Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/10/2021, 14:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gangguan panik adalah kondisi saat seseorang mengalami serangan panik yang berulang secara tidak terduga.

The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health Disorders, Fifth Edition (DSM-5) mendefinisikan serangan panik sebagai “gelombang ketakutan atau ketidaknyamanan intens secara tiba-tiba yang mencapai puncaknya dalam beberapa menit”.

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan saat Menghadapi Penderita Serangan Panik?

Serangan panik juga dapat digambarkan sebagai perasaaan teror yang muncul secara tiba-tiba ketika tidak ada bahaya yang nyata.

Orang dengan serangan panik dapat merasa seolah-olah kehilangan kendali.

Perasaan panik merupakan reaksi alami yang dapat dialami semua orang.

Namun, seseorang dengan gangguan panik memiliki perasaan cemas, stres, dan panik yang berkelangsungan dan setiap saat, seringkali tanpa alasan jelas.

Gejala

Beberapa gejala yang dapat timbul pada orang yang memiliki gangguan panik, di antaranya:

  • detak jantung cepat
  • sakit dada atau perut
  • kesulitan bernapas
  • kelemahan atau pusing
  • berkeringat
  • merasa panas atau kedinginan
  • tangan kesemutan atau mati rasa
  • mual
  • kedinginan
  • mati rasa
  • mulut kering
  • telinga berdengung

Penyebab

Tidak ada penyebab pasti yang dapat menyebabkan gangguan panik.

Baca juga: Alami Serangan Panik Saat Tidur, Apa yang Harus Dilakukan?

Asumsinya adalah penderita gangguan panik lebih sensitif dalam menanggapi rasa takut.

Terdapat kaitan antara serangan panik dan fobia (rasa takut yang berlebihan akan satu hal tertentu), seperti fobia sosial, fobia sekolah, dan masih banyak lagi.

Melansir Webmd, terdapat juga teori bahwa gangguan panik berasal dari kepekaan berlebihan terhadap karbon dioksida. Akibatnya, otak memberi respons yang membuat penderitanya merasa tercekik.

Beberapa hal lain yang dapat menjadi faktor, di antaranya:

  • seseorang di keluarga memiliki gangguan serupa
  • tingkat stres yang tinggi di lingkungan sekitar
  • perasaan negatif yang sering muncul atau kesulitan menangani emosi negatif

Selain itu, gangguan panik juga dapat bermula setelah:

  • penyakit serius atau kecelakaan
  • kematian orang terdekat
  • perpisahan dari orang keluarga atau orang terdekat
  • kelahiran bayi

Orang dengan gangguan panik juga sering mengalami depresi berat, meskipun tidak ada bukti konkret bahwa penyakit ini berkaitan.

Diagnosis

Segera hubungi profesional jika memiliki gejala dari gangguan panik atau serangan panik berulang selama kurun waktu tertentu.

Baca juga: Bagaimana Serangan Panik Bisa Menyebabkan Sesak Napas?

Tenaga medis akan bertanya soal gambaran gejala, seberapa sering gejala muncul, dan selama beberapa lama telah muncul.

Mengekspresikan atau berbicara soal apa yang dirasakan mungkin akan sulit bagi sebagian orang.

Namun, perlu diingat bahwa tidak perlu merasa malu atas apa yang ada di dalam pikiran.

Tenaga medis juga mungkin akan melakukan:

  • tes darah untuk mengecek kemungkinan adanya kondisi lain, atau
  • elektrokardiogram (ECG atau EKG) untuk mengecek fungsi jantung

Perawatan

Penanganan dari gangguan panik akan berfokus untuk meredakan serangan panik dan gejala lain yang timbul.

Prosedur yang dapat dijalani meliputi terapi dengan spesialis dan obat-obatan dalam kasus tertentu.

Terapi dengan spesialis akan melibatkan dialog soal apa yang dirasakan dan bagaimana penanganan untuk menghilangkan rasa panik.

Sementara itu, obat-obatan yang mungkin diresepkan dapat meliputi:

  • sejenis antidepresan yang disebut serotonin reuptake inhibitor (SSRI) atau antidepresan trisiklik, atau
  • obat antiepilepsi, atau
  • clonazepam (jika kecemasan tergolong parah)

Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Ini Beda Anxiety Attack dan Pannick Attack

Antidepresan dapat bekerja dalam kurun waktu 2 hingga 4 minggu. Dibutuhkan waktu sekitar 8 minggu untuk bekerja sepenuhnya.

Obat ini harus diminum secara teratur dan hanya berhenti dikonsumsi atas anjuran spesialis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com