Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/12/2021, 10:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Duodenitis adalah peradangan atau iritasi pada usus dua belas jari atau duodenum.

Duodenum sendiri merupaka bagian pertama dari usus kecil, tepat di bawah perut.

Meski gejalanya sangat mengganggu, kondisi ini jarang mendatangkan komplikasi serius bagi penderitanya.

Baca juga: 4 Makanan yang Buruk untuk Kesehatan Usus

Duodenitis dapat terjadi pada semua orang dari semua jenis kelamin dan kelompok usia.

Penyebab

Duodenitis biasanya disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori (H pylori). Faktor berikut juga dapat menyebabkan duodenitis:

  • Infeksi bakteri, jamur, atau virus
  • Penyakit parah atau stres
  • NSAID, aspirin, atau obat steroid
  • Penggunaan produk tembakau atau alkohol
  • Penyakit Crohn
  • Radiasi pengobatan kanker
  • Cedera pada perut atau usus kecil
  • Benda beracun yang tertelan, seperti baterai kancing.

Gejala

Beberapa penderita duodenitis tidak mengalami gejala.

Namun, terdapat beberapa gejala yang umum terjadi jika menderita duodenitis, seperti:

  • Sakit perut dengan sensasi terbakar
  • Sakit dada atau pusing
  • Mual atau muntah
  • Gangguan pencernaan
  • Kembung
  • Kehilangan selera makan.

Baca juga: 6 Faktor Risiko Penyakit Radang Usus yang Tidak Boleh Disepelekan

Diagnosis

Segera cari perawatan medis jika mengalami:

  • Sakit perut yang parah
  • Buang air besar dan muntah berdarah atau hitam
  • Memiliki gejala baru atau memburuk, bahkan setelah perawatan
  • Memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang kondisi atau perawatan.

Dokter akan bertanya tentang tanda dan gejala dan memeriksa fisik pasien.

Pasien bisa jadi memerlukan tes untuk memastikan infeksi H pylori. Tes diagnosis duodenitis meliputi:

  • Endoskopi, digunakan untuk mencari masalah di perut atau duodenum
  • Tes darah, dapat digunakan untuk menunjukkan adanya infeksi
  • Tes napas, dapat menunjukkan apakah H pylori menyebabkan duodenitis
  • Sampel tinja, diuji untuk bakteri yang mungkin menyebabkan duodenitis.

Perawatan

Gejala duodenitis dapat hilang tanpa pengobatan.

Pasien akan memerlukan perawatan jika gejala parah atau menjadi kronis. Perawatan akan tergantung pada penyebab duodenitis.

Dokter dapat merekomendasikan perubahan pada obat-obatan yang digunakan.

Obat-obatan dapat diberikan untuk membantu mengobati infeksi bakteri atau mengurangi asam lambung.

Baca juga: Sering Disepelekan, 8 Kebiasaan Ini Dapat Mengganggu Kesehatan Usus

 

Komplikasi

Meskipun dapat sembuh dengan sendirinya, di sisi lain duodenitis juga dapat menyebabkan komplikasi berikut:

  • Muntah darah atau muntah yang berwarna hitam
  • Tinja berwarna hitam
  • Sakit perut yang parah
  • Penurunan berat badan yang cepat
  • Sakit yang tidak kunjung sembuh
  • Demam.

Pencegahan

Lakukan tips berikut untuk mencegah duodenitis:

  • Jangan merokok
  • Batasi atau jangan minum alkohol
  • Jangan minum NSAID atau aspirin kecuali disarankan
  • Jangan makan makanan yang menyebabkan iritasi
  • Jauhkan baterai dan benda serupa dari jangkauan anak-anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Health
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Health
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Health
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Health
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Health
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Health
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Health
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Health
Dokter Ungkap Penyebab Pengapuran Sendi Lutut: Penuaan, Cedera, dan Gaya Hidup Buruk
Dokter Ungkap Penyebab Pengapuran Sendi Lutut: Penuaan, Cedera, dan Gaya Hidup Buruk
Health
Pengapuran Lutut Tidak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan Sebelum Memburuk
Pengapuran Lutut Tidak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Dikendalikan Sebelum Memburuk
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau