KOMPAS.com - Alergi kacang merupakan reaksi tubuh berlebih saat mengonsumsi kacang atau makanan yang mengandung kacang-kacangan.
Hal ini disebabkan oleh kandungan protein yang terdapat pada kacang.
Tak hanya saat mengonsumsi, alergi kacang juga dapat bereaksi saat pengidap menghirup aroma kacang-kacangan dan makanan sejenis yang mengandung kacang.
Baca juga: 8 Makanan yang Sering Menyebabkan Alergi
Reaksi alergi kacang dapat terjadi secara langsung atau beberapa saat setelah pengidap melakukan kontak dengan kacang-kacangan. Pada umumnya, reaksi dapat terjadi dalam kurun waktu 30 menit.
Biasanya, pengidap alergi kacang lebih "sensitif" terhadap kandungan kacang dalam makanan, baik melalui penciuman atau "perasaan" akan adanya reaksi sebelum gejala lain timbul.
Reaksi yang mungkin timbul saat alergi kacang kambuh, di antaranya:
Selain itu, alergi kacang juga berpotensi menyebabkan syok anafilaksis—reaksi alergi berat yang menyebabkan penyempitan saluran napas hingga tenggorokan terasa sesak, hidung berair atau tersumbat, sakit perut, mual, muntah.
Dalam beberapa kasus, syok anafilaksis dapat menyebabkan reaksi berbahaya seperti penurunan kesadaran dan pingsan.
Alergi kacang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap protein kecil dalam kacang-kacangan.
Baca juga: Punya Gejala Serupa, Apa Beda Alergi dan Intoleransi Makanan?
Namun, protein tersebut tidak akan hancur bahkan setelah produk kacang tersebut diproses, dimasak, atau bahkan dicerna.
Alergi terhadap protein ini menyebabkan tubuh membentuk antibodi untuk melawan alergen (penyebab alergi) tersebut sehingga menimbulkan reaksi.
Terdapat dua jenis alergi kacang, yaitu kacang yang tumbuh di tanah (kacang, kacang kedelai, dan kacang polong) dan kacang yang berasal dari pepohonan (almond, kacang brazil, kenari, hazelnut, macadamia, pecan, pistachio, mete).
Jenis makanan yang biasanya mengandung kacang-kacangan adalah sebagai berikut.
Jenis makanan untuk dihindari:
Baca juga: Punya Gejala Sama, Apa Beda Alergi dan Infeksi Pada Mata?
Baca juga: Sering Terlihat Sama, Begini Beda Demam Biasa dan Alergi
Terkait reaksi alergi, setiap individu memiliki kecenderungan reaksi yang berbeda-beda. Jika mengalami gejala alergi kacang, segera periksa ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Dokter akan menjalankan serangkaian tes untuk mengetahui penyebab alergi. Selain itu, pengidap juga akan diberikan pertanyaan sebagai berikut.
Kemudian, dokter juga akan bertanya soal riwayat gejala alergi dalam keluarga, pemeriksaan fisik, dan tes darah.
Alergi dapat ditentukan dengan memeriksa jumlah antibodi tipe alergi yang terdapat pada aliran darah yang umum disebut immunoglobulin E (IgE) antibodi.
Pengidap akan diberikan antihistamin untuk mengobati gejala alergi dan EpiPen (pen epinefrin) jika terdapat risiko anafilaksis.
Studi menyatakan adanya bukti kuat bahwa memerkenalkan bayi berusia 4-6 bulan yang berisiko alergi kacang dapat mengurangi risiko terjadinya alergi hingga 80 persen.
Baca juga: 3 Makanan Penyebab Alergi dan Cara Mengatasinya
Bayi dengan risiko alergi kacang meliputi adanya gejala eksim ringan hingga berat, alergi terhadap telur, atau keduanya.
Diskusikan pendekatan terbaik dengan dokter anak sebelum mengenalkan bayi terhadap kacang-kacangan.
Selain itu, pengidap dewasa disarankan untuk teliti dalam membaca label makanan sebelum mengonsumsi.
Tak hanya itu, kandungan kacang juga bisa terdapat di produk non-makanan, seperti sabun, sampo, dan makanan hewan peliharaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.