Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/08/2021, 15:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Alergi kacang merupakan reaksi tubuh berlebih saat mengonsumsi kacang atau makanan yang mengandung kacang-kacangan.

Hal ini disebabkan oleh kandungan protein yang terdapat pada kacang.

Tak hanya saat mengonsumsi, alergi kacang juga dapat bereaksi saat pengidap menghirup aroma kacang-kacangan dan makanan sejenis yang mengandung kacang.

Baca juga: 8 Makanan yang Sering Menyebabkan Alergi

Gejala

Reaksi alergi kacang dapat terjadi secara langsung atau beberapa saat setelah pengidap melakukan kontak dengan kacang-kacangan. Pada umumnya, reaksi dapat terjadi dalam kurun waktu 30 menit.

Biasanya, pengidap alergi kacang lebih "sensitif" terhadap kandungan kacang dalam makanan, baik melalui penciuman atau "perasaan" akan adanya reaksi sebelum gejala lain timbul.

Reaksi yang mungkin timbul saat alergi kacang kambuh, di antaranya:

  • ruam
  • pembengkakkan di kaki dan tangan
  • kemerahan dan rasa nyeri
  • gatal-gatal (biduran)

Selain itu, alergi kacang juga berpotensi menyebabkan syok anafilaksis—reaksi alergi berat yang menyebabkan penyempitan saluran napas hingga tenggorokan terasa sesak, hidung berair atau tersumbat, sakit perut, mual, muntah.

Dalam beberapa kasus, syok anafilaksis dapat menyebabkan reaksi berbahaya seperti penurunan kesadaran dan pingsan.

Penyebab

Alergi kacang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap protein kecil dalam kacang-kacangan.

Baca juga: Punya Gejala Serupa, Apa Beda Alergi dan Intoleransi Makanan?

Namun, protein tersebut tidak akan hancur bahkan setelah produk kacang tersebut diproses, dimasak, atau bahkan dicerna.

Alergi terhadap protein ini menyebabkan tubuh membentuk antibodi untuk melawan alergen (penyebab alergi) tersebut sehingga menimbulkan reaksi.

Terdapat dua jenis alergi kacang, yaitu kacang yang tumbuh di tanah (kacang, kacang kedelai, dan kacang polong) dan kacang yang berasal dari pepohonan (almond, kacang brazil, kenari, hazelnut, macadamia, pecan, pistachio, mete).

Jenis makanan yang biasanya mengandung kacang-kacangan adalah sebagai berikut.

  • Kue dan roti: kukis, pastri, kulit pai, dan sebagainya
  • Permen: coklat, nougat, marzipan
  • Es krim, makanan penutup beku, puding, coklat panas
  • Sereal dan granola
  • Roti gandum
  • Berbagai macam saus (barbeque, sambal, pesto, kuah daging, glasir, atau acar)
  • Salad dan bumbunya

Jenis makanan untuk dihindari:

  • Selai kacang
  • Pasta kacang
  • Minyak kacang
  • Tepung kacang
  • Ekstrak kacang

Baca juga: Punya Gejala Sama, Apa Beda Alergi dan Infeksi Pada Mata?

Faktor Risiko

  1. Usia
    Alergi makanan paling umum dialami oleh anak-anak, khususnya balita dan bayi. Seiring bertambahnya usia, sistem pencernaan akan lebih kebal terhadap makanan yang dapat menimbulkan alergi.

  2. Riwayat alergi kacang
    Anak dengan alergi kacang dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, tidak menutup kemungkinan alergi akan kembali kambuh.

  3. Alergi lainnya
    Jika telah memiliki alergi terhadap suatu makanan, terdapat risiko lebih tinggi bagi seseorang untuk mengidap alergi lainnya. Tak hanya itu, hal ini juga berlaku untuk tipe alergi lain.
    Contohnya, jika seseorang memiliki alergi terhadap serbuk bunga, hal ini menaikkan risiko orang tersebut memiliki alergi makanan.

  4. Riwayat alergi keluarga
    Jika anggota keluarga lain memiliki riwayat alergi kacang, ataupun alergi makanan lainnya, hal ini dapat menaikkan risiko seseorang mengalami alergi.

  5. Dermatitis atopik
    Beberapa orang dengan penyakit kulit dermatitis atopik atau eksim ditemukan memiliki alergi terhadap makanan.

Baca juga: Sering Terlihat Sama, Begini Beda Demam Biasa dan Alergi

Diagnosis

Terkait reaksi alergi, setiap individu memiliki kecenderungan reaksi yang berbeda-beda. Jika mengalami gejala alergi kacang, segera periksa ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Dokter akan menjalankan serangkaian tes untuk mengetahui penyebab alergi. Selain itu, pengidap juga akan diberikan pertanyaan sebagai berikut.

  1. Kapan gejala mulai timbul?
  2. Makanan apa saja yang sempat dikonsumsi?
  3. Durasi hingga gejala mulai timbul?
  4. Penanganan yang sempat dilakukan?

Kemudian, dokter juga akan bertanya soal riwayat gejala alergi dalam keluarga, pemeriksaan fisik, dan tes darah.

Alergi dapat ditentukan dengan memeriksa jumlah antibodi tipe alergi yang terdapat pada aliran darah yang umum disebut immunoglobulin E (IgE) antibodi.

Perawatan

Pengidap akan diberikan antihistamin untuk mengobati gejala alergi dan EpiPen (pen epinefrin) jika terdapat risiko anafilaksis.

Studi menyatakan adanya bukti kuat bahwa memerkenalkan bayi berusia 4-6 bulan yang berisiko alergi kacang dapat mengurangi risiko terjadinya alergi hingga 80 persen.

Baca juga: 3 Makanan Penyebab Alergi dan Cara Mengatasinya

Bayi dengan risiko alergi kacang meliputi adanya gejala eksim ringan hingga berat, alergi terhadap telur, atau keduanya.

Diskusikan pendekatan terbaik dengan dokter anak sebelum mengenalkan bayi terhadap kacang-kacangan.

Selain itu, pengidap dewasa disarankan untuk teliti dalam membaca label makanan sebelum mengonsumsi.

Tak hanya itu, kandungan kacang juga bisa terdapat di produk non-makanan, seperti sabun, sampo, dan makanan hewan peliharaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau