Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/02/2022, 16:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hati merupakan salah satu organ terbesar dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk menyaring toksin dan zat-zat berbahaya bagi tubuh.

Zat-zat tersebut selanjutnya akan dikeluarkan oleh empedu dan dibuang melalui urine dan feses.

Proses ini bertujuan untuk menjaga tubuh dari paparan zat berbahaya sehingga tubuh tetap sehat.

Baca juga: Kanker Hati

Namun, terdapat kondisi yang menyebabkan hati tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Salah satunya adalah hepatoblastoma.

Hepatoblastoma merupakan kanker ganas yang tumbuh dari sel hati (liver). Hepatoblastoma termasuk jenis kanker hati yang paling umum.

Hepatoblastoma merupakan jenis kanker hati yang cukup langka dan umumnya menyerang anak-anak berusia di bawah tiga tahun.

Pada sebagian besar kasus, hepatoblastoma berasal dari hati bagian lobus kanan.

Selain itu, hepatoblastoma juga dapat menyebar atau bermetastasis ke bagian tubuh yang lain, umumnya ke paru-paru.

Gejala

Mengutip Stanford Children’s Health, gejala hepatoblastoma umumnya muncul ketika tumor bertambah besar.

Gejala kanker hati pada anak ini cukup bervariasi, di antaranya:

  • Benjolan di perut yang terkadang disertai rasa nyeri
  • Perut mengalami pembengkakan
  • Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
  • Kehilangan nafsu makan
  • Pubertas dini pada anak laki-laki
  • Mual dan muntah
  • Tubuh merasa lelah
  • Penyakit kuning (jaundice), ditandai dengan menguningnya kulit dan bagian putih mata (sklera)
  • Demam
  • Kulit terasa gatal
  • Pembesaran pembuluh darah di perut.

Baca juga: 12 Gejala Kanker Hati yang Perlu Diwaspadai

Penyebab

Dilansir dari Stanford Children’s Health, hingga kini penyebab hepatoblastoma masih belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat mutasi gen.

Faktor risiko

Merangkum Stanford Children’s Health dan Cleveland Clinic, berikut beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seorang anak mengalami hepatoblastoma:

  1. Kelahiran prematur, yaitu bayi yang lahir sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu
  2. Berat badan lahir rendah (BBLR)
  3. Terinfeksi hepatitis B pada usia dini
  4. Atresia bilier, yaitu kelainan bawaan lahir (kongenital) yang ditandai dengan gangguan saluran empedu pada bayi baru lahir
  5. Hemihiperplasia, merupakan kelainan bawaan langka yang menyebabkan salah satu sisi tubuh anak berkembang secara abnormal sehingga tampak asimetris.

Selain itu, beberapa kelainan genetik berikut juga dapat meningkatkan risiko mengalami hepatoblastoma:

  1. Sindrom Beckwith-Wiedemann
    Kondisi langka yang menyebabkan beberapa bagian tubuh tumbuh lebih cepat
  2. Familial adenomatous polyposis (FAP)
    Penyakit genetik langka yang menyebabkan tumor tumbuh pada permukaan usus besar (polip)
  3. Sindrom Aicardi
    Kondisi langka yang ditandai dengan adanya gangguan pada struktur penghubung otak kanan dan kiri yang dapat menyebabkan kejang
  4. Penyakit penyimpanan glikogen (PPG) atau glycogen storage disease (GSD)
    Kelainan bawaan yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh mengubah cadangan glikogen menjadi glukosa
  5. Sindrom Simpson-Golabi-Behmel
    Anak-anak yang lahir dengan kondisi ini akan mengalami lonjakan pertumbuhan cepat dan kenaikan berat badan drastis yang dapat memicu tumor.

Baca juga: 10 Penyebab Kanker Hati dan Faktor Risikonya

Diagnosis

Dikutip dari Children's Hospital of Philadelphia, dokter akan mengawali diagnosis hepatoblastoma dengan mengamati riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, seperti:

  • Pemeriksaan alpha-fetoprotein (AFP)
    Kadar AFP dapat meningkat ketika seseorang mengalami hepatoblastoma
  • CT scan atau MRI
    Pemeriksaan ini dapat menghasilkan gambaran detail dari organ hati, termasuk mengetahui lokasi, ukuran, dan penyebaran tumor
  • Tes darah
    Tes darah dilakukan untuk mengevaluasi fungsi hati
  • Biopsi
    Dokter akan mengambil sampel jaringan dari kanker hati untuk diperiksa menggunakan mikroskop guna mengetahui jenis tumor
  • Bone scan
    Pemeriksaan ini menggunakan cairan radioaktif khusus yang disuntikkan ke dalam pembuluh vena guna mengetahui bagian tulang yang bermasalah.

Stadium

Melansir Stanford Children’s Health, apabila seorang anak telah didiagnosis menderita hepatoblastoma maka dokter akan menentukan stadium dari penyakit ini.

Stadium hepatoblastoma didasarkan pada lokasi tumor di dalam organ hati yang terbagi ke dalam empat bagian berikut:

Baca juga: 6 Gejala Kanker Hati Stadium Awal yang Perlu Diwaspadai

  1. Stadium I
    Pada stadium I, tumor terdapat pada satu area hati yang paling luar
  2. Stadium II
    Pada stadium II, tumor ditemukan pada dua area hati atau pada satu area hati yang diapit oleh dua area hati yang normal
  3. Stadium III
    Pada stadium III, tumor berada pada tiga atau dua area hati yang masing-masing bersebelahan dengan area hati yang normal.
  4. Stadium IV
    Pada stadium IV, tumor berada di keempat area hati.

Perawatan

Dirangkum dari Stanford Children’s Health dan Cleveland Clinic, terdapat beberapa metode penanganan hepatoblastoma yang disesuaikan dengan stadium dan ukuran tumor.

Berikut beberapa jenis pengobatan hepatoblastoma:

Operasi

Operasi pengangkatan tumor sering kali menjadi pengobatan utama untuk mengatasi hepatoblastoma atau kanker hati pada anak.

Beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, meliputi:

  1. Hepatektomi parsial, yaitu operasi yang dilakukan untuk mengangkat bagian hati yang terdapat tumor
  2. Hepatektomi total dengan transplantasi hati, merupakan prosedur pengangkatan seluruh bagian hati dan diikuti cangkok hati yang sehat dari donor

Baca juga: Suar Muntah Darah, Kisah Dahlan Iskan Menjadi Penyintas Kanker Hati

Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker menggunakan obat-obatan yang dapat membunuh sel kanker.

Kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau sesudah operasi dan dapat diberikan secara intravena (infus), melalui oral (obat minum), atau suntikan (obat suntik).

Selain itu, obat kemoterapi juga dapat langsung diarahkan ke hati melalui kateter yang dimasukkan ke arteri utama organ hati.

Transarterial chemoembolization (TACE)

Prosedur ini merupakan tindakan menutup atau menyumbat pembuluh darah yang memberikan nutrisi sel tumor. Hal ini diharapkan dapat membunuh sel tumor.

Radioterapi (terapi radiasi)

Radioterapi dapat dilakukan setelah operasi pengangkatan sel tumor guna mengatasi hepatoblastoma yang tidak dapat dioperasi dengan sempurna.

Terapi suportif

Pengobatan hepatoblastoma dapat memicu berbagai efek samping, seperti nyeri, demam, infeksi, serta mual dan muntah.

Maka dari itu, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan atau terapi yang dapat mengatasi efek samping ini.

Baca juga: 11 Faktor Risiko Kanker Hati yang Perlu Diwaspadai

Komplikasi

Merangkum Stanford Children’s Health dan Translational Pediatrics, berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat hepatoblastoma:

  • Pecahnya tumor hepatoblastoma yang dapat menyebabkan peritonitis (peradangan pada peritoneum) dan anemia berat
  • Pubertas dini pada anak karena meningkatnya kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG).

Selain beberapa kondisi di atas, terdapat beberapa komplikasi yang muncul akibat efek samping dari pengobatan hepatoblastoma, seperti:

  • Gangguan pertumbuhan
  • Perubahan suasana hati (mood), perasaan, pemikiran, pembelajaran, atau ingatan
  • Munculnya jenis kanker yang lain.

Pencegahan

Menurut Cleveland Clinic, dikarenakan penyebab hepatoblastoma masih belum diketahui secara pasti maka tidak ada tindakan yang efektif untuk mencegah hepatoblastoma.

Namun, mencegah kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR) dapat membantu mengurangi risiko melahirkan bayi dengan hepatoblastoma.

Maka dari itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kehamilan yang sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau