Sebelum mengerjakan survei Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Yayasan Kakak sempat juga melakukan konsultasi mendalam dengan 10 perokok anak di Kota Solo.
Konsultasi ini diadakan untuk mengungkap fakta keberadaan perokok anak di Kota Solo sebagai bekal dalam melakukan survei tersebut.
Dari hasil wawancara dengan para perokok anak usia 9-16 tahun itu, Yayasan Kakak mendapati fakta bahwa untuk mendapatkan rokok, anak-anak sangat mudah karena tersedia di warung-warung terdekat, bebas diakses anak, harganya relatif terjangkau, dan bisa dibeli per batang.
Shoim menyebut, 5 orang dari mereka bahkan mengaku rata-rata dapat menghabiskan 10 batang rokok per hari.
Jumlah rokok sebanyak itu bisa diperoleh anak-anak dengan beragam cara.
Tak hanya menyisihkan uang saku atau pinjam uang ke teman, beberapa dari mereka bahkan berterus terang rela mengamen terlebih dahulu untuk bisa membeli rokok.
Kebiasaan mengamen untuk mendapatkan uang ini pada akhirnya membuat anak-anak kehilangan motivasi belajar atau bersekolah.
Bahkan, dari cerita anak-anak, mereka juga pernah mengambil uang orangtua tanpa izin dan yang paling parah mencuri rokok di warung demi bisa merokok lagi dan lagi.
"Dari penuturan anak–anak ini, tergambarkan bahwa mereka yang sudah kecanduan akan melakukan apapun agar bisa merokok," ucap Shoim.
Dia mengisahkan, beberapa perokok anak yang telah diwawancarai pengurus Kakak sebenarnya sudah merasakan adanya gangguan kesehatan akibat rokok.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan