Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2022, 13:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sklera yang sehat dan normal berwarna putih. Namun terkadang, sklera dapat mengalami perubahan warna.

Misalnya ketika sklera berubah menjadi kekuningan akibat peningkatan kadar bilirubin yang disebut dengan penyakit kuning atau jaundice.

Bilirubin merupakan zat berwarna kuning kecokelatan yang ditemukan di empedu.

Baca juga: 7 Penyebab Penyakit Kuning yang Bisa Terjadi

Senyawa ini terbentuk saat hati memecah sel darah merah dan dikeluarkan dari tubuh melalui feses.

Penyakit kuning atau jaundice bukanlah suatu penyakit, melainkan tanda atau gejala dari suatu penyakit yang mendasarinya.

Dilansir dari Medicine Net, gejala penyakit kuning biasanya akan terlihat ketika kadar bilirubin darah lebih dari 2,5 sampai 3 mg/dL (milligram per desiliter).

Penyakit ini merupakan kondisi yang kerap dialami oleh bayi yang baru lahir. Gejala penyakit kuning muncul ketika bayi berusia dua hingga tiga hari setelah dilahirkan.

Hal ini dikarenakan organ hati pada bayi baru lahir belum dapat berfungsi secara maksimal layaknya orang dewasa.

Namun, penyakit kuning pada bayi dapat menghilang dengan sendirinya setelah bayi berusia sekitar 14 hari.

Sementara itu, penyakit kuning pada orang dewasa dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis dan beberapa di antaranya bersifat serius hingga mengancam jiwa.

Gejala

Dikutip dari Medicine Net, penyakit kuning akan menyebabkan penderitanya mengalami perubahan warna menjadi kuning pada kulit, selaput lendir, dan sklera.

Namun, gejala tersebut dapat bervariasi dan berbeda pada setiap penderita. Berikut beberapa gejalanya:

Baca juga: 18 Gejala Penyakit Kuning yang Perlu Dikenali

  • Feses berwarna pucat
  • Urine berwarna gelap
  • Kulit gatal
  • Mual dan muntah
  • Perdarahan rektum
  • Diare
  • Demam dan menggigil
  • Kelemahan
  • Penurunan berat badan
  • Kehilangan nafsu makan
  • Kebingungan
  • Perut terasa sakit atau nyeri
  • Sakit kepala
  • Pembengkakan pada kaki
  • Pembengkakan dan distensi perut (abdomen) akibat penumpukan cairan di dalam rongga perut (peritoneum yang disebut asites).

Penyebab

Merangkum Mayo Clinic dan Healthdirect, penyakit kuning disebabkan oleh penumpukan bilirubin dalam tubuh.

Kondisi ini terjadi akibat hati tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Penyakit kuning juga dapat terjadi ketika bilirubin tidak dapat mencapai saluran pencernaan sehingga tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui feses.

Bayi yang baru lahir kerap mengalami penyakit ini karena organ hati yang belum sepenuhnya matang.

Baca juga: Kapan Penyakit Kuning pada Bayi Hilang?

Akibatnya, terjadi gangguan pada pembentukan dan pembuangan zat bilirubin.

Sementara penyakit kuning pada orang dewasa dapat disebabkan oleh berbagai masalah kesehatan, seperti:

  1. Ketidakcocokan antara golongan darah ibu dengan golongan darah bayi
  2. Penyakit hati, seperti hepatitis (A, B, C, D, atau E) atau sirosis
  3. Atresia bilier, yaitu kondisi ketika saluran empedu pada bayi yang baru lahir tertutup
  4. Kelainan hati, seperti sindrom Dubin-Johnson
  5. Kondisi yang menyebabkan sel darah merah hancur terlalu cepat atau terlalu banyak, seperti sindrom Gilbert dan defisiensi enzim glucose 6 phosphate dehydrogenase (G6PD)
  6. Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  7. Batu kandung empedu
  8. Kanker pankreas
  9. Kanker hati
  10. Pankreatitis, yaitu peradangan pada organ pankreas
  11. Penyumbatan saluran empedu
  12. Reaksi terhadap obat-obatan tertentu, seperti asetaminofen.

Faktor risiko

Dikutip dari laman Mayo Clinic, berikut beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit kuning pada bayi yang baru lahir:

  • Terlahir secara prematur atau sebelum 38 minggu usia kehamilan sehingga organ hati belum sepenuhnya matang
  • Golongan darah bayi berbeda dengan golongan darah ibu
  • Proses menyusui terganggu sehingga bayi kekurangan nutrisi dan berisiko mengalami dehidrasi, serta memicu terjadinya penyakit kuning.

Baca juga: Penyakit Kuning pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Diagnosis

Melansir situs Patient Info, diagnosis penyakit kuning bertujuan untuk mendeteksi penyebab yang mendasarinya.

Dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari gejala yang berkaitan dengan penyakit kuning.

Guna memastikan diagnosis dan kondisi yang mendasari penyakit kuning, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

Tes darah, dilakukan untuk:

  1. Memastikan adanya peningkatan kadar bilirubin
  2. Mengukur kadar enzim yang dihasilkan oleh organ hati
  3. Mendeteksi adanya infeksi.

Tes urine

Dapat mengukur kadar bilirubin yang telah diolah dan membantu menemukan penyebab penyakit kuning.

Tes pemindaian, seperti USG atau MRI

Dilakukan untuk mengetahui kondisi organ hati, saluran empedu, dan pankreas, serta mendeteksi adanya sumbatan pada saluran empedu.

Baca juga: Mengenal Penyebab Mata Kuning yang Tidak Boleh Disepelekan

Biopsi hati

Dokter akan mengambil sampel jaringan organ hati untuk diperiksa lebih lanjut menggunakan mikroskop.

Perawatan

Dirangkum dari Medicine Net dan Mayo Clinic, penanganan penyakit kuning akan disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya.

Dewasa

Berikut beberapa metode penanganan berdasarkan kondisi pasien:

  • Perawatan suportif

Penyakit kuning dapat diatasi dengan perawatan suportif yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah.

Contohnya pada kasus hepatitis virus ringan pasien dapat menjadi perawatan di rumah, tetapi dengan pemantauan ketat dari dokter.

  • Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol

Metode ini dapat dilakukan pada pasien yang menderita penyakit kuning akibat sirosis, hepatitis alkoholik, atau pankreatitis akut sekunder akibat penggunaan alkohol.

  • Berhenti mengonsumsi obat-obatan tertentu

Penyakit kuning yang muncul akibat reaksi terhadap obat-obatan tertentu dapat diatasi dengan berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut.

Baca juga: 6 Penyebab Kuning pada Bayi Baru Lahir

Pada kasus overdosis asetaminofen, baik disengaja ataupun tidak, dokter akan memberikan antidotum yang disebut N-asetil sistein.

  • Obat-obatan

Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan penyakit kuning.

Misalnya, dokter akan memberikan diuretik dan laktulosa jika penyakit kuning disebabkan oleh sirosis.

  • Antibiotik

Pemberian antibiotik bertujuan untuk mengatasi infeksi yang menyebabkan penyakit kuning atau komplikasi dari kondisi tertentu yang memicu penyakit kuning, misalnya kolangitis.

  • Transfusi darah

Transfusi darah mungkin diperlukan bagi penderita anemia akibat hemolisis atau karena perdarahan.

  • Perawatan kanker

Pasien dengan kanker yang mengarah ke penyakit kuning mungkin memerlukan konsultasi dengan spesialis onkologi

Metode perawatan cukup bervariasi, tergantung pada jenis kanker dan tahap penyebaran (stadium) kanker.

  • Prosedur bedah (operasi)

Penyakit kuning mungkin memerlukan tindakan operasi untuk mengatasinya. Misalnya, penyakit kuning yang disebabkan oleh batu empedu.

Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Kuning Pada Bayi

Selain itu, seseorang yang mengalami penyakit kuning dengan gagal hati atau sirosis mungkin juga memerlukan prosedur operasi untuk melakukan transplantasi hati.

Bayi

Penyakit kuning yang dialami bayi baru lahir, umumnya bersifat ringan dan akan hilang dengan sendirinya dalam dua hingga tiga minggu.

Namun pada kasus lebih parah, bayi mungkin memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit untuk mendapat beberapa penanganan berikut:

  • Fototerapi
    Pada prosedur ini, bayi akan disinari dengan cahaya biru yang akan membantu membuang atau mengeluarkan bilirubin dari tubuh bayi
  • Suntik imunoglobulin
    Metode ini bertujuan untuk menurunkan kadar antibodi, termasuk yang menyebabkan sel darah merah hancur terlalu cepat akibat perbedaan golongan darah ibu dan bayi
  • Transfusi tukar
    Prosedur ini dilakukan apabila bayi tidak kunjung pulih dengan metode terapi lainnya. Selama prosedur ini, darah bayi akan diganti dengan darah dari pendonor.

Komplikasi

Menurut Medicine Net, penyakit kuning dapat menimbulkan komplikasi yang bervariasi sesuai dengan penyebab yang mendasarinya.

Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi:

  1. Gangguan elektrolit
  2. Anemia
  3. Infeksi, bahkan sepsis
  4. Hepatitis kronis
  5. Gagal hati
  6. Gagal ginjal
  7. Ensefalopati hepatik atau penurunan fungsi otak
  8. Kematian.

Baca juga: Demam Kuning

Pencegahan

Dikutip dari situs Medicine Net, penyakit kuning dapat dicegah dengan mencegah penyebab penyakit kuning. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan:

  • Konsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter, untuk mencegah fungsi hati terganggu
  • Selalu melakukan konsultasi dengan dokter mengenai risiko dan manfaat dari obat-obatan yang dikonsumsi
  • Hindari berhubungan seksual tanpa pengaman dan berganti pasangan, untuk mengurangi risiko penularan hepatitis B dan hepatitis C
  • Hindari penyalahgunaan narkoba, terutama berbagi jarum suntik
  • Lakukan vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B
  • Pastikan kebersihan makanan dan minuman yang hendak dikonsumsi terjamin agar terhindar dari hepatitis A
  • Konsumsi obat pencegahan penyakit malaria sebelum mengunjungi daerah endemik yang rawan terkena penyakit ini
  • Batasi konsumsi minuman beralkohol untuk mencegah hepatitis alkoholik, sirosis, dan pankreatitis
  • Hentikan kebiasaan merokok karena dapat memicu kemunculan kanker pankreas dan jenis kanker lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau