Survei ini diadakan Yayasan Kakak dengan menggandeng anak-anak dari Forum Anak Surakarta (FAS) dengan maksud agar anak-anak menyadari situasi di sekitar mereka, khususnya posisi anak yang dijadikan target dari industri rokok.
Baca juga: Dokter: Rokok Elektrik Bisa Lebih Berbahaya Ketimbang Rokok Tembakau
Survei juga dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta anak-anak di Kota Solo dalam melakukan advokasi kebijakan berkaitan dengan rokok.
Dalam survei yang dilakukan selama 2 pekan itu, Yayasan Kakak dan FAS mendapati sedikitnya ada 1.472 iklan, promosi, dan sponsor rokok yang tersebar di 5 kecamatan di Solo.
Dari jumlah tersebut, 54 persen atau sebagian besarnya ditemukan berada di pinggir jalan.
Media iklan, promosi, dan sponsor itu tentu tidak asal dipasang di sembarang tempat di pinggir jalan.
Berdasarkan pengamatan, Shoim menuturkan, iklan, promosi dan sponsor rokok pada kenyataanya banyak diletakkan di tempat anak-anak sering berkumpul, misalnya halte atau tempat mereka menunggu jemputan ketika pulang sekolah.
Setelah pinggir jalan, iklan, promosi, dan sponsor rokok kemudian bisa dengan mudah ditemukan di sekitar minimarket, sekitar sekolah, pasar tradisional, simpang jalan, tempat olahraga atau lapangan, dan taman kota atau taman cerdas.
Dia melihat keadaan pada 2019 itu masih tak jauh beda dengan sekarang.
"Anak-anak sudah dikepung iklan rokok di mana-mana yang pada akhirnya membuat mereka penasaran dan ingin mencobanya," kata Shoim saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (13/10/2020).
Kemudian, karena harga rokok relatif murah, Shoim menyebut, anak-anak bisa dengan mudah mendapatkannya.
Baca juga: Dokter: Rokok Dapat Tingkatkan Risiko Infeksi Virus Corona
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan