fetal dystocia merupakan suatu kondisi yang menggambarkan adanya hambatan selama proses persalinan sehingga waktu persalinan menjadi lebih lama.

Baca juga: Melahirkan Lewat Operasi Caesar Atau Pervaginam, Mana yang Lebih Baik?

Dystocia ditandai dengan kelainan posisi janin atau ukuran janin yang abnormal atau lebih besar dari normalnya yang mengakibatkan sulitnya persalinan.

Kondisi ini dapat dialami oleh semua ibu hamil dari berbagai usia, termasuk mereka yang telah menjalani proses persalinan sebelumnya.

Ketika seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan mengalami dystocia atau persalinan macet, waktu persalinan akan berlangsung sekitar 20 jam atau lebih.

Sementara bagi wanita yang mengalami dystocia dengan riwayat persalinan sebelumnya, waktu persalinan berlangsung selama 14 jam atau lebih.

Jenis

Melansir PatientInfo, terdapat dua jenis dystocia yaitu:

  • Cervical dystocia

Cervical dystocia terjadi akibat leher rahim (serviks) tidak mengalami dilatasi atau pelebaran ketika proses persalinan berlangsung.

Kondisi ini dapat menyebabkan pasien harus melahirkan melalui prosedur operasi cesar.

  • Shoulder dystocia

Shoulder dystocia terjadi ketika kepala bayi telah berhasil keluar, tetapi bahu bayi tersangkut di jalur lahir.

Shoulder dystocia merupakan kondisi darurat medis karena dapat menyebabkan bayi mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen yang dapat berujung kematian.

Baca juga: Perbedaan Kontraksi Asli Mau Melahirkan dan Kontraksi Palsu

Gejala

Dirangkum dari situs Winchester Hospital dan Healthline, tanda dan gejala dystocia umumnya akan muncul ketika proses persalinan berlangsung.

Dokter dapat mengidentifikasi shoulder dystocia ketika melihat sebagian kepala bayi keluar dari jalan lahir, tetapi bagian tubuh yang lain tidak dapat keluar dari rahim.

Gejala shoulder dystocia disebut sebagai the turtle sign atau tanda kura-kura yang berarti bahwa kepala bayi sudah terlihat akan keluar dari rahim, tetapi kemudian kembali masuk.

Kondisi ini tampak seperti kura-kura yang mengeluarkan kepala dari cangkangnya lalu memasukkan kepalanya kembali.

Penyebab

Merangkum Patient Info dan American Academy of Family Physicians, terdapat tiga penyebab ibu hamil mengalami dystocia, antara lain:

  • Power (tenaga)

Kemampuan dan kekuatan kontraksi yang kurang atau lemah dapat menyebabkan persalinan menjadi sulit, lebih lama, dan tidak lancar.

  • Passenger (bayi)

Kondisi bayi yang terlalu besar (di atas 4 kilogram) dapat menyebabkan sang ibu mengalami dystocia atau proses persalinan menjadi lebih sulit.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Metode ERACS dan Manfaatnya Usai Persalinan

Kondisi ini juga disebut dengan makrosomia, yaitu kondisi bagi bayi yang lahir dengan berat badan di atas rata-rata, tepatnya di atas 4 kilogram.

Selain ukuran, posisi janin yang salah saat proses persalinan, misalnya posisi sungsang, juga dapat mempersulit proses persalinan.

  • Passage (jalur lahir)

Passage atau jalan lahir merupakan kondisi yang dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk tulang panggul sang ibu.

Wanita dengan ukuran dan bentuk tulang panggul yang terlalu kecil atau sempit dapat mempersulit proses persalinan sehingga menyebabkan dystocia.

Hal ini dikarenakan, ukuran bayi yang terlalu besar akan lebih sulit keluar dari rahim apabila jalur lahir terlalu sempit.

Faktor risiko

Dirangkum dari lama March of Dimes dan Winchester Hospital, berikut beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengalami dystocia:

  • Makrosomia atau berat badan bayi lebih dari 4 kilogram
  • Menderita diabetes, misalnya diabetes gestasional
  • Memiliki riwayat shoulder dystocia pada persalinan sebelumnya
  • Sedang hamil bayi kembar dua atau lebih
  • Kelebihan berat badan atau obesitas selama kehamilan
  • Efek samping obat pereda nyeri yang dapat memengaruhi kekuatan ibu untuk berkontraksi
  • Penggunaan oksitosin untuk induksi persalinan
  • Mengalami kala II yang terlalu singkat atau sangat lama
  • Menjalani persalinan pervaginam dengan alat bantu, seperti forceps atau prosedur ekstraksi vakum
  • Memiliki panggul yang terlalu kecil atau sempit.

Baca juga: Bahaya Rumput Fatimah untuk Persalinan, Ibu Hamil Perlu Tahu

Diagnosis

Merangkum MSD Manuals dan American Academy of Family Physicians, diagnosis dystocia ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, USG, atau respons terhadap augmentasi persalinan.

Dokter mungkin akan menggunakan kateter tekanan intrauterin (IUPC), untuk mengevaluasi kekuatan dan frekuensi kontraksi rahim.

Dokter juga akan terus mengevaluasi detak jantung janin selama proses persalinan berlangsung.

Selain itu, dokter juga akan memeriksa durasi kontraksi dan besar bukaan jalan lahir apabila pasien telah memasuki waktu melahirkan.

Perawatan

Dirangkum dari situs Patient Info dan Healthline, penanganan dystocia akan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Bagi wanita yang menderita diabetes misalnya, dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan persalinan melalui prosedur induksi atau operasi cesar.

Wanita hamil yang menderita diabetes gestasional juga berisiko mengalami dystocia jika berat janin mencapai lebih dari 4,5 kilogram.

Dokter akan memberikan penjelasan terkait risiko dan alasan pemilihan metode persalinan dengan prosedur induksi ataupun operasi cesar kepada ibu dan keluarga.

Sementara itu, operasi cesar dan persalinan pervaginam (normal) mungkin menjadi metode yang tepat bagi ibu hamil dengan riwayat shoulder dystocia.

Baca juga: Tanda-tanda Fisik yang Sering Terjadi Jelang Hari Persalinan

Meskipun demikian, semua keputusan mengenai metode persalinan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi ibu dan janin.

Selain itu, penanganan shoulder dystocia juga dapat dilakukan dengan tujuh tahap berikut:

  1. Dokter akan meminta bantuan tambahan dari dokter ahli lainnya, dokter anak, serta asisten persalinan
  2. Dokter dapat melakukan episiotomi, di mana dokter akan membuat sayatan di daerah otot antara vagina dan anus (perineum) untuk memperluas jalan lahir
  3. Dokter mungkin akan meminta pasien untuk menarik kaki ke arah perut agar tulang panggul menjadi datar untuk mempermudah bayi keluar
  4. Dokter akan memberi tekanan pada area tertentu di panggul pasien atau memutar posisi janin ke posisi yang memudahkannya keluar
  5. Dokter akan mencoba mengeluarkan salah satu tangan bayi agar bahu bayi lebih mudah melewati jalan lahir
  6. Dokter mungkin akan menginstruksikan pasien untuk mengubah posisi menjadi menungging guna memudahkan bayi melewati jalan lahir.

Komplikasi

Menurut Patient Info, dystocia dapat menimbulkan komplikasi yang dapat dialami oleh sang ibu maupun bayi.

Komplikasi dystocia yang dapat dialami oleh sang ibu, meliputi:

  • Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan
  • Robekan perineum
  • Laserasi vagina
  • Robekan (ruptur) serviks
  • Ruptur kandung kemih
  • Ruptur uteri atau robeknya dinding uterus
  • Dislokasi sendi sakroiliaka
  • Neuropati saraf femoralis lateral.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Persalinan Normal Bikin Bentuk Vagina Berubah?

Sementara itu, berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada bayi:

  • Trauma pleksus brakhialis
  • Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat hipoksia dan asidosis.
  • Fraktur humerus atau patah tulang lengan atas
  • Fraktur klavikula atau patah tulang selangka
  • Pneumotoraks.

Pencegahan

Melansir Healthline, pemeriksaan rutin selama kehamilan dapat membantu mencegah dystocia karena dokter akan menjelaskan kemungkinan komplikasi yang terjadi saat persalinan.

Dokter akan mengantisipasi pasien mengalami dystocia, serta menjelaskan penanganan yang akan dilakukan ketika pasien mengalami dystocia saat proses persalinan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com