"Saran saya lebih baik ayo lah kita sama-sama bantu anak-anak jauhi rokok demi masa depan mereka dan juga demi kebaikan bangsa," imbau Yusup.
Baca juga: 4 Alasan Mengapa Merokok Bisa Tingkatkan Risiko Infeksi Covid-19
Ketua Forum Anak Surakarta (FAS), Muhammad Irfan Al-kautsar, 16, mengaku prihatin dengan sejumlah teman-temannya di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya di Kelurahan Jayengan, Serengan yang telah menjajal rokok.
Banyak dari mereka bahkan sudah menunjukkan gelagat kecanduan barang ini.
Misalnya, Alka beberapa kali menyaksikan teman-teman sabayanya itu lebih memilih menggunakan uang saku mereka untuk membeli rokok ketimbang jajan atau makan.
"Cukup ada banyak teman yang merasa kalau rokok sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Jika tidak mengonsumsinya, mereka bilang itu sangat menyiksa diri," tutur dia.
Melihat kondisi tersebut, Alka berharap ada bantuan yang bisa diberikan kepada para perokok anak agar dapat terlepas dari jeratan rokok.
Saat dimintai pendapat, dia mendukung adanya kenaikan harga rokok sebagai solusi untuk mendorong anak-anak berhenti merokok secara tidak langsung, termasuk mencegah anak-anak menjadi perokok pemula.
Dia menuturkan, kebijakan menaikkan harga rokok, misalnya hingga Rp100.000 per bungkus, mungkin tidak akan dapat menghilangkan perokok anak secara total.
Sejumlah perokok anak dari keluarga mampu atau dengan uang saku berlebih diperkirakan masih mungkin bisa membeli rokok berapa pun harganya.
Tapi, bagi Alka, kebijakan menaikkan harga rokok secara signifikan ini sudah cukup bermakna karena tetap saja diyakini dapat menekan jumlah perokok anak di masa depan.
"Saat harga rokok bisa dinaikkan, saya yakin teman-teman akan mikir-mikir lagi kalau mau merokok," ungkap dia.
Baca juga: 6 Tips Berhenti Merokok Sesuai Tipe Perokok
Senada dengan Alka, pengurus FAS lainnya, Belva Aulia Putri, 16, juga sepakat dengan adanya kenaikan harga rokok secara signifikan untuk memperkecil peluang anak-anak merokok.
"Saya pernah melakukan jejak pendapat, sampling saja ke teman-temam, harga rokok sekarang itu ya dibilang murah, apalagi kan bisa dibeli per batang. Jadi gampang dapatnya," ujar dia.
Belva memahami, beberapa anak yang sudah kecanduan rokok mungkin akan kesulitan untuk dapat menghindari rokok dan rela melakukan apa pun demi bisa merokok lagi.
Terkait persoalan ini, Belva yakin dapat diatasi dengan mudah ketika para orangtua atau lingkungan mendukung.
"Orang tua harus bisa mencontohkan bahwa rokok benar-benar tidak boleh dilakukan, bukan hanya oleh anak-anak, tapi siapa saja," jelas Belva.
Dia merasa beruntung memiliki orangtua yang memilih hidup tanpa rokok dan selalu mengingatkan anak-anak jangan sampai merokok karena merugikan kesehatan.
Tidak bermaksud menggurui, Belva menyarankan kepada para orangtua jangan pernah hanya melarang anak merokok tanpa memberi informasi sejelas-jelasnya.
"Ini saya rasakan, kalau cuma dilarang tanpa diberi penjelasan, malah jadi semakin penasaran," kata dia.
Untuk memberi pemahaman akan bahaya rokok, para orangtua bisa mulai dengan menanyakan apa yang memotivasi anak merokok. Beri kesempatan anak-anak untuk bicara.
Sama seperti orang dewasa, anak-anak tentu tidak suka hanya dihakimi. Anak-anak juga ingin memiliki hak untuk didengarkan.
Setelah itu, para orangtua baru dipersilakan memberi pengertian sejelas-jelasnya kepada anak terkait efek buruk merokok bagi kesehatan tubuh dan solusi terbaik untuk bisa menghindarinya.
Belva berpendapat, para orangtua juga bisa memberi penghargaan kepada anak-anak jika mampu berhenti merokok.
Pengharaan ini diharapkan bisa membuat anak-anak lebih termotivasi untuk berhenti merokok secara total.
"Di luar rumah, kami bisa dengan mudah terpapar iklan rokok. Jangan sampai di dalam rumah, kami masih diperlihatkan rokok," jelas Belva.
Baca juga: 7 Alasan Kenapa Orang Sulit Berhenti Merokok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.