Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2021, 06:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus Zika disebarkan melalui gigitan nyamuk spesies Aedes, khususnya di daerah tropis dan subtropis.

Penularan juga dapat terjadi dari ibu ke janin, hubungan seksual, transfusi darah, atau gigitan hewan.

Virus Zika pertama kali diidentifikasi pada monyet di Hutan Zika, Uganda pada tahun 1947, tetapi telah memengaruhi orang-orang di Afrika, Asia, Kepulauan Pasifik, serta Amerika Selatan dan Tengah.

Baca juga: Golongan Darah yang Paling Disukai Nyamuk

Wabah besar di Brasil pada 2016 kemudian meningkatkan kesadaran internasional, beberapa kasus di antaranya dengan komplikasi serius bagi wanita hamil.

Gejala

Kebanyakan penderita Zika tidak mengalami ruam atau gejala lain.

Melansir healthline, sebuah penelitian di Brasil mengungkapkan bahwa hanya 38 persen penderita Zika yang ingat digigit nyamuk.

Ruam dapat muncul dalam 3 hingga 12 hari sejak gigitan nyamuk.

Umumnya, benjolan dan bercak kemerahan itu akan bermula pada tubuh, lalu menyebar ke wajah, lengan, kaki, serta kaki dan tangan.

Ruam yang disebabkan oleh infeksi nyamuk serupa dengan demam berdarah dan chikungunya. Hal ini diklasifikasikan sebagai flavivirus.

Gejala umum yang mungkin timbul pada virus Zika meliputi:

  • demam ringan
  • ruam
  • nyeri sendi, terutama di tangan atau kaki
  • mata merah (konjungtivis)
  • nyeri otot
  • sakit kepala
  • sakit di belakang mata
  • kelelahan atau tidak enak badan
  • sakit perut
  • muntah-muntah

Baca juga: 6 Bahan Alami Pengusir Nyamuk

Komplikasi

Pada kebanyakan kasus, penderita Zika tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit dan jarang menyebabkan kematian.

Namun, komplikasi Zika perlu ditangani dengan serius. Khususnya jika penderita merupakan wanita yang sedang hamil.

Infeksi virus Zika pada masa kehamilan dapat menyebabkan mikrosefali (ukuran otak dan kepala yang lebih kecil dari seharusnya) pada janin yang sedang berkembang atau bayi baru lahir.

Selain itu, komplikasi Zika pada kehamilan juga dapat mengakibatkan:

  • keguguran
  • lahir mati
  • kelahiran prematur

Virus Zika juga dapat memicu sindrom Guillain-Barré, neuropati dan mielitis, terutama pada orang dewasa dan anak-anak.

Diagnosis

Karena gejala yang mirip dengan flu, kebanyakan penderita Zika tidak menyadari kondisi mereka.

Namun, wanita hamil yang memiliki gejala harus segera menemui dokter untuk melakukan tes darah atau urin.

Baca juga: Kapan Harus Mewaspadai Gigitan Nyamuk?

Beberapa laboratorium juga memiliki tes cepat khusus yang dapat mengkonfirmasi jika seseorang memiliki virus Zika.

Wanita hamil yang memiliki risiko terinfeksi virus Zika mungkin akan disarankan untuk melakukan satu dari prosedur berikut:

  • ultrasonografi untuk mendeteksi adanya masalah dengan otak janin
  • amniosentesis, penggunaan jarum berlubang ke dalam rahim untuk mengambil sampel cairan ketuban yang kemudian diuji jika terinfeksi

Perawatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk virus Zika atau ruam yang timbul.

Penanganan yang direkomendasikan mirip dengan penyakit flu lainnya, seperti:

  • istirahat
  • banyak minum cairan
  • asetaminofen untuk mengurangi demam dan nyeri

Pencegahan

Tidak ada vaksin khusus untuk mencegah virus Zika, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko.

  • Gunakan kelambu saat tidur agar terhindar dari gigitan nyamuk.
  • Gunakan obat nyamuk seperti calir (lotion) antinyamuk, krim, obat semprot, dan sebagainya jika sedang berada di area yang rawan akan gigitan nyamuk.
  • Gunakan kondom saat berhubungan seksual. Tidak hanya dari virus Zika, penggunaan kondom juga dapat mencegah penyakit menular seksual lainnya.

Baca juga: 7 Cara Sederhana Agar Tidak Sering Digigit Nyamuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com