Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/10/2021, 11:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anoreksia nervosa merupakan gangguan makan yang berpotensi mengancam jiwa.

Penderita anoreksia memiliki ciri-ciri sengaja membuat diri kelaparan dan mengalami penurunan berat badan yang berlebihan.

Gangguan ini didiagnosis saat seseorang memiliki berat badan setidaknya 15 persen kurang dari berat badan idealnya.

Baca juga: 10 Gejala Anoreksia Nervosa, Gangguan Makan Serius yang Perlu Diwaspadai

Melansir Webmd, istilah anoreksia memiliki arti harafiah “hilangnya nafsu makan”.

Namun, definisi ini kurang tepat karena penderita anoreksia tetap merasa lapar, tetapi menolak untuk makan.

Penderita anoreksia memiliki ketakutan menjadi gemuk dan melihat diri sendiri kelebihan berat badan bahkan saat mereka sangat kurus.

Mereka mengatasi ketakutan itu dengan membatasi asupan makan secara ketat dan berolahraga secara berlebihan untuk menurunkan berat badan.

Selain itu, mereka juga mungkin sengaja muntah setelah makan untuk mengontrol asupan kalori atau menyalahgunakan obat pencahar, alat bantu diet, atau enema.

Tidak peduli berapa berat badan yang hilang, penderita anoreksia akan terus takut akan kenaikan berat badan.

Anoreksia dapat dialami oleh pria atau wanita dari segala usia. Namun, paling sering terjadi pada wanita muda dan dimulai saat pertengahan remaja,

Gejala

Melansir nationaleatingdisorders.org, berikut beberapa gejala yang patut diwaspadai dari penderita anoreksia.

Secara emosi dan tingkah laku

Baca juga: 3 Penyebab Anoreksia Nervosa, Gangguan Makan Serius yang Perlu Diwaspadai

  • Penurunan berat badan yang dramatis
  • Gaun berlapis-lapis untuk menyembunyikan penurunan berat badan atau menjaga tubuh tetap hangat
  • Cerewet soal berat badan, makanan, kalori, gram lemak, dan diet
  • Menolak untuk makan makanan atau jenis makanan tertentu, seperti tidak makan karbohidrat dan sebagainya
  • Sering merasa dirinya gemuk atau kelebihan berat badan meskipun berat badan turun
  • Keluhan sembelit, sakit perut, intoleransi dingin, lesu, dan/atau kelebihan energi
  • Menyangkal rasa lapar
  • Mempunyai ‘ritual’ makan, seperti makan dengan urutan tertentu, mengunyah berlebihan, menata ulang makanan di piring
  • Memasak makanan untuk orang lain tanpa makan
  • Terus-menerus beralasan untuk menghindari makan
  • Mengungkapkan keinginan untuk terus membakar kalori
  • Melakukan rejimen olahraga yang berlebihan dan kaku, terlepas dari cuaca, kelelahan, penyakit, atau cedera
  • Menarik diri dari teman dan aktivitas biasa, lebih terisolasi, menarik diri, dan tertutup
  • Khawatir soal makan di depan umum
  • Spontanitas sosial terbatas
  • Sulit mempertahankan berat badan ideal
  • Wanita pascapubertas kehilangan periode menstruasi

Secara fisik

  • Kram perut, keluhan gastrointestinal non spesifik (sembelit, refluks asam, dan sebagainya)
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Hasil cek laboratorium abnormal (anemia, kadar tiroid dan hormon rendah, kalium rendah, jumlah sel darah rendah, detak jantung lambat)
  • Pusing
  • Pingsan
  • Merasa kedinginan sepanjang waktu
  • Menstruasi tidak teratur (amenore, periode tidak teratur atau hanya mengalami menstruasi saat menggunakan kontrasepsi hormonal)
  • Luka dan kapalan di bagian atas sendi jari (akibat muntah)
  • Masalah gigi, seperti erosi email, gigi berlubang, dan gigi sensitif
  • Kulit kering
  • Kuku kering dan rapuh
  • Pembengkakan di area kelenjar ludah
  • Rambut halus di tubuh (lanugo)
  • Penipisan rambut di kepala, kering dan rapuh
  • Otot melemah
  • Kulit kuning (dalam konteks makan wortel dalam juumlah besar)
  • Tangan dan kaki dingin, berbintik-bintik, atau bengkak
  • Luka sulit sembuh
  • Gangguan fungsi kekebalan tubuh

Baca juga: 3 Cara Mengatasi Anoreksia Nervosa, Gangguan Makan Serius yang Perlu Diwaspadai

Penyebab

Tidak diketahui penyebab pasti dari anoreksia. Namun, dianggap sebagai kombinasi dari faktor biologis, psikologis, dan lingkungan.

Biologis

Meskipun belum jelas gen mana yang terlibat, terdapat kemungkinan adanya perubahan genetik yang membuat beberapa orang lebih rentan mengalami anoreksia.

