Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Gejala Keracunan Makanan yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 09/12/2020, 10:05 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Menggigil adalah respons alami tubuh terhadap berbagai kondisi yang menyebabkan otot tubuh berkontraksi secara cepat dan berulang untuk meningkatkan suhu tubuh atau menghasilkan panas.

Menggigil sering kali menyertai demam karena pirogen menipu tubuh untuk berpikir bahwa ia dingin dan perlu dipanaskan.

Demam dapat terjadi dengan berbagai penyakit, termasuk keracunan makanan, sehingga menggigil adalah salah satu gejala umumnya.

Baca juga: 14 Makanan Pelancar BAB untuk Mengatasi Sembelit

8. Kelemahan atau kelelahan

Kelemahan dan kelelahan adalah gejala lain dari keracunan makanan.

Gejala ini terjadi karena pelepasan pembawa pesan kimiawi yang disebut sitokin.

Selain itu, makan lebih sedikit karena kehilangan nafsu makan dapat membuat penderita keracunan makanan merasa lelah.

Baik kelemahan dan kelelahan adalah gejala "perilaku sakit" yang membantu tubuh beristirahat dan memprioritaskan untuk menjadi lebih baik.

Faktanya, kelemahan dan kelelahan juga bisa menjadi gejala dari banyak penyakit lainnya.

Jadi jika Anda merasa lemah atau lelah, hal terbaik yang harus dilakukan adalah istirahatkan tubuh.

9. Mual

Melansir Mayo Clinic, mual adalah perasaan tidak nyaman di perut dan rasa seperti ingin muntah.

Merasa mual dalam kasus keracunan makanan adalah hal yang wajar.

Baca juga: 11 Tanda Awal Kehamilan yang Sering Tak Disadari, Termasuk Jerawat?

Mual juga dapat terjadi karena banyak alasan lain, termasuk migrain, mabuk perjalanan, dan makan terlalu banyak

Mual yang berhubungan dengan keracunan makanan biasanya muncul antara satu hingga delapan jam setelah makan.

Mual ini berfungsi sebagai sinyal peringatan untuk memberi tahu tubuh bahwa ia telah menelan sesuatu yang berpotensi berbahaya. Reaksi ini kemudian mungkin diperburuk oleh perlambatan gerakan usus yang terjadi ketika tubuh mencoba untuk membatasi racun di perut.

 

10. Nyeri otot

Otot bisa terasa sakit saat Anda terkena infeksi seperti keracunan makanan.

Kondisi ini bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh telah diaktifkan hingga menyebabkan peradangan.

Baca juga: 3 Penyebab Nyeri Otot dan Cara Mengatasinya

Selama proses ini, tubuh akan melepaskan histamin, bahan kimia yang membantu memperlebar pembuluh darah agar lebih banyak sel darah putih bisa melewati untuk melawan infeksi.

Histamin membantu meningkatkan aliran darah ke area tubuh yang terinfeksi.

Bersama dengan zat lain yang terlibat dalam respons imun, seperti sitokin, histamin dapat masuk ke bagian lain tubuh dan memicu reseptor rasa sakit.

Hal ini dapat membuat bagian tertentu dari tubuh lebih sensitif terhadap rasa sakit dan mengakibatkan nyeri tumpul yang sering dikaitkan dengan sakit.

Lantas, kapan sebaiknya pergi ke dokter dengan kecurigaan mengalami keracunan makan?

Melansir WebMD, jika Anda mengalami salah satu dari tanda atau gejala berikut, lebih baik segera dapatkan bantuan medis:

  • Muntah yang sering dan ketidakmampuan untuk menahan cairan atau minum
  • Muntahan atau BAB berdarah
  • Diare selama lebih dari tiga hari
  • Nyeri hebat atau kram perut yang parah
  • Suhu mulut lebih tinggi dari 38 derajat Celcius
  • Mengelami gejala dehidrasi, yakni rasa haus yang berlebihan, mulut kering, sedikit atau tidak ada buang air kecil, kelemahan parah, pusing, atau sakit kepala
  • Gejala neurologis seperti penglihatan kabur, kelemahan otot dan kesemutan pada lengan

Baca juga: 8 Gejala Usus Buntu dan Cara Membedakan dengan Penyakit Lain

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com