Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/11/2021, 21:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Parasomnia adalah gangguan tidur yang melibatkan peristiwa atau pengalaman fisik yang mengganggu tidur seseorang.

Kondisi ini dapat terjadi sebelum, selama, atau saat akan bangun dari tidur.

Seseorang yang menderita parasomnia mungkin akan melakukan gerakan yang tidak normal, berbicara, mengekspresikan emosi, atau melakukan hal-hal yang tidak biasa (mengingau).

Baca juga: Gangguan Tidur

Orang lain mungkin mengira penderita sudah bangun, tapi sebenarnya penderita tidak sadar dan bahkan tidak ingat apa yang tidak dilakukan,

Parasomnia cukup umum terjadi, tapi dapat membuat penderitanya sulit untuk tidur nyenyak. Perilaku ini juga dapat mengganggu tidur orang lain yang tidur bersama.

Beberapa perilaku parasomnia juga bisa berbahaya karena penderitanya tidak menyadari lingkungan sekitar saat hal itu terjadi.

Efek samping dari parasomnia dapat berkaitan dengan kesehatan, seperti stres psikologis.

Jenis

Parasomnia dikelompokkan berdasarkan di tahap tidur mana aktivitas terjadi. Terdapat dua tahap tidur utama:

  • non-rapid eye movement (Non-REM)
  • rapid eye movement (REM).

Namun, terdapat parasomnia lain yang termasuk ke dalam kategori "lain".

Berikut beberapa jenis parasomnia, dilansir dari Cleveland Clinic.

Non-REM

Jenis parasomnia yang terjadi pada kategori ini adalah sebagai berikut.

Baca juga: Gangguan Tidur Berjalan

  • Teror tidur: penderita akan terbangun secara tiba-tiba dalam keadaan ketakutan. Juga, mungkin dapat berteriak atau menangis ketakutan. Teror tidur biasanya berlangsung singkat (sekitar 30 detik), tetapi dapat berlangsung hingga beberapa menit.

    Ciri lain dari gangguan ini adalah detak jantung yang berdebar, mata terbuka dengan pupil melebar, pernapasan cepat dan berkeringat.

  • Sleepwalking (somnambulisme): disebut juga tidur berjalan. Penderitanya akan bangun dari tempat tidur, bergerak dengan mata terbuka lebar tetapi dalam kondisi tertidur. Penderitanya mungkin bergumam atau berbicara, tapi bisa melakukan aktivitas kompleks seperti mengemudi atau memainkan alat musik.
  • Confusional arousal: kondisi saat seseorang kebingungan saat baru bangun. Setengahnya tampak terjaga, tapi merasa bingung dan mengalami disorientasi terhadap ruang dan waktu. Penderitanya mungkin akan berbicara lambat, kesulitan memahami pertanyaan yang diajukan, atau menanggapi dengan cara yang tidak masuk akal. Episode dapat berlangsung dari hitungan menit hingga jam.
  • Gangguan makan terkait tidur: orang dengan gangguan ini akan makan dan minum dengan keadaan setengah terjaga. Penderita juga mungkin mengkonsumsi makanan yang seharusnya tidak dimakan, seperti potongan mentega atau ayam mentah. Kondisi ini membuat penderitanya rentan makan sesuatu yang dilarang untuk dimakan, sepertit beracun. Juga, bisa jadi mengalami cedera atau makan terlalu banyak saat gangguan terjadi.

Baca juga: Sulit Tidur Nyenyak, Waspadai 5 Jenis Gangguan Tidur Ini

REM

  • Gangguan mimpi buruk: kondisi saat mimpi menyebabkan perasaan takut, teror, dan/atau kecemasan. Penderitanya juga mungkin merasakan ancaman terhadap kelangsungan hidup atau keamanan. Jika terbangun saat mimpi buruk, biasanya akan dapat mengingat secara rinci dan sulit kembali untuk tidur.

    Mimpi buruk biasanya terjadi saat penderitanya sedang stres atau mengalami peristiwa traumatis, sakit/demam, kelelahan ekstrem atau setelah mengkonsumsi alkohol.

  • Recurrent isolated sleep paralysis (RISP): disebut juga kelumpuhan tidur terisolasi berulang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya tidak dapat menggerakkan tubuh atau anggota tubuh saat tidur. Ilmuwan berpikir kelumpuhan dapat disebabkan oleh perpanjangan REM (saat otot sudah dalam keadaan rileks.)