Beberapa orang memiliki kecenderungan genetik terhadap perfeksionisme, kepekaan, dan ketekunan (sifat yang dialami penderita anoreksia).

Melansir medicalnewstoday, seseorang juga dapat memiliki risiko lebih tinggi mengalami anoreksia jika:

  • kerabat ada yang memiliki kondisi serupa
  • riwayat keluarga dengan depresi atau isu kesehatan mental lainnya
  • memiliki diabetes tipe 1

Psikologis

Beberapa penderita anoreksia memiliki ciri kepribadian obsesif-kompulsif yang membuatnya lebih gampang untuk mengikuti diet ketat dan tidak makan meskipun lapar.

Mereka mungkin memiliki dorongan ekstrim untuk perfeksionisme. Hal ini menyebabkan mereka tidak pernah cukup kurus.

Selain itu, penderita anoreksia juga tingkat kecemasan yang tinggi dan membatasi makanan.

Baca juga: Gangguan Makan: Penyebab dan Jenisnya

Lingkungan

Budaya barat modern menekankan wanita untuk menjadi kurus/langsing. Sukses dan dihargai seringkali disamaartikan dengan menjadi kurus.

Tekanan dari teman-teman sebaya juga dapat memicu keinginan memiliki tubuh yang kurus, terutama di kalangan gadis muda.

Diagnosis

Diagnosis dini dan pengobatan akan memungkinkan hasil akhir yang lebih baik.

Selain mengecek tekanan darah dan detak jantung, dokter akan bertanya soal kebiasaan makan, berat badan, kesehatan mental dan fisik secara keseluruhan.

Dalam pemeriksaan, dokter akan mencari tanda-tanda yang menandakan:

  • pasien membatasi asupan makanan
  • pasien takut berat badan bertambah
  • pasien memiliki masalah soal gambaran tubuh

Dokter juga mungkin melakukan beberapa tes untuk menyingkirkan dugaan kondisi medis mendasar lain dengan gejala serupa, seperti malabsorpsi, kanker, dan masalah hormonal.

Selain itu, dokter juga mungkin akan memeriksa kepadatan tulang dan mencari adanya kelainan jantung.

Komplikasi

Terdapat berbagai komplikasi yang dapat timbul pada penderita anoreksia, bahkan kematian.

Kematian dapat terjadi secara tiba-tiba akibat irama jantung yang tidak normal (aritmia) atau kadar elektrolit yang tidak seimbang (mineral seperti natrium, kalium, dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan pada tubuh).

Baca juga: Gangguan Makan: Penyebab, Jenis dan Cara Mengatasinya

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita anoreksia, meliputi:

  • anemia
  • masalah jantung, seperti prolaps katup mitral, irama jantung abnormal, atau gagal jantung
  • osteoporosis atau tulang yang keropos, risiko patah tulang meningkat
  • kehilangan otot
  • hilangnya menstruasi pada wanita
  • turunnya kadar testosteron pada pria
  • masalah gastrointestinal seperti sembelit, kembung, atau mual
  • kelainan elektrolit atau kadar mineral rendah
  • masalah ginjal

Penderita anoreksia juga rawan mengalami kurang gizi yang dapat menyebabkan rusaknya organ tubuh, termasuk otak, jantung, dan ginjal.

Kerusakan ini mungkin tidak sepenuhnya bersifat reversibel (sembuh seperti semula), bahkan saat anoreksia sudah terkendali.

Selain komplikasi fisik, penderita anoreksia juga umumnyamemiliki gangguan kesehatan mental, seperti:

  • depresi, kecemasan, suasana hati berubah-ubah
  • gangguan kepribadian
  • gangguan obsesif-kompulsif
  • penyalahgunaan alkohol dan zat
  • melukai diri sendiri, pikiran untuk bunuh diri, atau percobaan bunuh diri

Perawatan

Anoreksia dapat disembuhkan. Namun, diperlukan waktu untuk pemulihan dan dapat bervariasi bagi para penderitanya.

Baca juga: Gejala Bulimia, Gangguan Makan Karena Takut Gemuk

Dibutuhkan banyak dukungan bagi penderita anoreksia untuk sepenuhnya sembuh, apalagi jika memiliki gangguan kondisi mental seperti depresi atau kecemasan.

Kendala paling besar dalam menangani penderita anoreksia adalah penderitanya tidak percaya bahwa mereka sedang sakit.

Mereka menyangkal bahwa apa yang dilakukannya tidak sehat dan hal ini dapat menjadi hambatan dalam perawatan.

Beberapa terapi yang biasa digunakan untuk mengobati anoreksia pada orang dewasa (di atas 18 tahun), meliputi:

  • terapi perilaku kognitif (CBT)
  • Maudsley Anorexia Treatment for Adults (MANTRA)
  • terapi manajemen klinis
  • terapi suportif spesialis (SSCM)

Jika berusia di bawah 18 tahun, terapi yang mungkin direkomendasikan adalah terapi keluarga, CBT, atau psikoterapi yang berfokus pada remaja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau