KOMPAS.com - Cairan serebrospinal merupakan cairan bening seperti air yang berada di dalam dan sekitar otak, serta sumsum tulang belakang.
Cairan serebrospinal berfungsi untuk melindungi otak maupun tulang belakang saat benturan atau cedera terjadi.
Cairan ini juga berfungsi untuk menjaga tekanan pada otak dan membuang limbah atau zat sisa metabolisme dari otak.
Baca juga: Kepala Peyang
Cairan serebrospinal mengalir dalam ventrikel otak, batang otak, dan di sekitar saraf tulang belakang.
Cairan serebrospinal diproduksi oleh otak secara terus menerus dan diserap oleh pembuluh darah.
Namun, apabila produksi dan penyerapan cairan serebrospinal tidak seimbang maka kondisi ini dapat menyebabkan hidrosefalus.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal pada rongga otak (ventrikel) yang menyebabkan ventrikel otak membesar.
Penumpukan cairan akibat hidrosefalus akan meningkatkan tekanan pada otak yang dapat merusak jaringan otak dan menyebabkan berbagai jenis gangguan otak.
Hidrosefalus dapat dialami siapa saja dari semua kalangan usia. Namun, kondisi ini lebih sering dialami oleh bayi dan lansia yang berumur di atas 60 tahun.
Hidrosefalus yang terjadi pada bayi akan menyebabkan lingkar kepala bayi besar atau ukuran kepala membesar.
Di samping itu, hidrosefalus yang terjadi pada orang dewasa akan menimbulkan sakit kepala hebat dan disertai dengan mual atau muntah.
Melansir Medical News Today, terdapat beberapa jenis hidrosefalus di antaranya:
Baca juga: Mikrosefali
Merangkum Mayo Clinic dan Healthline, hidrosefalus dapat menimbulkan gejala yang bervariasi tergantung pada jenis hidrosefalus yang diderita.
Berikut penjelasannya:
Baca juga: 6 Cara Menghilangkan Kerak di Kulit Kepala secara Alami dan Pakai Obat
Baca juga: Sakit Kepala Hebat Mendadak, Waspadai Pendarahan Intraserebal
Dikutip dari situs Healthline, hidrosefalus terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan di dalam otak sehingga tekanan dalam kepala meningkat.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cairan di dalam otak terlalu banyak, meliputi:
Ketika cairan di dalam otak terlalu banyak maka tekanan dalam kepala akan meningkat dan memicu pembengkakan otak akibat kerusakan pada jaringan otak.
Selain tiga kondisi di atas, beberapa kondisi berikut dapat menyebabkan bayi mengalami hidrosefalus saat proses persalinan atau beberapa saat setelah dilahirkan:
Menurut Mayo Clinic, berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang dari segala usia mengalami hidrosefalus:
Baca juga: Pertolongan Pertama untuk Cedera Kepala
Dilansir dari Healthline, hidrosefalus pada bayi dapat diketahui dari bentuk atau lingkar kepalanya yang lebih besar dari ukuran normal sesuai dengan usia mereka.
Pada pasien dewasa, diagnosis hidrosefalus diawali dengan anamnesis mengenai gejala yang dirasakan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Selanjutnya, dokter akan memastikan diagnosis dengan melalui tes pencitraan, seperti USG, CT scan, atau MRI. Berikut penjelasannya:
Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar otak.
Pemeriksaan USG dapat dilakukan ketika bayi masih di dalam kandungan atau saat ubun-ubun bayi (soft spot) masih terbuka.
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang radio dan medan magnet untuk menghasilkan gambar otak secara lebih detail.
Melalui MRI dokter dapat melihat adanya penumpukan cairan serebrospinal pada rongga otak (ventrikel) dan mendeteksi penyebab hidrosefalus.
Pemeriksaan ini menggunakan teknologi sinar-X untuk menghasilkan gambar penampang otak.
Baca juga: Efek Cedera Kepala yang Tidak Dapat Disepelekan
Pemeriksaan CT scan dapat dilakukan pada anak-anak dan orang dewasa untuk mendeteksi pembesaran ventrikel otak akibat penumpukan cairan serebrospinal.
Mengutip Cincinnati Children’s Hospital, hidrosefalus dapat diatasi melalui prosedur operasi untuk menyeimbangkan kadar cairan di dalam otak.
Berikut metode operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hidrosefalus:
Shunt merupakan selang yang dipasang di dalam kepala untuk mengalirkan cairan serebrospinal yang ada di otak ke bagian lain di tubuh.
Hal ini dilakukan agar cairan serebrospinal lebih mudah terserap ke dalam aliran darah.
Pada prosedur ini dokter akan membuat lubang kecil di dalam rongga otak agar
cairan serebrospinal di dalam otak dapat mengalir keluar.
Prosedur ETV terbukti lebih efektif untuk mengatasi hidrosefalus yang disebabkan oleh penyumbatan di dalam rongga otak (ventrikel).
Dilansir dari situs Medical News Today, komplikasi hidrosefalus bergantung pada kondisi yang mendasarinya dan tingkat keparahan gejala.
Jika kondisi ini mulai berkembang sejak bayi lahir maka dapat menimbulkan gangguan pada otak dan perkembangan fisik bayi.
Baca juga: Bagaimana Benturan di Kepala Bisa Sebabkan Kematian?
Namun, jika kondisi ini tidak begitu parah dan mendapat penanganan secara tepat dan cepat maka kemungkinan komplikasi jauh lebih kecil.
Bayi dengan hidrosefalus kongenital (bawaan) dapat mengalami kerusakan otak permanen yang menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti:
Menurut Healthline, hidrosefalus merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah.
Namun, beberapa cara berikut dapat membantu mengurangi risiko seorang anak mengalami hidrosefalus:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.