    Kondisi ini dapat terjadi baik sebelum tertidur atau saat bangun dan berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. RISP juga dapat menyebabkan kecemasan atau ketakutan.

    Kelumpuhan tidur dapat berhenti jika seseorang berbicara atau menyentuh tubuh penderita.

  • Gangguan perilaku tidur REM (RSBD): seseorang dengan gangguan ini akan bertindak, seperti berbicara dan tertawa, atau membuat gerakan agresif seperti meninju dan menendang sebagai reaksi terhadap mimpi kekerasan.

    Gangguan tidur ini lebih sering terjadi pada orang lanjut usia. Banyak orang dengan gangguan ini menderita penyakit neurodegeneratif, seperti Parkinson, demensia, tubuh Lewy, atrofi sistem ganda atau stroke.

Baca juga: Stres Kerja dan Gangguan Tidur Tingkatkan Risiko Kematian

Parasomnia lain termasuk di bawah ini.

  • Sindrom kepala meledak: jika memiliki gangguan tidur ini, penderitanya mungkin mendengar suara keras atau suara ledakan di kepala saat tertidur atau terbangun. Penderitanya juga mungkin dapat melihat kilatan cahaya imajiner atau mengalami otot yang tersentak secara tiba-tiba.
  • Enuresis tidur (mengompol): berbeda dengan mengompol pada anak kecil, penderita parasomnia di atas usia lima tahun dan terjadi setidaknya dua kali seminggu selama setidaknya tiga bulan.
  • Halusinasi terkait tidur: gangguan ini membuat seorang mengalami halusinasi saat tertidur atau sedang menuju bangun. Penderitanya dapat merasakan gerakan, melihat, atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Penderitanya juga bahkan dapat meninggalkan
  • Mengerang saat tidur (catathrenia): orang dengan gangguan ini akan mengalami episode berulang menimbulkan suara erangan (panjang dan diikuti suara desahan atau dengusan selama tidur).
  • Seksomnia: gangguan ini menggambarkan seseorang yang melakukan perilaku seksual selama tidur, seperti berhubungan seksual, masturbasi, serangan seksual, atau membelai pasangan, serta melakukan vokalisasi seksual.

Gejala

Selain perilaku abnormal saat tidur, parasomnia juga dapat menimbulkan gejala lain, seperti:

  • bangun dengan bingung atau disorientasi
  • melupakan aktivitas tertentu yang telah dilakukan
  • menemukan luka asing di tubuh
  • sulit tidur sepanjang malam
  • mengantuk atau kelalahan di siang hari.

Baca juga: Mengigau saat Tidur? Kenali Penyebab dan Efek Sampingnya

Penyebab

Terdapat beberapa hal yang dapat menimbulkan parasomnia. Gangguan ini juga terkait dengan beberapa pemicu, seperti:

  • stres
  • tertekan
  • kecemasan
  • depresi
  • PTSD
  • penggunaan zat obat-obatan tertentu
  • jadwal tidur yang tidak teratur, seperti kerja shift
  • gangguan tidur lainnya, seperti insomnia
  • kurang tidur
  • kehamilan
  • genetik, jika memiliki kerabat yang juga mengalami parasomnia
  • kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson.

Diagnosis

Jika merasa mengalami masalah saat tidur atau dilaporkan oleh orang lain bahwa mengalami kejadian aneh saat tidur, cobalah untuk memeriksakan diri ke dokter.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik serta bertanya riwayat medis pribadi dan keluarga.

Beberapa tes lain yang mungkin dilakukan, yaitu:

  • polisomnogram
  • EEG
  • CT atau MRI.

Baca juga: 3 Manfaat Tidur Cukup di Malam Hari

Perawatan

Parasomnia dapat ditangani tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan tertentu dan menyarankan terapi perilaku kognitif (CBT).

CBT adalah salah satu penanganan parasomnia yang umum dilakukan. Hal ini disebabkan keterkaitan parasomnia dengan masalah kesehatan mental, seperti stres dan kecemasan.

Metode lain yang dapat dilakukan bersama CBT, yaitu:

  • psikoterapi
  • terapi relaksasi
  • hipnosis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau