Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2021, 17:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sindrom Tourette (TS) merupakan suatu kondisi yang mengganggu sistem saraf. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami "tic".

Tic adalah kedutan, gerakan, atau suara tiba-tiba yang dilakukan berulang kali secara involunter.

Hal tersebut berarti penderita sindrom Tourette tidak dapat mengontrol gerakan dan suara tersebut.

Baca juga: Sindrom Stockholm

Ibarat cegukan, meski seseorang tidak ingin cegukan, tubuh tetap mengeluarkan suara "hik" tanpa sadar.

Contohnya, seseorang akan berkedip berulang kali, membuat suara mendengus, bahkan bersiul.

Gejala Tourette umumnya muncul pada masa kanak-kanak, sekitar dalam rentang 5 hingga 9 tahun.

Kondisi ini masih tergolong jarang dan lebih sering menyerang laki-laki ketimbang perempuan.

Meskipun tidak ada obat untuk sindrom Tourette, terdapat perawatan yang dapat menangani Tic. Kondisi ini dapat berkurang atau menjadi lebih terkontrol setelah masa remaja.

Gejala

Ciri khas dari sindrom Tourette adalah terjadinya "Tic". Terdapat dua jenis tipe tic, yaitu motor dan vokal.

  • Motor: tic motorik adalah gerakan tubuh, seperti berkedip, mengangkat bahu, atau menyentak lengan
  • Vokal: suara yang dibuat seseorang dengan suaranya, seperti bersenandung, berdeham, atau meneriakkan kata dan frasa.

Tic vokal dibagi menjadi dua:

  • sederhana: berdeham, mengendus, atau merengut
  • kompleks: memanggil seseorang, mengulangi kata-kata orang lain (echolalia), atau menyumpah serapah (coprolalia).

Baca juga: Cegukan

Selain itu, tic dapat:

  • bersifat variatif dari segi frekuensi dan tingkat keparahan
  • memburuk saat penderita sakit, stres, cemas, lelah, atau bersemangat
  • terjadi saat tidur
  • berubah seiring waktu
  • memburuk pada awal masa remaja dan membaik saat transisi menuju dewasa

Penyebab

Tidak diketahui secara pasti penyebab sindrom Tourette. Terdapat kemungkinan bahwa sindrom ini disebabkan oleh kombinasi faktor bawaan (genetik) dan lingkungan.

Bahan kimia di otak yang mengirimkan impuls saraf (neurotransmitter), termasuk dopamin dan serotonin, bisa jadi berperan.

Faktor risiko dari sindrom Tourette meliputi:

  • riwayat keluarga dengan sindrom Tourette atau tic lainnya
  • laki-laki memiliki risiko tiga sampai empat kali lebih tinggi ketimbang perempuan.

Diagnosis

Seorang anak dapat didiagnosis sindrom Tourette jika memiliki beberapa jenis tic yang berbeda, khususnya beberapa tic motorik dan setidaknya satu tic selama setidaknya satu tahun.

Anak dengan gejala Tourette mungkin perlu menemui neurologis atau ahli saraf.

Melalui pemeriksaan fisik, riwayat keluarga, riwayat medis, mengobservasi gejala, dokter dapat membuat diagnosis sindrom ini.

Baca juga: Ahli Ungkap Covid-19 Juga Berdampak Pada Otak dan Sistem Saraf

Beberapa tes yang mungkin dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis juga meliputi:

  • MRI
  • CT Scan
  • EEG
  • tes darah

Untuk mengesampingkan kondisi lain yang menimbulkan gejala mirip dengan sindrom Tourette

Perawatan

Perawatan biasanya melibatkan pengobatan dan perawatan non-farmakologis. Dalam kasus langka, operasi dapat menjadi alternatif.

Obat yang digunakan dapat termasuk:

  • antihipertensi: dapat digunakan penderita Tourette bergejala ringan dengan mengatur kadar neurotransmitter
  • relaksan otot: untuk mengendalikan tic fisik dengan mengobati kelenturan saat otot menjadi terlalu kaku
  • neuroleptik: untuk memblokir dopamin di otak, efektif mengobati gejala Tourette sedang hingga parah

Selain itu, beberapa terapi yang dapat dilakukan mencakup:

  • terapi tingkah laku
  • psikoterapi
  • stimulasi otak mendalam (deep brain stimulation).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com