KOMPAS.com - Salah satu penyebab perdarahan yang dialami ibu hamil adalah vasa previa.
Vasa previa merupakan penyakit komplikasi dalam kehamilan yang ditandai dengan adanya pembuluh darah dari tali pusat janin melintasi mulut rahim atau serviks.
Pada kehamilan yang normal dan sehat, semua pembuluh darah yang menghubungkan janin dan plasenta berada di dalam tali pusat.
Baca juga: Plasenta previa
Namun pada vasa previa, salah satu bagian pembuluh darah janin keluar dari tali pusat bersama dengan selaput ketuban.
Kondisi ini dapat menyebabkan pembuluh darah yang tidak terbungkus di tali pusat robek atau pecah, baik selama masa kehamilan ataupun saat persalinan.
Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat. Akibatnya, janin kehilangan banyak darah dan kekurangan oksigen yang dapat berujung pada kematian janin.
Hampir semua penderita vasa previa harus menjalani operasi cesar untuk mencegah komplikasi tersebut, serta menyelamatkan nyawa janin dan ibu.
Vasa previa juga meningkatkan risiko ibu hamil melahirkan secara prematur atau lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.
Merangkum Healthline dan WebMD, vasa previa sering kali bersifat asimptomatik atau tidak menimbulkan gejala apa pun.
Gejala vasa previa akan muncul saat proses persalinan, yaitu detak jantung janin yang lemah. Jika tidak segera dilahirkan, dapat menyebabkan bayi lahir meninggal (stillbirth).
Namun terkadang, vasa previa juga dapat menimbulkan gejala di masa kehamilan, yakni perdarahan yang keluar dari vagina.
Darah yang keluar biasanya akan berwarna merah gelap akibat janin kekurangan oksigen.
Dikutip dari WebMD, vasa previa disebabkan oleh dua kondisi berikut:
Baca juga: Kenali Pendarahan Implantasi, Tanda-tanda Awal Kehamilan
Menurut Healthline, berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko ibu hamil mengalami vasa previa:
Dirangkum dari situs Healthline dan Very Well Family, vasa previa dapat didiagnosis melalui ultrasonografi (USG) secara rutin ketika melakukan pemeriksaan kehamilan.
Dokter akan menggunakan USG transvaginal Doppler yang dimasukkan melalui vagina untuk melihat gambaran pembuluh darah pada rahim.
Merangkum Healthline dan Merck Manuals, penanganan vasa previa dilakukan agar janin dapat lahir dalam kondisi yang sehat dan dapat tumbuh dengan optimal.
Penanganan vasa previa juga dilakukan untuk mencegah pecahnya pembuluh darah.
Pada sebagian kasus, vasa previa dapat hilang dengan sendirinya. Namun, kondisi ini mungkin memerlukan penanganan khusus setelah memasuki trimester ketiga.
Baca juga: Mengenal 3 Jenis Anemia selama Kehamilan beserta Dampaknya
Beberapa penanganan yang dapat diberikan, meliputi:
Jika vasa previa terdiagnosis selama masa kehamilan maka dokter akan merencanakan persalinan dengan operasi cesar.
Ibu hamil dengan vasa previa akan melakukan persalinan pada usia kehamilan 34 sampai 37 minggu.
Hal ini dilakukan untuk mencegah ketuban pecah yang akan menyebabkan pembuluh darah janin ikut pecah.
Apabila pembuluh darah janin ikut pecah maka janin akan mengalami perdarahan.
Selama proses operasi cesar, dokter akan menyiapkan transfusi darah karena umumnya bayi kehilangan banyak darah.
Menurut Healthline, vasa previa yang tidak terdiagnosis selama kehamilan dapat membahayakan nyawa janin.
Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi berupa bayi lahir meninggal (stillbirth), yaitu bayi yang meninggal saat usia kandungan lebih dari 20 minggu.
Baca juga: Penyebab Tekanan Darah Rendah selama Kehamilan
Dilansir dari Very Well Family, vasa previa merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah.
Namun, pemeriksaan rutin dan deteksi dini selama kehamilan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup janin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.